Kini Alsha sedang menata menu makanan yang akan dibawa sebagai makanan bekal untuk Kenzo, anak lelakinya yang baru menginjak jenjang sekolah dasar kelas dua.
“Mami, ini tugas membuat kolase punya Ken gimana cara bawanya?” Anak itu muncul dari anak tangga, menenteng sebuah kertas bergambar kura-kura yang sudah tertempel oleh biji kacang hijau.
“Taro di tas, Sayang. Sini Mami bantu masukin.” Alsha mendekat pada Ken, dan meraih ranselnya. “Mami taro di sini ya, nanti Ken ambilnya pelan-pelan, biar gak rusak.”
Ken mengangguk penuh semangat. “Siap, Miii!!”
Alsha terkekeh, lalu mengusap pipi Ken. “Anak pintar.”
“Iya, dong. Kenzo anak Papi, pasti pintar,” ujar seseorang yang baru saja keluar dari pintu kamar, gerakannya rusuh, tangannya sibuk menautkan satu persatu kancing kemejanya.
“Mas, sini.” Alsha mendekat, lalu membetulkan kancingnya, lalu merapikan kerah kemeja. “Hari ini jadi anter Ken ke sekolah, kan?”
“Jadi, abis itu aku langsung ke Arjuna, ya? Ada meeting sama klien baru, doain semoga dapet tender yang lebih besar.”
Iya, siapa lagi kalau bukan Najendra. Kini usia pernikahan mereka sudah memasuki tahun ke sembilan, harapan yang sempat Najendra langitkan ternyata dikabulkan oleh semesta. Menjadi teman hidup Alsha sebanyak waktu yang ia punya.
“Yaudah, aku berangkat sekarang.” Najendra mendekat pada Alsha. “Selamat hari pernikahan yang ke sembilan ya, Sha,” bisiknya seraya mendaratkan kecupan singkat pipi Alsha.
Alsha tertawa pelan, lalu mencubit pinggang Najendra. “Kebiasaan banget.”
Najendra meringis, lalu mengusap-usap pinggangnya. “Masih aja galak,” gerutunya, kemudian pria itu menggandeng tangan Ken. “Sayang, pamit dulu sama Mami.”
Kenzo memeluk Alsha. “Mami, Ken berangkat sekolah dulu, ya,” pamitnya seraya mencium punggung tangan Alsha.
“Iya, sayang, hati-hati, ya, belajarnya yang fokus, biar pinter kaya Mami.” Alsha mengusap lembut kepala Kenzo, juga mencium kedua pipi puteranya.
Najendra tertawa, namun detik selanjutnya menepuk kening. “Yaampun, Papi lupa manasin mobil. Tunggu sebentar, ya, Ken.” Najendra segera berlari.
“Hmmmm.” Kenzo cemberut seraya melipat kedua tangannya dan menaruhnya di dada. “Papi kebiasaan banget, ya, Mi?”
Alsha menggeleng-geleng kepala. “Yaudah, sambil nunggu Papi, sini duduk dulu.” Alsha mengajak Ken untuk duduk di sofa ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️
Genç KurguIni tentang Alsha dan Azril yang ternyata sama-sama berada di satu lingkaran. 360 derajat itu sempit, nggak bisa kemana-mana, dan membosankan. kata Alsha, Azril itu sok ganteng tapi emang ganteng, dia juga bersinar, bahkan kayanya matahari aja mind...