Alsha dan Azril kini masih berada di dalam mobil. Alsha masih dengan balutan jas milik Narendra itu kini memandang pada Azril. Senyumnya masih terukir, membuat lesung pipinya terlihat walau samar-samar.
“Masih betah mandangin gue nya?” ledek Azril, tanpa menoleh, karena matanya masih fokus mengemudi.
Alsha tertawa pelan, lalu mengalihkan tatapannya, memandangi pemandangan kota ini, kota yang setiap sudutnya bersesakkan kenangan Alsha dan Azril. “Zril, udah berapa tahun sih kita kenal?”
Azril nampak menghitung. “Mmm.. empat?”
“Iya, udah empat tahun aja. Nggak kerasa.”
“Tenang, Sha. Kita masih punya seratus tahun lagi, kok. Untuk main bareng, belajar bareng, dan.... membina rumah tangga bareng.” Azril terkekeh dengan ucapannya sendiri. “Itu juga kalau lo mau gue nikahin.”
Alsha mengeratkan jas hitam pada tubuhnya. “Masih aja ragu ya, lo?”
“Ya nggak, sih.” Azril menggaruk hidungnya. “Sha, lo mau nitip salam nggak buat Bunda gue nanti? Atau ada yang mau lo sampaikan?”
Alsha nampak berfikir. “Bunda lo pasti cantik banget ya, Zril. Gue penasaran, pengen ketemu juga.”
“Cantik, Sha. Kan anaknya ganteng.”
“Kayanya basi banget kalau gue bilang Bunda, makasih udah melahirkan seorang anak ganteng bernama Haykal Azril Ansa.”
“Hahaha. Iya jangan deh. Geli juga dengernya.”
“Gue cuma mau bilang gini, Bunda tolong jagain calon suami Alsha ya, supaya nggak kegoda sama cewek-cewek bule di sana.”
“Setia gue, Sha.” Azril tertawa. “Sha, beli nasi goreng yuk? Laper gue.”
“Nasi goreng tek tek nya Pak Jangkung?” tanya Alsha dengan penuh semangat.
“Iya. Nasi goreng spesial, karetnya dua. Satu buat iket rambut lo.”
Alsha tertawa. “Mentang-mentang gue lupa bawa iket rambut, ya!”
“Gapapa. Beli karet dapet nasgor, untung, kan?”
Alsha menoyor kepala Azril. “Beli nasgor dapet karet, Zril!”
Azril menepikan mobilnya, memasuki pelataran tukang nasi goreng favorit mereka. Alsha turun, lalu merenggangkan tulang-tulangnya.
“Capek, Sha? Perasaan gue yang nyetir, deh.”
“Pegel, Zril. Gue dari siang belum ada istirahatnya.”
Azril berjalan ke belakang punggung Alsha, lalu memijat pundak Alsha perlahan. Seraya menuntun gadis itu untuk masuk ke dalam. “Pak, nasi goreng spesial dua ya.”
Pak Jangkung yang sedang melayani pembeli lain itu menoleh sebentar. “Eh, Jang, nembe tepang deui.” (Eh, Jang, baru ketemu lagi.) “Lada, jang?”
“Hehehe, muhun, Pa. Sedeng we, Pa.”
“Siap atuh, mangga calik heula.” (Silakan duduk dulu.)
Mereka memilih untuk duduk di salah satu meja yang berada di salah satu meja yang berada di sudut ruangan.
Alsha menarik kursi, lalu duduk. Bertopang dagu. “Zril, lo lupa ya?” Alsha masih menunggu-nunggu, apakah Azril masih ingat dengan tanggal ulang tahun mereka? Hmm, kenapa juga mereka harus lahir di waktu yang sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️
Подростковая литератураIni tentang Alsha dan Azril yang ternyata sama-sama berada di satu lingkaran. 360 derajat itu sempit, nggak bisa kemana-mana, dan membosankan. kata Alsha, Azril itu sok ganteng tapi emang ganteng, dia juga bersinar, bahkan kayanya matahari aja mind...