Memasuki tahun ketiga, Alsha sudah disibukkan dengan proposal skripsi, malamnya berganti begitu cepat. Jadwal seminar proposal yang sebentar lagi tiba benar-benar menyita durasi tidurnya.
Gadis cantik itu membetulkan kaca mata, lalu melirik pada jam dinding. Sudah pukul tiga pagi. Dan saat ini ia mengusap ponselnya, bersih. Tidak ada satu pesan pun dari Azril, kekasihnya.
“Udah sebulan, Zril,” lirihnya seraya menghembuskan nafas berat. Di jam-jam krusial ini, kadang hal-hal yang tidak perlu difikirkan pun melintas begitu saja di otaknya. Prasangka-prasangka silih datang berganti. Seperti...
Aku ada salah apa ya sama dia?
Aku kenapa gak dikabarin?
Aku kangen, Zril....
Jemari gadis itu memutar-mutari bibir cangkir kopinya. Matanya sayu, namun kantuknya tidak juga datang. Akhirnya Alsha memutuskan untuk menghubungi seseorang yang bisa diajak diskusi. Seseorang yang dapat dihubungi di jam-jam krusialnya ini.
Na?
Udah tidur?
Najendra
Belum, Sha.
U okay?
Gatau???
Hahaha
Najendra
Jangan dipaksain, Sha
Sempro masih ada gelombang dua kok
Na, Azril kemana ya?
Aku udah sebulan gak dikabarin
Najendra
Sibuk kali, Sha.
Kuliah di sana pasti lebih rumit
Setia kok dia
Haha iya tau
Najendra
Saya di deket rumah kamu nih
Baru pulang dari Bandung
Arjuna udah hampir jadi
Wah?
Beneran??
Najendra
Iya.
Coba liat keluar
Saya bawa roti bakar
Mau?
Mauuuu!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️
Ficção AdolescenteIni tentang Alsha dan Azril yang ternyata sama-sama berada di satu lingkaran. 360 derajat itu sempit, nggak bisa kemana-mana, dan membosankan. kata Alsha, Azril itu sok ganteng tapi emang ganteng, dia juga bersinar, bahkan kayanya matahari aja mind...