11 - TWIO6C

63 11 12
                                    

Azril baru saja menutup pintu ruang seni, dan memasukkan kunci ke dalam saku celana abu-abunya. Sore ini, latihan rutin diliburkan, karena sebagian anggota ada yang menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti ajang musikalisasi puisi di tingkat provinsi.

            Pemuda itu berjalan seorang diri, membelah koridor sekolah yang sudah cukup sepi, hanya ada beberapa siswa yang sedang piket membersihkan kelas. Lagi-lagi Azril harus menampilkan eye smile andalannya ketika ada adik kelas yang menyapa, bertanya kabar atau sejenis cara mencari perhatian lainnya.

            “Senyum terooos!” Suara menyebalkan itu membuat Azril menoleh, didapati Alsha yang baru keluar dari tikungan toilet khusus wanita.

            “Lo kok belum balik?”

            Alsha menyejajarkan langkahnya dengan Azril. “Lagi nunggu Galen di ruang osis. Katanya lagi nyusun LPJ.”

            Haechan mengangkat alis. “Terus?”

            “Ya udah. Nunggu aja.” Alsha mengangkat kedua bahunya.

            “Galen yang minta ditungguin?” tanya Azril dengan kening berkerut. Kini keduanya sudah melewati lapangan basket, yang sama sekali terlihat sepi.

            “Lo mau pulang sekarang?”

            Azril melirik alrojinya. “Mau jemput Hana dulu, sih.”

            “Oh.” Alsha mengangguk-anggukkan kepalanya. Jadi mereka belum putus, ya?

            Azril menghentikkan langkahnya, membuat Alsha yang tertinggal beberapa langkah terpaksa membenturkan kepalanya pada tas ransel Azril. “Sha, besok ulangan matematika. Lo harus belajar malam ini sama gue pokoknya.”

            Alsha menghembuskan nafas lelahnya. “Kayaknya gue udah nyerah sama pelajaran itu deh, Zril.”

            Azril menjitak kening Alsha. “Pesimis banget, sih.”

            Alsha meringis. “Iya, iya. Nanti gue ke tempat lo. Jam tujuh.”

            Azril mengangguk. “Nah, gitu dong. Baru temen gue.”

***

            Alsha masih bertopang dagu. Menyaksikan Azril yang sedang serius memecahkan soal matematika entah yang keberapa. Sebenarnya, kehadiran gadis itu di sini untuk apa? Menyaksikan Azril belajar? Ya, sepertinya begitu.

            “Zril, lo masih nggak mau cerita, ya, kenapa lo memilih tinggal sendiri?” tanya Alsha memecah keheningan. Pasalnya kini mereka berada di sebuah apartemen Azril. Pemuda itu tinggal seorang diri.

            Azril terkekeh pelan. “Matahari aja sendiri masih bisa bersinar, kan?”

            Alsha mengerucutkan bibirnya, jengah karena selalu saja matahari yang menjadi jawabannya.

            “Sha, udah ngerjain berapa soal?”

            Alsha mengangkat bahu. “Gue boleh pinjem otak lo nggak buat besok? Separo aja.”

Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang