15 - TWIO6C

56 9 17
                                    

Saat bel pulang berdenting, Alsha mulai merapikan alat tulisnya, memasukkan semua barang miliknya ke dalam ransel. Gerakannya cukup lamban, karena ekor matanya masih saja memandangi sosok sahabatnya yang kini berubah menjadi orang asing.

            Duduk di barisan paling depan membuat Azril dapat terlihat jelas oleh Alsha. Tanpa perlu pura-pura menoleh ke kiri dan ke kanan. Dilihatnya Azril yang sedang mengenakan hoodie hitamnya itu, lalu mengeluarkan kunci motor dari dalam tas ranselnya. Sejurus kemudian pemuda itu melangkah pergi. Tanpa pamit, tanpa melempar senyum, bahkan pandang.

            “Hari ini aku ada rapat sama panitia angkatan tentang program akhir, Sha. Mau pulang duluan?” tanya Galen, memecah lamunan Alsha.

            “Kayanya aku tunggu kamu aja, deh.”

            “Eh, beneran?”

            “Iya. Lagi pula aku harus beresin kuis kimia yang dikasih sama kak Mitha, tutor baru di kelas bimbel.”

            “Oh gitu.” Galen mengangguk. “Agenda rapat hari ini sebentar, sih.”

            “Sebentarnya kamu itu dua jam, kan?”

            Galen tergelak. “Beneran gapapa?”

            “Iya.” Alsha mendorong-dorong punggung Galen agar segera keluar kelas. “Cepetan, Len. Nanti yang lain udah pada nunggu.”

            “Oke. Oke. Kalau bosen, kamu bisa nyusul aku ke ruang auditorium.”

            Saat Galen sudah menghilang dari pandangannya, gadis cantik itu memutuskan untuk keluar kelas. Meninggalkan tasnya di dalam. Alsha ingin memenuhi rasa penasarannya, lalu ia melangkahkan kakinya menuju lahan parkir khsusus siswa. Tempat dimana Azril memarkirkan motornya. Namun nihil. Lahan itu kosong, pemiliknya memang benar-benar sudah pulang.

            Alsha berbalik dengan bahu yang lemas. Berjalan gontai. Namun pada beberapa langkah, indera pendengarannya menagkap suara deru motor yang menghampiri. Kemudian berhenti. Alsha berbalik. Dilihatnya seseorang yang baru saja membuka helm.

            Gadis cantik itu menyipitkan matanya, ketika pemuda itu turun dari motor, dan berdiri seperti orang kebingungan. Postur tubuhnya yang jangkung dan kurus, lalu ada kamera yang menggantung di depan dadanya. Ah ya! Dia adalah si cowok kamera yang tempo hari bertemu di SMA Cakrawala.

            Melihat pemuda itu kebingungan, membuat Alsha ragu, apakah ia harus melambaikan tangan padanya? Bagaimana jika si cowok kamera itu tidak ingat padanya? Pasalnya setelah pertemuan pada waktu itu, sama sekali tidak ada komunikasi yang terjalin. Bahkan nama cowok itu saja Alsha tidak ingat.

            Saat Alsha masih sibuk dengan isi kepalanya, langkah kaki cowok itu tergerak ke arahnya. Sesekali tangannya membetulkan posisi ranselnya yang tersampir sebelah di pundak kirinya.

            “Sebentar,” ucap cowok itu ketika sampai di hadapan Alsha. “Sepertinya saya mengenal kamu.”

            Alsha tersenyum ragu.

            “Shafarza, kan?” Tebaknya dengan antusias.

            Alsha tersenyum. “Masih inget, ya?” tanya Alsha. Lalu gadis itu mencari-cari name tag yang menempel di seragam sekolahnya. Kemudian tersenyum lebih lebar ketika menemukannya ‘Najendra Nareshwara’. “Kamu Najendra, ya? Ada perlu apa ke sekolah ini?”

Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang