14 - TWIO6C

47 10 3
                                    

Pagi ini terlihat Alsha yang baru saja menaruh tas ranselnya di atas meja. Meja yang masih kosong. Padahal gadis cantik itu kira sudah ada Azril yang siap memarahinya karena hampir terlambat. Namun lihat kini, sepertinya hari ini Azril yang akan terlambat.

Alsha mengedarkan pandangan, suasana kelas yang sudah mulai tertib karena bel masuk akan berdenting lima menit lagi. Saat pandangan Alsha menuju ke arah papan tulis, manik mata coklatnya menangkap keberadaan Galen yang sedang melambai ke arahnya seraya tersenyum. Galen yang masih sempat melempar senyum itu tengah sibuk untuk menata mading kelas, karena tema mading yang setiap bulannya berubah.

Setelah membalas lambaian untuk Galen, gadis itu mengeluarkan satu buku tulis yang akan digunakannya untuk mengipas-ngipas wajahnya yang terasa gerah. Yap. Berlari-lari untuk mengejar ketertinggalan waktu memang sangat menguras energinya.

Gadis itu menoleh ke arah kursi di sampingnya. Penghuninya belum juga muncul. Dan bel masuk sudah berdenting sepuluh menit yang lalu.

“Sha, aku duduk di sini, ya?”

Alsha menoleh ke sumber suara. Ada Galen yang sudah lengkap dengan tas ransel yang sudah tersampir di pundaknya. “Boleh, sih. Tapi nanti Azril giman—”

Galen menunjukkan layar ponselnya pada Alsha. “Jam dua pagi Azril chatt aku, katanya mau ganti tempat duduk.”

Ganti tempat duduk? Kenapa harus ganti tempat duduk?

Alsha mengangguk. membiarkan Galen untuk menempati bangku yang biasa Azril duduki. “Len, kamu tau Azril kemana?”

Galen menggeleng. “Kan kamu sahabatnya.”

Alsha meringis. Menyesali pertanyaan bodohnya. Ia tahu bahwa Galen tidak terlalu suka dengan hubungan persahabatannya dengan Azril. Tapi... kemana cowok si pemilik eye smile itu? Bukankah semalam baik-baik saja? Bahkan Alsha kira, mereka akan berlari bersama untuk mengejar gerbang sekolah yang hampir ditutup oleh petugas. Ya, karena mereka berdua berbincang lewat telepon hingga menjelang pagi. Dan semua baik-baik saja.

BRAK!

Pintu kelas terbuka secara paksa, membuat semua penghuni kelas terkejut. Pintu itu terbuka lebar, dan menghadirkan seseorang yang sedari tadi Alsha tunggu-tunggu. Ya, itu Azril.

Cepat-cepat Alsha melambaikan tangannya dan tersenyum senang. Gadis itu lupa bahwa disampingnya ada Galen yang tengah memerhatikan setiap gerak-geriknya. Alsha masih melambai, karena Azril kini menatap dirinya dan Galen dengan tatapan yang... dingin.

Alsha menurunkan tangannya karena merasa tidak mendapat respon. Keningnya bertaut. Ada apa dengan pemuda itu? Kenapa sikapnya seperti itu?

            Azril hadir dengan keadaan yang berantakan. Baju seragam yang keluar dari batas ikat pinggangnya, dasi yang longgar dan tersampir ke pundak, juga dua kancing kemeja teratasnya yang terbuka. Azril menaruh tas ranselnya di meja Galen yang berada di jajaran depan. Lalu pemuda itu menelungkupkan wajahnya di atas lipatan tangan yang ia cipatakan sendiri.

            Selama pelajaran berlangsung, Alsha masih saja menjenjangkan tengkuknya, memastikan bahwa Azril baik-baik saja. Tanpa sadar kuku ibu jari dan telunjuknya saling beradu, sehingga kulit yang berada di samping jari telunjuknya nyaris terluka.

            Tangan gadis itu digenggam oleh Galen. Membuat Alsha menoleh.

            Galen mendekat, lalu berbisik. “Nanti luka, Sha.”

            Alsha hanya meringis. Dan berusaha mengalihkan fokusnya pada materi yang sedang dipaparkan oleh guru di depan sana.

            Sementara di barisan depan, Azril masih menatap kosong pada papan tulis. Menahan keinginannya untuk melirik gadis yang kini duduk di bangku belakang. Pemuda itu harus menepati janjinya yang berkali-kali dilanggar. Janji kepada kekasihnya untuk selalu memprioritaskannya. Janji untuk kembali menjalin hubungan tanpa ada embel-embel Alsha di dalamnya.

Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang