Azril membawa Alsha kemana saja, karena gadis itu tak juga memberi jawaban ketika ditanya keinginannya untuk kemana, dan tentu saja menolak untuk pulang. Azril kembali menarik kencang gas motornya, membuat laju motornya semakin cepat. Berharap agar semua kesedihan yang berada di hati seorang gadis cantik yang berada di belakangnya ikut terbang bersama kencangnya angin malam ini.
Akhirnya Azril memilih untuk berbelok, dan berhenti di parkiran sebuah supermarket. "Sha, kita beli makanan dulu ya. Lo belum makan, kan?"
Alsha bertopang pada pundak Azril, lalu turun dari motor. "Lo laper?"
Ya jelas lag gue laper. Lo kan langsung nyuruh gue jemput, Alsha!
Ingin sekali Azril berkata seperti itu, namun akhirnya ia urungkan, karena yang berhadapannya kini adalah seorang gadis yang tengah patah hati. Matanya terlihat sembab, hidungnya memerah, bahkan pipinya masih terlihat basah.
Azril mengacak pelan puncak kepala Alsha. Lalu menengadahkan tangannya, menawarkan sebuah genggaman. "Yuk?"
Alsha memandang pada tangan Azril yang terbuka, ragu atas tindakan apa yang akan ia ambil, namun tangan Azril dengan cepat mengambil alih tangannya. Iya, Azril menggenggam tangan Alsha tanpa persetujuan dari gadis itu.
Mereka berjalan, menyusuri rak-rak tinggi yang berisi oleh snack-snack berukuran besar. Alsha terlihat tanpa minat, namun Azril tetap menyuruhnya untuk mengambil semua makanan yang ia mau.
Alsha memilih untuk mengambil satu kripik kentang berukuran besar. "Lo mau ini, nggak?"
"Mau, mau."
Alsha mengangguk. "Oke." lalu berjalan lagi, kemudian kembali berhenti, tangannya kembali meraih satu snack besar berbahan dasar jagung. "Kalau ini, mau nggak?"
"Mau." Kemudian Azril merogoh saku celananya, mencari-cari dompetnya. "Sha..."
"Apa?" tanya Alsha dengan tatapan yang redup. "Lo mau yang mana lagi?"
"Gue nggak bawa dompet. Ketinggalan."
Alsha menghembuskan nafasnya. "Gue bawa, kok."
"Hehe. Nanti gue ganti deh." Azril menyengir. Merasa bersalah bercampur ingin menertawakan kebodohannya sendiri.
"Udah nggak usah, Zril. Kali-kali gue yang bayarin lo, kan?"
Azril terkekeh, lalu mengambil alih keranjang belanjaan yang sedari tadi Alsha pegang. "Sini biar gue yang bawain."
Alsha terenyum singkat, lalu kembali berjalan berisisian dengan Azril. Mereka berdua berbelok ke area sayuran segar. Alsha terlihat sedang memilah-milah wortel. Lalu tatapannya berbinar ketika melihat jejeran buah apel yang berwarna merah segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️
Novela JuvenilIni tentang Alsha dan Azril yang ternyata sama-sama berada di satu lingkaran. 360 derajat itu sempit, nggak bisa kemana-mana, dan membosankan. kata Alsha, Azril itu sok ganteng tapi emang ganteng, dia juga bersinar, bahkan kayanya matahari aja mind...