Alsha baru saja melambai pada mobil Najendra yang sudah melambai. Dengan satu kantong yang berada di tangan kanannya, Alsha membuka pintu rumah. Beruntung dulu sang ayah pernah ditugaskan di Bandung sebelum dimutasi ke Jakarta, jadi bang Angga tidak perlu ngekos.
Alsha melepas sepatunya, lalu mengetuk pintu rumah. “Bang...”
Terdengar suara kunci yang diputar, lalu pintu itu terbuka. “Mana makan malem?”
Alsha mengangsurkan kantong itu. “Nasi timbel aja gak apa-apa, ya?”
“Wah gapapa banget.” Bang Angga segera membuka bingkisan yang dibawa Alsha. “Oya, Nanti abang anter pulang ya. Biar nggak diundur-undur terus pemotretannya.”
“Nggak usah, Bang. Aku bisa pulang sendiri. Abang cepetan beresin tesis aja.”
“Weheeeyy udah gede nih, bisa keluar kota sendiri.” Bang Angga nampak menepuk kepalanya. “Astaga. Lupa.”
“Kenapa, Bang?”
Bang Angga seketika berlari menuju dapur, kemudian membuka lemari es. Lalu kembali ke ruang tengah dengan satu kue tart di tangannya. “Happy birthday to ma sister!!!” serunya heboh.
Alsha nampak melirik ponsel untuk memeriksa tanggal. “Bukan sekarang tau.” Alsha merengut sebal.
“Lebih cepat dua hari gak apa-apa lah, Sha. Mumpung kamu lagi di Bandung. Kapan coba bisa rayain sama abang? Sama Azril mulu.”
Alsha terkekeh. “Lilinnya mana?”
Bang Angga menancapkan lilin angka 20 di atas kue. Lalu memantik korek. “Make a wish.”
“Semoga Mama sama Bang Angga sehat, panjang umur jadi bisa nemenin aku terus sampai aku sukses.” Lalu Alsha meniup lilin itu. kemudian bertepuk tangan. “Makasih ya, Bang.”
“Tambah dong, Sha, wish nya.”
“Apa?”
“Semoga cepet dapet pacar, biar nggak galauin Galen mulu kesannya.” Bang Angga menyentil kening Alsha. “Cantik-cantik gagal move on.”
Mendengar nama Galen membuat Alsha mengeluarkan satu kertas cantik itu dari tasnya. Lalu menyerahkannya pada Bang Angga. “Orangnya udah mau tunangan, Bang. Nggak usah diomongin terus.”
“Ups.” Bang Angga menutup mulutnya. “Sori ya, Sha. Abang gak tau.”
“Gak apa-apa, Bang.” Alsha meraih bantal sofa, lalu merebahkan kepalanya disana. “Sedih banget hidup seoarang Alsha, ya? Ditinggal tunangan, bentar lagi ditinggal sama sahabat.”
“Kan masih ada Abang, Sha.”
Alsha hanya menghela nafas lelah. Membayangkan betapa beratnya hari yang akan terjadi di depan sana. Tanpa Azril, tanpa olok-olok menyebalkan dari manusia paling berisik di dunianya.
“Sha... Sha.. Alsha!!” terdengar seruan dari arah luar.
Bang Angga dan Alsha serempak menengok ke arah pintu. “Siapa tuh?”
Ada senyum yang terukir di wajah Alsha. “Azril itu Bang, suara Azril itu.” Lalu dengan gerakan cepat Alsha segera bangkit, dan membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️
Novela JuvenilIni tentang Alsha dan Azril yang ternyata sama-sama berada di satu lingkaran. 360 derajat itu sempit, nggak bisa kemana-mana, dan membosankan. kata Alsha, Azril itu sok ganteng tapi emang ganteng, dia juga bersinar, bahkan kayanya matahari aja mind...