23 - TWIO6C

59 8 5
                                    

Alsha baru saja menutup percakapan di telepon dengan Galen, karena sepulang sekolah, Alsha segera pulang, karena akan ikut Mamanya ke Bandung.

Alsha juga baru sempat mengirim pesan balasan untuk Najendra yang kayanya sudah terlalu basi. Ya bagaimana tidak, Najendra bertanya pagi, dan sekarang sudah pukul 12 malam. Tapi menurutnya itu lebih baik dari pada tidak membalasnya sama sekali.

Sementara di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, seorang pemuda tampan kini sedang berhadapan dengan sang ayah. Ayahnya yang masih mengenakan setelan jas tersebut terlihat sedang menganalisis kertas yang Azril taruh di atas meja kerjanya.

"Aa mau kuliah dimana emang?"

"Ayah bisa isi itu besok. Nggak apa-apa kok, Yah." Azril rupanya mengkhawatirkan ayahnya yang terlihat kelelahan sepulang kerja.

"Besok pasti Aa belum bangun pas ayah berangkat kerja. Jadi ayah tanda tangan sekarang aja." Ayahnya terlihat mengurut alis. Kemudian membetulkan letak kacamata.

"Ayah..."

"Ya?"

"Aa mau minta saran dari ayah. Aa harus kuliah jurusan apa?"

Ayah meletakkan pulpen. Lalu menautkan kesepuluh jarinya. "Aa maunya apa? Atau Aa mau kuliah di Kanada? Supaya deket sama Bunda? Ayah akan kasih izin, kok."

Azril terdiam sesaat.

"Kalau dilihat dari pencapaian kamu, ayah optimis kamu bisa lolos di sana. University of Toronto? atau McGill University?"

Iya, tidak munafik jika Azril ingin dekat dengan sang Bunda. Tapi, bagaimana dengan kehidupan nyamannya di sini? Teman-teman yang belum tentu ia temukan di negeri orang. Dan.... tentu saja bagaimana bisa ia meninggalkan Alsha?

Ayah sudah membubuhkan tanda tangan di bagian bawah kertas, lalu mendorong pelan kertas itu hingga sampai di hadapan Azril. "Ayah udah tanda tangan. Itu artinya Ayah selalu setuju dengan semua impian Aa. Kalau Aa bener mau kuliah di Kanada, nanti Ayah coba bicara sama Bunda."

Azril mengangguk. "Makasih, Yah."

Ayah bangkit dari kursinya, menepuk pelan pundak putra semata wayangnya lalu mengayunkan langkah. Meninggalkan seorang Azril yang masih memandangi kertas tersebut dengan perasaan yang lebih membingungkan.

Malam semakin larut. Pukul 23.20 Azril masih termangu. Lalu pemuda itu membanting dirinya sendiri ke atas kasur. Kemudian mengeluarkan ponsel. Lalu jermarinya mulai mencari kontak Alsha.

Sha?

Alsha
Apa?!

Eh
Kirain udah tidur
Cie gak bisa tidur

Alsha
Apasih
Gajelas!

Besok lo pulang?
Sekolah gak?

Alsha
G.

Aduh hati gue
Singkat amat, sis.

Alsha
Y.

Sikap lo, Sha
Besok jalan kuy
Mau gak?
Keliling Bandung.
Mau?

Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang