MALAM minggu yang dingin, di sebuah bar malam yang ramai dengan anak muda sedang menongkrong bersama teman, pacar bahkan ada yang membawa orang tuanya. Di salah satu meja, Raskal dan Vano sedang duduk mengobrol sambil menunggu kedatangan Kanaya.
"Gue udah bilang, lu jangan ajak Kanaya" Ucap Vano datar namun juga khawatir dengan kedatangan Kanaya.
"Dia sendiri yang mau ikut. Lu tau sendiri kalo dia udah maksa gimana" ucap Raskal sambil meminum Vodkanya.
"Emang kenapa Kanaya gak boleh ikut?" Jeselyn menengahi pembicaraan keduanya yang entah sejak kapan ada disana.
"Eh buset, lu ngapain ada disini?" Raskal terkejut melihat Jeselyn dan satu temannya sudah duduk di meja yang sama bersama mereka.
"Hehe, gue baru kesini sih di ajakin, eh kebetulan gue liat lo berdua"
"Asik bener dah ni bar" Jeselyn duduk menyandar karena lelah daritadi berkeliling. Ia juga memegang gelas berisikan minuman beralkohol."Jelas, ini bar milik abangnya si albino" Timpal Raskal yang setiap hari membantu Vano menjaga bar milik kakak Vano tersebut.
"Lu minum berapa banyak sih, Lyn?" Tanya Raskal.
"Gue? Gak banyak. 2 gelas doang""2 gelas tapi udah tepar gitu" Jeselyn tak menghiraukan ucapan Raskal. Gadis itu berjalan menuju Vano yang ada di sebrang meja.
"Heh albino!" Lelaki itu hanya diam saja menunggu apa yang akan gadis di hadapannya ini lakukan.
"Heh Vano!..Gue..Gue..benci sama lo....Dari dulu, dari dulu lo gak pernah ngelirik gue sedikitpun"Raskal bersmirk memperhatikan keduanya. Ia mengambil kacang Almond sebagai cemilan penambah keseruan tontonan gratis yang sedang terjadi.
Tak lama, Kanaya datang lalu duduk di samping Raskal, ia bingung dengan apa yang sedang terjadi. Melihat Jeselyn sedang menarik kerah kemeja Vano dan lelaki itu yang hanya diam saja membuat kanaya menyenggol lengan Raskal. "Ngapain tuh berdua?"
"Astaga...Kenapa si suka pada muncul tiba-tiba?! Lo sejak kapan ada disitu?" Ucap Raskal sambil memegangi dadanya.
"Baru aja, itu berdua kenapa?""Lo nonton aja deh, nih." Raskal memberikan
kacang almondnya,dengan senang hati Kanaya ikut makan almond tersebut.
"Gue...gue udah lama su..ka sama lo. Tapi, lo jahat! Lo..pura-pura gak tau itu"
"Dan sekarang...gue...bakal buktiin sama lo seberapa besar...rasa suka gue" Jeselyn mendekatkan wajahnya ke wajah Vano.
Raskal dan Kanaya serta teman Jeselyn yang melihat itu mulai panik dengan apa yang akan dilakukan gadis blonde itu. Sudah tidak ada jarak lagi diantara keduanya, hidung Vano dan Jeselyn bersentuhan. Jeselyn memejamkan matanya rapat dan mulai mencium bibir plum milik Vano, Kanaya dan Raskal membuka mata mereka lebar tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
Gevano, tidak ada perempuan manapun yang bisa menyentuhnya.Vano seperti es yang sudah beku dan tak bisa mencair, hatinya tidak bisa dimasuki oleh siapapun. Sebab itu Kanaya dan Raskal sangat terkejut karena reaksi Vano yang hanya diam saat Jeselyn mencium bibirnya, bahkan tangan vano merangkul pinggang Jeselyn.🤜🤛
Hari minggu, merupakan akhir pekan yang ditunggu-tunggu oleh semua orang untuk beristirahat dari kegiatan maupun untuk liburan atau hanya sekedar malas-malasan dirumah. Seperti yang dilakukan Kanaya dan kakaknya, Kevin sekarang. Mereka duduk berdua di ruang tengah dengan ponsel ditangan masing-masing.
"Heh! kalo gak nonton, TV nya matiin" senggol Kevin menggunakan kakinya pada Kanaya.
"Dih, yang nyalain kan lu bang, ya lu aja lah" Kanaya membalas tendangan Kevin.
"Gue gak bisa. Jauh sama remote. Gak nyampe tuh" Kevin mencoba meraih remote yang ada diatas meja kaca di depannya. Namun tidak sampai, padahal dirinya hanya perlu sedikit lebih maju kedepan."Gue lempar nih remot ke muka lu bang" Kanaya bersiap melemparkan remote kearah Kevin.
"Udahlah. Gue mau keluar dulu." Kanaya bangkit dari duduknya.
"Mau kemana? Gue ikut dong" muka Kevin memelas. Kanaya melempar bantal kursi ke wajah tampan Kevin.
"Idih. Jijik bang, kek curut lagi kelaparan."
"Eh, Nay." langkah Kanaya terhenti, ia membalikan badannya.
"Lo masih sama Nicko kan?" Nada Kevin berubah serius.
"Iya masih,kenapa?"
"Gapapa nanya doang, udah sana lu pergi. Gue titip Pocky rasa matcha 5 kardus ya""Ada maunya ternyata, pake basa-basi segala" Kanaya pun menaiki tangga menuju kamarnya untuk berganti baju.
Wajah Kevin berubah serius, ia benar-benar memikirkan hubungan Kanaya dan Nicko. Pasalnya,Kondisi kanaya terlihat drop akhir-akhir ini. Adiknya itu juga jarang meminta izin keluar bersama Nicko, sekarang Kanaya lebih sering berdiam sendrian dikamar.
🤜🤛
Kanaya berjalan di trotoar dengan kedua tangan di saku jaketnya dan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Kanaya menjadi pusat perhatian bagi para pejalan kaki lainnya karena parasnya yang memang cantik dan menarik perhatian.
Kanaya sampai di taman kota yang lumayan ramai. Ia duduk sendirian di bangku pinggir taman, terdiam memejamkan matanya menikmati angin sore yang berhembus kencang menerpa wajah.Tanpa ia sadari, seseorang duduk disebelah dirinya. Ia adalah seorang gadis yang lebih muda dari Kanaya.
Tak lama, Kanaya menyadari keberadaan gadis tersebut. Bisa ia lihat gadis di sebelahnya itu berwajah pucat pasi dengan tangan yang terus memegangi perutnya. Kanaya pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Dek, gak apa-apa?" Gadis itu menggeleng. Namun, wajahnya menunjukan bahwa dirinya sedang kesakitan. Sangat gadis kecil mencoba berdiri namun malah limbung dan pingsan. Kanaya dengan cepat menahannya dengan perasaan panik.
"Astaga, TOLONG" orang-orang disekitar yang melihat kejadian itu segera membantu Kanaya lalu dengan segera membawa gadis tersebut kerumah sakit terdekat.
Sampai dirumah sakit, gadis kecil yang pingsan tersebut di gendong oleh pria paruh baya yang membantu Kanaya.Mereka berlari supaya cepat sampai di UGD. Tetapi, Kanaya terhenti karena dadanya mulai terasa sesak. Kanaya mengambil inhaler dan menghisapnya. Setelah tenang, dirinya kembali berlari menyusul pria tadi. Selesai ditangani dokter, pria paruh baya tadi berpamitan kepada Kanaya.
"Terimakasih banyak pak, sudah mau bantu saya" Ucap Kanya sopan sambil tersenyum.
"Iya mba sama-sama. Kalo begitu saya permisi.Seorang dokter datang menghampiri Kanaya. "Mba ini walinya?"
"Iya Dok, saya kakaknya"
"Kondisi adik nya tidak apa-apa, adik anda mengalami asam lambung, tadi sudah saya kasih obat. Untuk sementara bisa dirawat dulu sampai infusnya habis"
"Baik dok, terimakasih" dokter UGD tersebut pergi meninggalkan Kanaya. Kanaya mendekat ke arah gadis kecil yang sedang terbaring lemah dengan wajahnya yang masih pucat. Kejadian tidak terduga itu membuat Kanaya sedikit shock.Drrrt...ddrrtt...ddrrtt
Ponsel yang dibawa si gadis bergetar lama, tanda seseorang meneleponnya. Kanaya melihat nama yang tertera disana dan segera mengangkatnya untuk memberi tahu apa yang sudah terjadi.
"Halo"
"Tasya, kamu dimana?
"Halo, ini dengan keluarga adik ini?" Lelaki di sebrang telepon sana terdiam sejenak mendengar bahwa orang yang mengangkat telepon bukan adiknya.
"Iya saya kakaknya, mba siapa kok bisa pegang hp adik saya...Adik saya mana?"
"Jadi gini, adik mas sedang di rawat di UGD. kebetulan saya yang menolong adik mas nya, sekarang adiknya ada di rumah sakit Arwana".
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)
RomanceKanaya dan Glen bertemu kembali, hubungan pertemanan mereka pun berkembang menjadi 'Friend with benefit' yang berjanji tidak akan pernah melibatkan perasaan sama sekali. Tapi apakah benar mereka bisa menjalaninya? "Kalo lu perlu apa-apa hubungin gue...