Sampai dirumah Glen duduk di ruang tamu bersama inara menunggu seseorang. "Kamu yakin gak mau mama temenin?"
"Engga mah, biar Glen aja"
"Yaudah kita tunggu dia datang"
Tak lama seseorang datang dengan baju serba hitamnya,ia memasuki rumah Glen dengan santai lalu berdiri di samping inara
"Lo abis ngelayat?" Tanya Glen heran.Lelaki tersebut membuka topi dan maskernya
"Biar sok misterius aja sih" Inara dan Glen menggeleng melihat kelakuannya
"Duduk" Orang itu kemudian duduk di samping Glen
"Kamu bawa buktinya dimas?" Dimas mengeluarkan sebuah flashdisk."Tentu saya bawa bu"
"Bagus kalo begitu ayo kita berangkat sekarang" Ucap Glen bangkit dari duduknya
Sekarang Inara,Glen dan Dimas sedang berada di kantor polisi.Seorang polisi yang saat itu menangani kasus tersebut sedang mendengarkan bukti rekaman yang dimas bawa"Baiklah bukti rekaman ini akan kami bawa dan proses.Sodara dimas nanti akan kami panggil untuk kesaksiannya. Kalian tunggu saja kabar dari kami"
"Baik pak, terimakasih. Saya mohon bantuannya untuk bisa membebaskan ayah saya yang tidak bersalah"
Ditempat lain, Langkah kecil Jeselyn mengikuti langkah lebar Vano yang kini jalan sangat jauh di depannya
"Vano tungguin gue" Ucapnya sedikit berteriak
"Vano ihh" Vano tetap tidak mendengarkan Jeselyn."Van-awh" Langkah Vano terhenti seketika, ia langsung memutar tubuhnya dan membulatkan matanya lebar saat melihat Jeselyn tersungkur di tanah, ia pun segera berlari untuk membantu gadis itu berdiri
"Pfft...lo ngapain tiduran disitu?
"Sini.. " Vano mengangkat tubuh Jeselyn agar kembali berdiri namun gadis itu kembali terjatuh untung saja Vano masih sempat menahannya."K-kaki gue sakit" Vano menghela napas
"Suruh siapa lo ikutin gue? Kaki pendek lo itu gak akan bisa nyusul gue"
"Ish sombong betul, sakit nih"
"Bisa jalan gak?"
"Bisa..Ayo kapan?" Vano memutar bola matanya malas lalu melepaskan tangannya dari pinggang Jeselyn membuat gadis itu terjatuh kembali
"Eh, Vano jangan tinggalin gue.. Bantuin gue.. Vano" Ya, Vano meninggalkan Jeselyn sendirian
"Pertanyaan gue kayaknya salah" Ujarnya sambil terus berjalan.🤜🤛
SMA HARAPAN,Para siswa kelas 3 kini harus bersiap menghadapi ujian mendatang, biasanya sebelum mereka benar-benar menghadapi ujian yang sebenarnya, mereka akan diberi pengarahan dan simulasi. Seperti sekarang,
"Baik anak-anak sekarang bapak akan mengadakan ulangan harian"
"HAH?"
"ADUH KOK DADAKAN SIH PAK?"
"untung masih ada contekan"
"Woi bagi-bagi ntar"
"PAK, SAYA GAK BISA IKUT SOALNYA KAKI SAYA KESELEO" ucap Jeselyn lantang membuat seisi kelas jadi diam
"Emang apa hubunganya dengan kaki kamu dan ulangan?" Ucap pak Dede dengan kebingungan."Ya sakit pak.Jadinya gak bisa mikir"
"Otak kamu ada di dengkul apa gimana?" Balas pak Dede dengan sarkas yang membuat Jeselyn langsung diam dan pasrah saja dengan ulangan harian yang akan dihadapinya. Murid lainnya juga tertawa karena kata-kata konyol Jeselyn
"Salah ngomong gue"batinnya
"Ayo cepat, keluarkan alat tulis kalian, simpan hpnya"Di SMA GAMA
"Tumben nelepon, kenapa?"
"Gak apa-apa gue lagi jamkos aja, lu jam segini kok bisa angkat telepon gue? Ga belajar?"
"Engga, gue juga jamkos"
"Oh.. Nanti pulang sekolah mau jalan gak?"
"Kemana? Gue gak mau jalan ah capek. Pake motor aja"
"Ya-ya maksudnya juga pake motor, ya kali jalan kaki"
"Yaudah iya ntar jemput gue"
"Aman"
"Lo nelepon gue bukan karena kangen gitu?"
"Hh.. Mana ada gue kangen sama lo"
Benar juga, untuk apa Glen kangen kanaya? sungguh lucu jika itu benar terjadi. Pikir Kanaya yang tersenyum tipis
"Yaudah sampe ketemu nanti"
"Iya, bye.. " Sambungan pun terputus,Kanaya memasukkan kembali ponselnya ke saku rok lalu duduk di sebelah Vano
"Mau jalan lagi?" Kanaya langsung menoleh ke arah Vano yang sedang fokus bermain game.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)
RomanceKanaya dan Glen bertemu kembali, hubungan pertemanan mereka pun berkembang menjadi 'Friend with benefit' yang berjanji tidak akan pernah melibatkan perasaan sama sekali. Tapi apakah benar mereka bisa menjalaninya? "Kalo lu perlu apa-apa hubungin gue...