VANO menekan bel rumah Kanaya. Tapi, gadis itu tak kunjung membuka pintu. Pak Dayat yang memperhatikan mereka dari pos segera menghampiri.
"Mas, langsung masuk saja..Mungkin mba Naya lagi di kamar mandi jadi gak dengar" Pak Dayat membukakan pintu rumah karena sudah sangat mengenal Vano. Keduanya tersenyum ramah lalu masuk dan duduk di ruang tamu.
"Kita tunggu disini aja dulu" Glen mengangguk. Tak lama, lift di dalam rumah Kanaya yang berada disamping tangga terbuka.
Ting!
Keluarlah Kanaya dengan Hoodie motif sapi oversizenya berjalan sambil tersenyum senang.
"Wah, akhirnya Abang gue pergi" Kanaya duduk di sofa, belum menyadari ada Glen di sebelahnya. Saat Kanaya menoleh, matanya dan mata Glen bertemu.
"Eh kaget astaga." Kanaya terkejut dan reflek mengangkat kakinya ke sofa lalu menatap Vano yang duduk di sebelah Glen, ia menatap keduanya bergantian.
"Wah ini siapa?"
"Raskal, lu ganti muka jadi muka Glen?"
"Dodol, ini gue Glen" Vano menggeleng mendengar ucapan Kanaya yang melantur
"Beneran Glen? Raskal mana?"
"Biasalah, Nay." Kanaya mengangguk paham
"Terus, kok lo bisa bareng Glen?"
"Gue sama Raskal kebetulan ketemu Glen pas main basket, ya dia juga tadi mau ikut ke sini katanya"
"Oh gitu. Yaudah gue buatin kalian minum dulu ya" Kanaya beranjak dan pergi ke dapur meninggalkan keduanya.
Di sebuah klub malam
Nicko duduk di ruangan VIP yang hanya ada dirinya dan seorang gadis cantik yang duduk sambil bergelayut manja di lengan Nicko. Gadis itu sudah bau alkohol karena banyak minum daritadi. Hal itu membuat Nicko marah karena seharusnya gadis itu tak minum.
"Gue dateng jauh-jauh kesini cuman buat jemput lo. Tapi, lo gak mau pulang"
"Lo tau kalo lo gak boleh minum, kenapa masih minum?!" Gadis itu terdiam lalu mengangkat wajahnya dan menangkup wajah Nicko dengan kedua tangannya.
"Mau gue mabok, mau engga. Lo kenapa peduli?...Lo..Lo nganggap gue cuman beban kan..Terus kenapa?..Kenapa lo datang kesini buat gue?"
"Gue...gue mau lo cepet bawa gue ketemu sama orang tua lo"
"Indy, Lo itu gak mabuk kan?" Perkataan Nicko sukses membuat gadis itu terdiam dan melepaskan tangannya dari wajah Nicko, kemudian gadis itu berangsur mundur menjauhi Nicko dan tertunduk.
"Meskipun lo udah bau alkohol, muka lo udah merah. Tapi, lo gak mabuk dengan segampang itu"
"Lo mau apa lagi?" Indy masih terdiam, hanya ada suara bising musik klub dan orang-orang di luar ruangan. Nicko masih menunggu dengan sabar hingga gadis itu membuka suaranya.
"Gue....Gue mau lo tanggung jawab secepatnya Nicko"
"Atau, gimana kalo gue gugurin aja kandungan gue ini?" Indy tersenyum dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan membuat Nicko ngeri sendiri.
"Lo gila? Itu sama aja ngebunuh, gue bakal tanggung jawab dan kita udah bikin perjanjian kan?"
"T-tapi, g-gue gak mau punya anak ini Nicko. Gue belum siap. Gue, gue takut."
Indy mulai menangis, Nicko paling tidak tega melihat seorang perempuan menangis di hadapannya. Apalagi dirinya sendiri penyebabnya.
Nicko mendekat dan memeluk gadis itu. Ia mengusap surai Indy lembut, tangis Indy semakin pecah di dada Nicko.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)
RomanceKanaya dan Glen bertemu kembali, hubungan pertemanan mereka pun berkembang menjadi 'Friend with benefit' yang berjanji tidak akan pernah melibatkan perasaan sama sekali. Tapi apakah benar mereka bisa menjalaninya? "Kalo lu perlu apa-apa hubungin gue...