"Nicko"
"Serius banget main hp nya, chattan sama siapa?"
"Gak sama siapa-siapa"
"Oh iya, Tante pulang ya?"
"Tau dari siapa?"
"Tante Maya bilang ke aku" Nicko mengangguk paham ia kemudian bangkit dari duduknya dan membawa tasnya.
"Eh? Mau kemana?"
"Pulang"
"Kok pulang? Ada hal mendesak apa?"
"Gak perlu tau, aku pulang duluan" Nicko langsung meninggalkan Kanaya begitu saja di kelasnya. Kanaya yang bingung hanya bisa berdiam dan berfikir kenapa dengan lelaki itu. Padahal kemarin masih baik-baik saja.
Arsya yang melihat itu di bangku belakang merasa kasihan kepada Kanaya, ia lalu beranjak menghampiri gadis itu."Ke kantin gam? Haura udah nungguin nih"
Kanaya tersenyum miris lalu mengangguk"ayo"
🤜🤛
KANAYA duduk di pinggiran kasur, ia memegang dadanya yang terasa sesak. Kanaya juga memegangi kepalanya yang terasa pusing. Pandangannya mulai mengabur. Namun, ia tau dirumahnya sedang tidak ada siapa-siapa.
Ia mencoba mengambil inhaler di atas meja samping tempat tidur, tapi dirinya terlalu lemah dan malah terjatuh ke lantai. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan menelpon Nicko.
"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif mohon hubungi beberapa saat lagi"Hal yang sama terjadi saat Kanaya menelepon Raskal dan Vano.
Pandangannya mulai mengabur, ia menatap layar ponselnya buram, inhalernya sudah tidak berfungsi kali ini. Ia melempar nya kesembarang arah, Kanaya menekan sembarang nomor di kontaknya karena pandangannya yang buram.
"Halo"
"T-tolong gue""Halo Nay, kenapa? Suara lo-"
"T-tolong gue, sakit. G-gue gak..bisa napas. Tolong"Seketika panggilan terputus tiba-tiba, tanpa pikir panjang Glen segera bergegas menuju rumah Kanaya. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan Gadis itu.
"Eh Glen, GLEN LO MAU KEMANA?" teriakan Bryan tak di hiraukan Glen. Ia berlari cepat menuju parkiran.
"Tunggu gue, Nay"Tak butuh waktu lama karena Glen mengebut di jalanan. Ia pun sampai dirumah Kanaya. Ia berlari masuk ke kamar Kanaya. Disusul oleh Pak Dirman dibelakangnya, Saat dirinya membuka pintu dengan kasar, Glen mendapati Kanaya sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai.
"Saya panggilkan dulu dokternya mas" Pak Dirman yang panik segera menelepon dokter pribadi yang biasa menangani Kanaya.
Glen menggendong Kanaya lalu menidurkannya ke kasur. Gadis itu terlihat pucat pasi. Glen mengelap keringat dingin di pelipis Kanaya yang mengucur. Wajah Glen tidak bisa di bohongi, ia benar-benar khawatir dan terus berdoa di dalam hatinya agar tidak terjadi apa-apa dengan gadis itu.Waktu yang sama
Nicko bangun dari tidurnya, ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 19.00. Nicko mengambil handphone nya di bawah bantal. Namun, ponselnya mati. Ia pun turun dari kasur dan segera mengisi daya ponselnya. Nicko lalu keluar dari kamar dan turun kebawah.
Nicko mendapati Maya sedang berkemas. Ia sudah bisa menebak bahwa mama nya akan segera pergi lagi."Baru pulang udah mau berangkat lagi, ma?"
"Tau sendiri Ko, mama kan kesini cuman buat istirahat aja. Habis ini mama harus ke Jepang"
"Nicko anterin ke bandara" Nicko kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian.Ting!
Ting!
1 panggilan tak terjawab dari Kanaya shafa"
Nicko melihat notif itu dilayar ponselnya dan segera menelepon balik Kanaya, tidak biasanya gadis itu menelpon Nicko jika tidak ada urusan mendesak.
"Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi, cobalah beberapa saat lagi"
Beberapa kali Nicko mencobanya namun jawabannya tetap sama, hanya ada suara operator disana. Nicko pun mengirim pesan kepada Kanaya
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)
RomanceKanaya dan Glen bertemu kembali, hubungan pertemanan mereka pun berkembang menjadi 'Friend with benefit' yang berjanji tidak akan pernah melibatkan perasaan sama sekali. Tapi apakah benar mereka bisa menjalaninya? "Kalo lu perlu apa-apa hubungin gue...