FWB 37

4.5K 235 23
                                    

"Aduh, sampe repot-repot gitu...Glen emang gitu, kalo udah liat tempe udah aja abis sama dia sendiri" Ucap Inara yang diangguki Tasya.
 
"Ma...Glen boleh bawa makanannya kan?"
 
"Mau dibawa kemana sayang?". Glen menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Mau dibawa kerumah temen"
 
"Oh ya sudah bawa aja...Minta bi Inah bungkusin ya" Glen tersenyum, ia lalu beranjak dari duduknya

"Loh? Mau kemana?" Tanya Inara yang bingung
 
"Mau kerumah temen ma, udah sore ntar kemaleman"
 
"Kamu ini gimana sih, kan lagi ada tamu..Luna sama kamu juga baru ketemu kan?"
 
Luna tersenyum "Gak apa-apa kok tante, Luna sama kak Glen setiap hari ketemu disekolah"
 
"Iya, Luna kan sekarang sekolah di SMA Taruna mba"

"Loh iya? Kok kamu gak ngasih tau mama sih Glen?"
 
"Ya, Glen kira mama udah tau.. Yaudah Glen pamit dulu ya ma, tan.. Luna" Glen mengacak puncak kepala Luna sebelum pergi.
 
"Kebiasaan yang gak pernah ilang dari kak Glen"  Batin Luna.

15.00
 
Glen masuk begitu saja kedalam rumah Kanaya karena pagarnya tidak terkunci.
 
"KANAYA... MAIN YUK"
 
"KANAYA... ADA CIMOL NIH"
 
Pintu besar itu pun terbuka menampilkan  Kanaya yang masih memakai jubah mandi berwarna putih dengan handuk yang dililit dikepalanya

"Astaga.. Pake baju dulu sana jangan nodain mata gue" Glen memalingkan wajahnya membuat Kanaya memicingkan matanya

"Sok-sok an lu! Biasanya juga suka" Glen hanya tercengir menggaruk tengkuknya."Mana..Katanya ada cimol?"
 
"Iya ini ada, masuk dulu pake bajunya. Ntar lo masuk angin"
 
Kanaya dan Glen pun masuk. Kanaya pergi ke kamarnya mengganti baju,sedangkan Glen pergi ke dapur menyiapkan makanan yang dibawanya untuk Kanaya dan dirinya. Inilah alasan Glen tidak makan dirumah, karena dirinya ingin menemani Kanaya makan.
 
"Wah.. Banyak banget makanannya.Perut gue sampe bunyi krunyuk krunyuk nih"
 
Glen tertawa gemas melihat Kanaya yang seperti itu. "Ayo makan dulu, gue juga belom makan"
 
"Selamat makan Glen"
 
"Selamat makan Kanaya"
 
Keduanya makan dengan hening. Glen ataupun Kanaya jika sudah berurusan dengan makanan akan diam dan fokus pada makanan saja.
 
Di tempat lain, Vano duduk sendiri menatap kosong ke arah jendela yang memperlihatkan  pemandangan malam jalanan kota. "Sayang.. "
 
Mendengar panggilan yang meretakkan telinga itu membuat Vano langsung menatap tajam jeselyn. "Lo kenapa masih ada disini?"
 
"Ya...Gue kan lagi jagain lo"
 
"Gue udah sembuh.Mending lo pulang"
 
Jeselyn mendekat ke arah Vano, ikut duduk disampingnya menatap ke arah jendela. Jeselyn melamun memikirkan ucapan Novan saat itu.

"No, kalo ada yang deketin gue..Lo cemburu gak?"
 
"Gak"
 
Jawaban langsung tanpa berfikir dulu itu membuat hati Jeselyn sakit mendengarnya. "Oh gitu ya.. "
 
"Kenapa?"
 
"Hmm?" Jeselyn melirik Vano, lelaki itu meliriknya balik."Ada yang deketin lo?"
 
"Eng--Ada!"

Teng!

Jeselyn berkata seperti itu karena ingin melihat lebih reaksi Vano mendengarnya bagaimana. Meskipun jawabannya pasti tidak. Tapi ya siapa tau ada reaksi yang lain bukan?
 
"Siapa? Cowo kan?"
 
"Iya lah! Gue normal kali"
 
"Terus, lo suka?"
 
Jeselyn terdiam, ia merasa menang kali ini karena Vano penasaran. "Kalo suka kenapa kalo enggak juga kenapa?" Jawabnya
 
Vano tidak suka dengan jawaban menjebak begini. "Tinggal jawab aja lo suka apa gak?"
 
Jeselyn menghela napasnya. "Ya lo juga jawab dong kenapa kalo iya dan enggak nya. "
 
Vano mendekatkan wajahnya ke wajah Jeselyn. "Selama lo gak suka,gue gak akan cemburu".

Setelah berkata begitu Vano beranjak pergi, memasukan kedua tangannya ke saku celana lalu berkata kembali " Cepet siap-siap. Gue anterin lo pulang"
 
"Sial. Demi apa Vano ngomong kaya gitu? Ini jantung gue udah diskoan help" Jeselyn tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Gadis itu terus senyum-senyum sendiri.Saat sampai rumah pun ia ditanya oleh papa nya
 
"Ngapain kamu senyam-senyum sendiri kaya gitu?"
 
"Papa ini kayak yang gak pernah muda aja" Ucap mama Jeselyn yang datang dengan segelas kopi untuk sang suami.
 
"Siapa sih laki-laki yang udah bikin anak papa jadi begini? Hmm" Brata menyenggol lengan Jeselyn
 
"Ada deh.. Mama sama papa mana tau. Dah ah Jeselyn naik dulu" Jeselyn pun beranjak pergi ke kamarnya. Kedua orang tuanya hanya menggeleng melihat kelakuan anaknya yang sedang dilanda jatuh cinta.
 
"Kaya mama dulu pa.. Senyam-senyum terus kalo habis diapelin sama papa"
 
"Ah mama bisa aja, jadi inget masa muda dulu ya.."

🤜🤛

Kanaya terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sangat berat.Pantas saja,ada sebuah tangan yang melingkar diperutnya.Siapa lagi jika bukan tangan Glen. Kanaya mengubah posisinya jadi menghadap Glen,lelaki yang sedang tertidur itu sungguh tampan, sangat damai melihatnya. Tak pernah bosan Kanaya melihat wajah itu, bahkan sedari dulu.

"Glen...Udah pagi" Ucapnya pelan membangunkan Glen. Namun, Glen tak bergeming. Kejadian tadi malam terulang kembali diingatan Kanaya.
 
Hal itu membuat pipi Kanaya memanas. Ia melepaskan tangan kekar Glen dari perutnya dengan perlahan. "Gue mau bikin sarapan dulu Glen" Kanaya mencium singkat kening lelaki itu lalu turun dari kasur.
 
Setelah lama bergelut di dapur, Kanaya tidak sadar dengan kedatangan Glen. Sampai ia merasakan sebuah tangan kembali melingkar diperutnya. "Wangi banget masakannya" Lagi-lagi Glen mendusel di leher Kanaya
 
"Glen.. "
 
"Hmm"
 
"Jangan gitu...Geli"
 
"Ya biarin. Gue suka. Masa lo enggak?"

Chup

Satu kecupan Glen daratkan di leher jenjang itu.Kanaya membalikan badannya,dengan tangan Glen yang masih memeluknya
 
"Stop ya! Nih udah banyak" Kanaya membuka setengah kemejanya yang memperlihatkan bagian dadanya yang penuh tanda kemerahan kepemilikan Glen.
 
"Bagus, karya gue terlukis sempurna"
 
"Matamu! Udah ah sana. Duduk terus tunggu nih masakan jadi"
 
"Iya-iya..." Glen melepaskan pelukannya lalu duduk di meja makan sambil terus mengamati setiap gerakan Kanaya
 
"Nay"
 
"Hmm?" Kanaya menoleh dan langsung dibuat meleleh dengan senyuman manis yang terukir diwajah Glen
 
"Anjir gue meleleh ini!  Tanggung jawab lo Glen" Batinnya yang sudah tak kuat dengan ketampanan yang dimiliki Glen.Kanaya mencoba untuk biasa-biasa saja
 
"Ck, pake baju kek dodol! Lu pamer banget sama roti sobek" Glen tertawa mendengar gerutuan Kanaya yang sebenarnya sedang salah tingkah.
 
"Gini-gini juga lu suka. Lu pegang-pegang lagi"
 
"GLEN!!!!!"
 
"IYA-IYAAA"
 
Sarapan sudah selesai. Glen juga sudah mandi dan siap untuk pulang. "Gue pulang dulu"
 
"Gak akan kesini lagi?" Kanaya menunduk memainkan jari-jarinya, Glen mengelus puncak kepala Kanaya lalu menunduk mensejajarkannya dengan wajah Kanaya
  
"Nanti.. Kalo lu perlu apa-apa, hubungin gue aja"
 
"Tapi inget... No feeling ok?" Mata abu itu menatap mata coklat milik Kanaya.
 
Gadis itu mengangguk "tenang aja itu ga akan pernah terjadi" Kanaya tersenyum kecut merutuki perkataannya sendiri. Ya, tanpa ia sadari rasa suka pada Glen telah tumbuh. Meskipun belum terlalu besar tapi rasanya Kanaya ingin terus bersama lelaki itu.
 
"Yaudah kalo gitu gue pulang, inget. Cepet telepon gue kalo ada apa-apa. Inhaler sama obatnya jangan jauh-jauh"
 
"Iya...Glen bawel"
 
"Gue ngasih tau juga. Bye"
 
"Bye" Glen melajukan motornya pergi meninggalkan pekarangan rumah Kanaya. Kini rumah besar itu terasa sepi lagi. Siang yang mendung membuat Kanaya kembali masuk meringkuk dalam selimut.

Namun, ia tak tidur. Dirinya memikirkan bagaimana hubungannya dengan Glen kedepan nanti.Akan kah pertemanan ini berubah menjadi sebuah hubungan spesial? Atau hanya akan tetap seperti ini tanpa melibatkan perasaan? Kanaya tidak tahu. Yang jelas Kanaya sekarang merasa kekalahan.
 
Kanaya telah Kalah karena menyukai dan kembali menyayangi Glen seperti dulu. Melihat Glen yang sepertinya tidak merasakan hal yang sama dengan dirinya membuat Kanaya kembali menciut.

Takut jika ia mengaku sekarang, Glen akan menjuahinya dan menganggap Kanaya tidak bisa menepati janji yang telah mereka buat. Tapi rasa suka itu tak bisa disalahkan.
 
"Mungkin lebih baik gue  pendem dulu rasa ini, gue gak mau jauh dari Glen. Gue udah nyaman sama dia. Mungkin perlu waktu buat Glen punya rasa yang sama ke gue" Ucapnya pada dirinya sendiri.

FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang