KANAYA duduk di kursi panjang depan kelasnya,disebelahnya ada Haura yang sedang membucin bersama Arsya.
"Yang, kamu gak cape apa daritadi lari-larian terus?" Tanya Arsya dengan wajah yang dibuat sok serius.
"Lah? Aku kan gak lari-larian, dari tadi disini duduk sana kamu"
"Ck. Kamu tuh lari-larian, tapi di hati aku" seketik Arsya tersenyum membuat Haura menjadi salah tingkah sendiri dan memukul-mukul pundak Arsya."Gombal banget deh"
"Uwek" Kanaya memasang ekspresi seolah mau muntah. "Terus aja terus, gue dianggurin" Ucap Kanaya mengelus dada.
"Utututu lupa gue ada lo, Nay. " Haura menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya dan hanya dibalas dengusan kesal oleh Kanaya."Nay, ayo ke atas. " ajak Vano yang tiba-tiba muncul.
"Boleh deh, daripada disini hareudang gue" Kanaya akhirnya beranjak meninggalkan dua makhluk bumi yang bucin tidak ada habisnya itu.
"NAY, JANGAN LAMA-LAMA. 20 MENIT LAGI MASUK" teriak Haura mengingatkan dan hanya dibalas lambaian oleh Kanaya tanpa menoleh sedikitpun.
Di rooftop. Seperti biasa Vano mengeluarkan sebatang rokok dan menjauh dari Kanaya."Vano"
"Hmm?"
"Gak ada niatan mau berhenti ngehisep gitu?"Vano menghebuskan napasnya yang mengeluarkan asap rokok lalu menoleh.
"bisa gak sih bahasa lu diperbaiki? Ambigu gue".
Kanaya mengangkat bahunya acuh "ya ngerokok kan ngehisep. Emang gue salah?"
"Gak"
"Gak apa?"
"Ya lo gak salah dan gue juga gak ada niatan mau berhenti" Kanaya mengangguk paham."Gimana sama Jeselyn?"
"Biasa aja"
"Kok biasa aja? Lo kemaren abis jalan kan sama dia?" Vano kembali menoleh ke arah kanaya yang sedang duduk menatapnya
"Kok lo tau?"
"Kok gue tau?""Nay.." tegur Vano karena Kanaya menjahilinya.
"Jeselyn lah cerita ke gue" Vano menghela napas.
"Terus lo sama Glen gimana?"
"Gak gimana-gimana tuh biasa aja"
Dirumah Glen,sebuah mobil mewah terparkir rapih di halaman rumah,sang supir memkukakan pintu untuk sang majikan keluar dari mobil
Keluarlah Inara dari mobil dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya, ia berjalan menuju pintu. Tanpa mengetuk ia langsung masuk begitu saja dan melihat ke sekeliling rumah yang begitu sepi.
"Sepi sekali"
"Eh, ibu." bi Inah yang keluar dari dapur berlari menghampiri Inara. "Ya ampun bu, ya kok gak ngabarin dulu toh mau pulang?"
Inara tersenyum mengusap pundak bi Inah. "iya bi, kejutan buat anak-anak."
"Anak-anak pada sekolah ya bi?"
"Iya bu, sini biar bibi yang bawakan tas nya."
Inara menghampiri meja kecil dekat TV yang terdapat beberapa foto,ia menyentuh figura kecil foto sang suami.
"Aku pulang pah" sudah setahun ini dirinya tinggal di Italia untuk mengurus bisnis dan pekerjaannya sebagai dokter, meninggalkan kedua anaknya yang belum terbiasa tanpa kedua orang tua sangat berat baginya.Dulu jika Adi bekerja, Inara hanya akan bekerja setengah hari untuk menyambut kedua anaknya pulang sekolah,namun sekarang dirinya harus menjadi kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga yang akan sulit berada dirumah terus bersama anak-anaknya.
Baru saja dirinya duduk di sofa, seseorang datang masuk begitu saja kedalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)
RomanceKanaya dan Glen bertemu kembali, hubungan pertemanan mereka pun berkembang menjadi 'Friend with benefit' yang berjanji tidak akan pernah melibatkan perasaan sama sekali. Tapi apakah benar mereka bisa menjalaninya? "Kalo lu perlu apa-apa hubungin gue...