FWB 41

4.5K 218 9
                                    

SEIRING berjalannya waktu,Luna dan Glen semakin dekat kembali. Luna juga sering bertukar pesan dengan Glen.Terlebih dirinya sering datang kerumah lelaki itu untuk menyemangatinya belajar.

Seperti sekarang, Luna bersama Glen sedang duduk santai di halaman belakang rumah. Hari ini adalah hari terakhir ujian Sekolah bagi kelas 12.
 
Lagi-lagi Luna ikut pulang bersama dengan Glen. Lelaki itu juga kebetulan tak mengantar jemput Kanaya karena perbedaan shift ujian.
 
Tasya datang dengan pakaian yang sudah rapi."Kak, Tasya mau keluar dulu"
 
"Mau kemana?"

"Ketemu temen"
 
"Yaudah hati-hati. Jangan ke tempat aneh-aneh"
 
"Iya kak" Tasya berlalu begitu saja tanpa berpamitan dengan Luna.
 
Tujuan Tasya sebenarnya adalah bertemu dengan Kanaya, mereka sudah membuat janji untuk bertemu dan hang out bareng. Sampai di kafe tempat janjian, rupanya Kanaya yang masih menggunakan seragam sekolah itu sudah datang dan menunggu Tasya.
 
"Hai kak Naya"
 
"Hai Tasya"
 
"Maaf ya, Tasya lama" Gadis itu duduk di hadapan Kanaya sambil mengipasi wajahnya menggunakan tangan. Cuaca diluar cukup panas siang ini.
 
"Enggak kok. Diminum dulu tuh, baru dateng juga minumannya"
 
Tasya tersenyum senang, pas sekali karena dirinya juga sedang haus.Tasya dan Kanaya banyak mrngobrol tentang banyak hal, hingga akhirnya Tasya membicarakan Glen.
 
"Kak, Tasya gak suka deh sama kak Luna" Ucapnya yang membuat Kanaya langsung terdiam dan bingung. "Loh? Kenapa emangnya?"
 
"Kak Luna sekarang suka datang terus ke rumah. Apalagi selama kak Glen ujian kemaren, kak Luna malah ngeganggu kak Glen terus. Ngajakin ini lah itu lah"
 
"Kayak, dia tuh gak liat situasinya gitu.Kak Glen kan mau ujian, tapi kok malah diganggu terus. jadinya ga ada waktu buat belajar,mereka juga berduaan terus di halaman belakang kayak tadi tuh" Tasya berbicara dengan nada yang berapi-api.
 
"Kakak sebagai pacarnya kak Glen kasih tau dong. Aku beneran ga suka liatnya"
 
Kanaya terdiam, Lagi-lagi ada saja orang yang menganggap bahwa ia dan Glen berpacaran. Kanaya tersenyum.

"Tasya..Kakak itu bukan pacarnya kak Glen, kita cuman temenan aja"
 
Tasya merubah raut wajahnya menjadi kaget. "Loh? Jadi kakak sama kak Glen enggak pacaran?"
 
"Iya, jadi kakak ga berhak buat atur Glen berteman dengan siapa aja.Ngomong-ngomong soal Luna,Tasya liat ga ekspresi kak Glen pas Luna datang kerumah? Apa dia kaya ngerasa risih gitu atau mungkin, keliatan marah dan keganggu?"
 
Tasya menggeleng. "Enggak tuh, kak Glen malah kayaknya seneng gitu. Ketawa-ketawa"

"Nah itu tandanya, selama kak Glen gak merasa risih berarti kak Glen malah merasa terhibur sama kehadiran Luna. Lagipula, siapa sih yang gak pusing sama ujian? Tasya juga pasti pusing kan kalo belajar terus?"
 
"Tasya butuh hiburan, butuh temen ngobrol, kalo males tapi dipaksain belajar juga gak akan masuk ke kepala kita. Sama hal nya sama kak Glen,kehadiran Luna pasti bikin dia seneng. Dia jadi gak terlalu pusing sama ujiannya karena ada temennya"
 
Kanaya memang begitu, tegar dalam menghadapi apapun di depan siapapun. Kanaya juga mampu menutupi rasa sedihnya. Ia tak mau orang tahu bagaimana isi hatinya sebenarnya.
 
Emosi Tasya meluruh karena perkataan Kanaya. Semua yang dikatakannya benar.
 
"Kakak bener juga. Tapi, kalo kak Glen butuh teman, kenapa gak sama kak Kanaya aja? Kenapa harus sama Kak Luna?"

Jeder
 
Perkataan Tasya benar,Kanaya kan ada. Jadi kenapa Glen malah bersama Luna? Apa sekarang Glen mulai menjauhinya karena Luna? Apakah masalalu akan terjadi lagi dimasa sekarang?
 
Kanaya benar-benar tak tahu harus apa, ia tak mau kejadian beberapa tahun lalu harus terulang lagi sekarang."Iya ya, kan kakak juga temennya" Kanaya hanya tersenyum miris kepada Tasya.

🤜🤛

Vano mengeluarkan kotak rokoknya, ia mengambil satu batang rokok dan menyalakannya.

Raskal datang dan ikut duduk disamping Vano. Raskal biasanya tak pernah merokok, tetapi sekarang ia meminta sebatang rokok kepada Vano."Tumben lo ngerokok?"
 
"Pusing gue"
 
"Kenapa?"
 
"Sierra sudah banget di dapetin, gue bingung banget"
 
Vano menghembuskan asap rokokya, ia menyunggingkan senyum miringnya. "Playboy kayak lo kok bisa pusing dapetin cewek?"

Raskal melirik Vano, lelaki itu sungguh menyebalkan. "Dia itu sama kayak lo" Celetuk Raskal yang membuat Vano langsung menatapnya."Maksud?"
 
"Ya gitu, Jeselyn udah ngode lo, deketin lo, tapi lo gak peka-peka. Cuek aja gitu"
 
"Gue pengen tau, lo sebenernya peka atau engga sih?"
 
Vano terdiam, saat ini Jeselyn memang sudah seperti pacarnya, selalu menempel saat bertemu,mengurusnya saat Vano sakit. Terlebih gadis itu sangat bawel.
 
"Gue gak perlu peka juga udah nganggap dia ada" Ujar Vano lalu beranjak pergi meninggalkan Raskal
 
"Dasar, tinggal tembak aja susah banget" Raskal menggelengkan kepalanya lalu kembali menghisap rokoknya.
 
Di tempat lain,Glen masuk kedalam supermarket membeli berbagai snack untuk Tasya,dirinya,dan Luna. Namun, saat dibagian bilik minuman, matanya bertemu dengan mata Sierra.
 
Gadis itu menatap tajam Glen dan segera berlalu pergi. Tentu saja Glen tak tinggal diam. ia segera mengejarnya. Saat sampai diluar, ia berhasil menahan tangan Sierra. Gadis itu berhenti dan mencoba melepaskan diri.
 
"Tunggu, gue mau ngomong sama lo"
 
"Lepasin gue. Jangan sentuh gue"
 
"Lo kenapa sih,kayaknya gak suka banget sama gue?"
 
"Gue bikin salah apa?"
 
Berontakam Sierra berhenti. Ia menatap tajam Glen, "Lo mau tau?"
 
"Iya, kasih tau gue".
 
Kini Glen dan Sierra berada di sebuah lapangan basket yang sepi, hanya ada penerangan lampu dari pinggir lapangan.

FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang