FWB 40

4.7K 234 11
                                    

BENAR katanya, Rindu itu berat. Sekarang Kanaya hanya bisa berguling-guling di kasur king size miliknya. Membersihkan rumah sudah selesai, belajar? Untuk apa? Kanaya tak perlu itu. Mau belanja Online,barang kemarin saja masih berlebel harga.
 
"Apa gue chat Glen ya? Udah lama juga, Lagian tuh cowok tumben banget ga ngechat gw" Kanaya berbicara pada dirinya sendiri. Ia mengambil ponselnha lalu mengetikkan pesan pada Glen

Kanaya
Glen, ngapain?

Glen
Gabut, kenapa?

Kanaya
nanya doang

Glen
Kangen lu sama gue?

Kanaya
Lu kali yang kangen sama gue

Glen
Yakali gue kangen lu

Rasa sakit apa ini? Kanaya merasakan dadanya sesak seketika saat membaca pesan dari Glen. Manusia satu itu memang sungguh tak berperasaan. Namun, Kanaya tak bisa kalah begitu saja.

Kanaya
Gue juga mana mungkin
Kangen sama lo!

Glen
Oh, gitu..
Ngebales ceritanya..

Kanaya
Dasar cowok serba salah!

Glen
Biarin. Gini-gini juga lu suka
Kan?

Kanaya
Enggak tuh, kata siapa

Glen
Yaudah bagus

Glen
Eh Nay udahan dulu ya, gue ada tamu

Kanaya
Oke.

Obrolan singkat virtual itu membuat Kanaya tak puas. Baru saja dirinya merasa senang karena ada teman mengobrol malah ditingal lagi. Ia pun memutuskan untuk tidur siang saja daripada pusing tidak jelas mau apa.
 
"Kan enak, gue siapa tau mimpiin jodoh. Ya siapa lagi kalo bukan Glen" Kanaya jadi senyum-senyum tidak jelas, ia jadi salting sendiri.Gadis aneh. Lambat laun matanya mulai tertutup, Kanaya pun tertidur.
 
Di tempat lain, Vano tak sengaja bertemu jeselyn di Mall, entah ala yang dipikirkan vano tiba-tiba saja ia merasa bosan dirumah dan memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri di mall. Namun, dirinya malah bertemu dengan Jeselyn
 
"Omo omo..Emang ya, jodoh itu ga kemana" Jesleyn mendekatkan dirinya ke vano
 
"Kebiasaan, gak usah nempel-nempel bisa gak?" Vano menggeser tubuhnya
 
"Enggak mau"
 
"Lyn, ini siapa sayang?" Ratna baru saja keluar dari toko baju  bersama Brata yang menenteng dua tas belanjaan. Ratna melihat Vano dari atas sampai bawah.

Lelaki itu sangat tinggi, terlebih ia sangat tampan.Bukan kah dia lelaki yang selalu membuat jeselyn senyum-senyum sendiri? Tebaknya dalam hati.
 
"Mah, ini loh yang namanya Vano"
 
"Halo tante, om" Vano tersenyum sambil menyalami Ratna dan Brata bergantian
 
"Halo Vano, jadi kamu yang sering di ceritain Jeselyn. Aduh gantengnya"
 
Vano melirik Jeselyn, tatapannya seolah bertanya "lo cerita apa tentang gue? "
 
Jeselyn membalas lirikan Vano sambil tersenyum "ada deh"
 
"Gevano? Anak sanjaya?"
 
Ketiga orang itu menatap Brata, pria paruh baya itu tahu bahwa Vano ini anak dari pengusaha kaya yang sekarang tinggal di belanda. "Benar kan?"
 
Vano mengangguk "Iya om, benar"
 
"Papa kenal sama Vano dan orang tuanya?"
 
"Ya.Di dunia bisnis, para pengusaha  pasti akan saling kenal. Papa dan pak sanjaya dulu satu kampus, sampai sekarang papa masih suka berkomunikasi dengan beliau"
 
"Papa juga tau kalo salah satu anaknya tinggal di Indonesia.Saat papa ke belanda, papa bertemu beliau. Beliau ngasih tau papa dan nunjukin foto kedua anaknya. Karena itu, sekarang papa langsung kenal sama Vano"
 
"Wah, keren..Tuh kan apa gue bilang No, Jodoh itu ga kemana" Vano hanya melirik Jeselyn sekilas. Sedangkan Ratna dan Brata hanya tertawa karena perkataan Jeselyn
 
"Kalo begitu kita mau pamit pulang dulu ya Vano, soalnya om masih ada pekerjaan"
 
"Iya om,tante"
 
"Titip salam ya sama papa mu"
 
"Baik om,nanti saya sampaikan
 
"Ayo pulang Lyn" Jeselyn terdiam membuat semua orang bingung
 
"Jeselyn mau sama Vano dulu. Boleh kan mah, pah?"
 
"Yah, kalo Vano tidak keberatan ya silahkan"
BJeselyn tersenyum senang "Vano ga pernah keberatan kok pah"
 
"Ya sudah, papa sama mama pulang dulu. Om titip Jeselyn ya Vano" Vano tersenyum lalu mengangguk. Ratna dan Brata akhirnya pergi meninggalkan kedua anak itu
 
Vano dan Jeselyn mulai berjalan bersama."Lo mau beli apa no?"
 
"Gak beli apa-apa"
 
"Lah terus lo ngapain dong ke Mall sendirian?"
 
"Jalan-jalan doang"
 
"Ya ampun No, Lo gabut ya? Gue kasih tau. Kalo lo lagi bosen gini lo bisa telepon gue, chat gue, suruh gue ke apart lo atau kita bisa jalan-jalan bareng gitu"
 
"Buat apa?"
 
Jeselyn membuka mulutnya lalu mengusap dadanya penuh sabar. "Pokoknya lo harus kabarin gw kalo lo lagi bosen. Gue pasti bakalan langsung dateng biar lo gak bosen lagi"
 
Vano hanya diam saja,Jeselyn juga sudah biasa dengan respon Vano yang begitu. Tapi jauh di dalam hati Vano, ia senang. Sepertinya mulai sekarang hidupnya tidak akan membosankan lagi.
 
Saat keduanya sibuk melihat-lihat ke sekeliling,Mata Jeselyn menangkap sosok orang yang sangat ia kenali di depan sana
 
"Lah, Glen? Oalah, sama kana----EH?? LUNA?"
 
Dengan respon cepatnya ia langsung menarik Vano masuk ke salah satu toko. Jeselyn membawanya masuk ke bagian paling dalam toko tersebut. "Apaan sih Lyn?"
 
"Itu, em. Barang disini bagus banget, gw mau liat-liat dulu"
 
"Ya udah santai aja, tokonya gak lari juga".Jeselyn hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya, lalu mengikuti Vano yang mulai berjalan melihat-lihat.
 
"Wait, demi apa gue liat Glen tadi sama Luna? Itu Luna kan? Gak mungkin kalo kanaya badannya tinggi gitu. Tapi kenapa Glen bisa sama Luna? Untung aja gue cepet bawa Vano masuk.Kalo gak bisa gak beres"
 
Kenapa Jeselyn membawa Vano cepat masuk ke dalam toko? Pertama, Vano tau bahwa Glen dan Kanaya sedang dekat, meskipun entah ada hubungan atau tidak. Siapapun yang dekat dengan Kanaya pasti Vano,Raskal, dan Kevin akan mengawasinya.

FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang