FWB 42

4.3K 232 9
                                    

"Luna akhirnya sadar setelah beberapa hari Koma. Tapi, mulai saat itu dia jadi pendiam. Dia gak mau ketemu siapa-siapa, dia takut ketemu mama, dia takut ketemu papa, bahkan dia takut ketemu gue!" Sierra menatap Glen yang sudah menunduk, lelaki itu merasakan sesak di dadanya.
 
"Dia sering ngomong sendiri gak jelas, teriak-teriak gak jelas dan gue gak pernah liat dia senyum lagi"
 
"Luka fisik yang Luna alamin emang bisa sembuh, Tapi enggak sama luka batin"
 
"Gue bersyukur, dia gak hamil. Coba aja saat itu dia hamil, gimana kondisi dia sekarang? Pasti bakalan lebih parah daripada ini. Dan harus ada yang tanggung jawab, sedangkan orang-orang bejat itu gak pernah ditemuin sampe sekarang."
 
Glen masih juga terdiam, Sierra yang sambil menangis juga terus menceritakan semua yang sudah dilalui oleh Luna.
 
"Tapi kenapa? Kenapa papa, mama, bahkan Luna gak pernah benci sama lo? Mereka gak pernah nyalahin lo?"
 
"Kenapa cuman gue? Kenapa disaat Luna mulai nyeritain semua dari awal kejadian, saat dia nyebut nama lo. Kenapa cuman gue yang benci sama lo?!" Sierra menarik kerah jaket Glen dan memukul-mukul dada Glen
 
"Gue tanya sekali lagi sama lo, lo kemana Hah? Kenapa lo gak nepatin janji lo? Kenapa lo gak dateng nemuin Luna?"

🤜🤛

GLEN melajukan motornya kencang. Tak peduli dengan jalanan yang ramai, ia ingin cepat sampai rumah bertemu Luna.
 
Dirinya memarkirkan motornya asal di halaman rumah, ia membuka pintu secara kasar. Di ruang tamu rupanya Luna dan Tasya sedang duduk menunggu kedatangan lelaki itu.
 
Luna bangkit "Eh kak. Loh? Belanjaannya man---"
Grep
 
Semua diam. Glen tiba-tiba memeluk tubuh Luna membuat gadis itu terkejut. Begitu juga dengan Tasya yang membelalakan matanya.
 
"Kak"
 
"Sebentar"
 
Luna merasakan debaran dihatinya saat tubuh hangat Glen mendekapnya erat. Tasya yang tidak bisa melihat itu langsung berlari ke kamarnya. Ia tak mau mengganggu urusan orang dewasa, seperti kata Kanaya.

"Tasya, kalo misalnya nanti kak Glen sama Luna ada apa-apa. Tasya masuk kamar aja ya? Itu urusan orang dewasa. Tasya jangan dengerin apapun"
 
"Kak Naya, kakak udah bisa duga hal ini terjadi? Hebat banget" Tasya lebih baik belajar saja mengerjakan tugas. Tak mau peduli dengan kedua orang dibawah sana meskipun ia ingin sekali tau ada apa dengan Luna dan Glen.
 
Glen melepaskan pelukannya, ia menarik lengan Luna ke sofa. Mereka duduk bersebelahan."Kak? K-kenapa?"
 
Glen mengusap wajahnya kasar lalu menghadap Luna. "Maaf"
 
"Maaf gue saat itu gak datang ke taman buat nemuin lo"
 
Mata Luna membelalak, ia menutup mulutnya. Bagaimana Glen bisa tahu? Apa dia juga tahu tentang kejadian menjijikan itu?
 
"Maaf gue gak nepatin janji gue"
 
"D-darimana kak Glen tahu itu? Siapa yang kasih tahu kakak?"
 
"Luna! Emang itu penting? Lo Ngalamin ini semua karena gue,dan kenapa lo malah gak benci gue? "
 
"Kata-kata itu.. "
 
"Kak Sierra yang kasih tahu kakak?"
 
"Saat awal aku emang kecewa sama kak Glen, kenapa kakak gak datang? Kenapa kakak gak ngasih aku kabar? Kenapa kakak buat aku nunggu? Dan Kenapa kak KENAPA?"
 
Luna berangsur mundur. Karena Glen membahas hal itu ingatannya jadi terputar kembali dimana kejadian kelam itu terjadi.
 
"Tapi, Papa dan Mama bilang itu semua murni kecelakaan. Saat itu juga gak ada yang tahu kalo kejadian itu akan terjadi. Luna emang kecewa, tapi Luna gak benci sama kakak"
 
Glen mendekat, ia membawa Luna masuk kedalam pelukannya. Gadis itu terisak hebat. Glen mengelus lembut surainya "maafin gue Lun, gue bener-bener minta maaf"
 
Luna menggeleng cepat."Enggak kak. Luna udah gak mau inget itu lagi. Luna udah sembuh"
 
"Iya Luna".Akhirnya Luna melepaskan pelukannya dan menatap mata abu Glen.

"Tapi, sebenernya kakak kemana waktu itu? Dan, apa yang mau kakak bilang ke aku sampe nyuruh aku ke taman?"
 
"Gue.."

Flashback
 
"Oi Glen, lo gak basket?" Dodit meneriakinya dari pinggir lapangan

"Enggak. Besok lagi aja" Glen lalu berlari menuju parkiran sepedanya. Baru beberapa meter ia menggowes sepedanya, Glen melihat Kanaya sedang  jongkok mengutak-atik sepeda. Ia pun berhenti dan menghampiri Kanaya
 
"Kenapa sepedanya?".Kanaya menoleh, Glen langsung tertawa karena melihat penampilan Kanaya. "Hahaha"
 
"Kok lo ketawa?"

FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang