FWB 3

18.3K 651 4
                                    

Warning!

KANAYA sudah siap dengan seragamnya. Jam baru menunjukan pukul 06.00. Ia membuka laci dimana tempat aksesoris rambutnya terkumpul, Kanaya mengambil dua jepit berwarna gold dengan manik mutiara kecil di sisinya. Ia memasangnya di rambut sebelah kanannya saja.

"Cantik" gumamnya melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Ia pun mengambil tas dan segera turun ke bawah. Sampai di tangga terakhir, ia berpapasan dengan kakaknya.

"Eh buset, kaget anjir. " Air di gelas yang dibawa lelaki itu pun tumpah mengenai kaos putihnya.

"Bang Kev! Lu bawa cewek ya semalem?" tanya Kanaya memicingkan matanya tanpa peduli baju kakaknya yang sudah basah.

"Iya, tuh." Kanaya mengikuti gerakan bibir Kevin yang menunjuk seorang wanita mengenakan kemeja putih oversized sedang duduk santai sambil tersenyum dan melambai ke arahnya dan Kevin.

"Gila lu ya? gue kan udah bilang, kalo mau jangan dirumah. " Kanaya berbisik agar tak terdengar oleh wanita tersebut.

"Ya abis gimana, gue udah kebelet"

"Tuh cewek dapet darimana lagi? Bentukannya kayak tante-tante begitu, lu sekarang suka sama yang tua-tua ya?"

Kevin menyunggingkan senyumnya. "Dapet? lu kira undian! Gue kenal di klub tadi malem biasa lah. Gue bayar juga pergi dia. "

Kanaya menggelengkan kepalanya, sudah tak heran jika kakaknya bersikap begitu.

"Bener-bener lu ya udah gak ada obat".

"Udah ya adik ku sayang. Abang mu ini perlu ganti baju. Mending sana sarapan, jangan ngomel mulu"

Kevin mendorong Kanaya pelan dan berlalu naik ke atas untuk mengganti bajunya. Kanaya melihat wanita itu lagi yang masih tersenyum kepadanya, ia pun membalas senyuman nya dengan canggung lalu pergi ke dapur untuk sarapan.

🤜🤛

07.00

Glen menarik tangan Jia, Glen membawanya menuju ruang musik. Jia hanya mengikuti dengan tenang tanpa banyak bertanya, hingga mereka masuk ke dalam ruang musik yang gelap, Glen segera menutup pintu dan menguncinya.

Glen langsung mendorong pelan tubuh Jia sampai mentok ke dinding ruangan yang dingin.

Jia tidak berontak, ia malah menggoda Glen dengan menarik dasinya supaya wajah pacarnya itu lebih mendekat dengan wajahnya.

Jia bersmirk saat hidungnya dan hidung Glen bersentuhan. Deru napas keduanya pun saling menerpa wajah satu sama lain. Mereka bertatapan cukup lama hingga akhirnya Jia merasakan bibir Glen menempel di bibirnya.

Glen memejamkan matanya dan mulai melumat bibir Jia lembut, Jia membalasnya dan ikut memejamkan matanya. Mereka larut dalam ciuman yang masih terbilang santai hingga akhirnya Glen tidak bisa mengontrol nafsunya dan malah menjamah lebih jauh tubuh Jia. Beberapa menit kemudian Jia mendorong bahu lebar Glen.

"Kenapa?" Napas Glen terengah karena ciuman panas mereka tanpa jeda.

"Udah Glen, nanti ada yang datang. Sebentar lagi jam masuk." Jia merapikan seragam dan rambutnya, ia menyeka sudut bibirnya yang basah. Begitu juga dengan Glen, ia hanya merapikan seragam dan dasinya. Setelah selesai mereka pun keluar dari ruang musik dan masuk ke kelas masing-masing.

"Buset, pagi-pagi keringetan banget abis ngapain?" Tanya Bryan teman sebangku Glen saat melihat Glen duduk santai di sebelahnya sambil mengeluarkan Ponsel.

FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang