FWB 32

5.8K 251 8
                                    

"Kata siapa?"

Raskal mengambil ponselnya dan menunjukkan pesan beberapa hari lalu

"nih".Sierra menyipitkan matanya saat membaca pesan terakhir

"Bukan gue itu yang bales"

"Terus siapa?"

"Adik gue paling" Ucapnya

"Oh, adik lo? Jadi,lo gak punya pacar kan?"

"Gak ada" Raskal tersenyum senang,rupanya hanya salah paham

Drrrrttt drrrt drrrtt

Vano si vampire calling....

"Eh? Bentar ya gue angkat dulu"

"Halo No apaan?"

"Ke bar sekarang ada masalah penting"

"Penting banget?" Raskal melirik Sierra yang sedang menatap ke arah lain

"Iya, cepet gue tunggu" Sambungan pun terputus, mendengar dari nada bicara Vano yang panik membuat Raskal buru-buru untuk menuju bar

"Sorry ya gak bisa ngobrol lama-lama, gue ada urusan, dah" Raskal melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Sierra dengan cepat. Sierra pun masuk setelah punggung Raskal menghilang dari pandangannya.

Sesampainya Glen di rumah,baru saja turun dari motornya,Inara sudah keluar sambil menenteng tas nya."Mamah mau kemana?"

"Ayo kita ke kantor polisi,mama dapat telepon tadi".Tiba-tiba ada sebuah mobil bmw hitam yang berhenti dihadapan Glen dan Inara

"Mama sama Dimas, kamu naik motor saja sendiri ya"

"Ok" Glen kembali memakai helmnya dan menaiki motornya.
Kantor polisi,

"Bukti yang kalian bawa, telah kami proses, keterangan saksi yang kami dapatkan juga sudah kami proses. Kami juga menginterogasi kembali tersangka atas nama Eryanto. Dan jawabannya.... "

"...Beliau tidak melakukan tabrakan itu, beliau hanya dimintai tolong"

"Bukti dan keterangan saksi sudah cukup bagi kami untuk bisa membebaskan saudara Eryanto dari sel tahanan"

Ketiganya sangat lega mendengar kabar tersebut, mereka sangat senang karena usaha yang dimas lakukan untuk membebaskan ayahnya yang tak bersalah ternyata berhasil, bahkan tidak dipersulit sama sekali.

Karena ternyata pihak dari keluarga Jia yaitu David sendiri yang meminta agar Eryanto juga dibebaskan karena tidak bersalah.

"Jadi ayah saya bebas pak?"

"Ya, ayah kamu bebas" Inara dan Glen tersenyum penuh syukur, Dimas langsung melompat memeluk inara

"Terimakasih bu, tanpa bantuan ibu saya tidak bisa membebaskan ayah"

"Jangan berterimakasih sama saya, ini semua sudah seharusnya Dimas" Dimas melepaskan pelukannya, ia melirik Glen yang sedang menatap ke arahnya, tanpa pikir panjang Dimas memeluk Glen dengan erat

"Gue gak tau gue harus bilang apa ke lo, tapi terimakasih"

"Terimakasih juga lo udah ikhlas maafin almarhum papa, hidup bahagia terus mulai sekarang dengan ayah lo"

"Jaga beliau dengan baik, bahagiain beliau, dan lo harus bikin ayah lo bangga punya anak yang mau berjuang demi beliau" Dimas mengangguk paham dan semakin mengeratkan pelukannya.

Kini tiba saatnya Eryanto dikeluarkan dari sel tahanan,tidak ada lagi baju berwarna orange yang melekat ditubuhnya, derap langkah kakinya membuat ketiga orang yang sedang menunggunya sangat tak sabar ingin bertemu

"Ayah... " Panggil Dimas saat Eryanto tiba di depan matanya, pria kurus yang bertubuh lebih pendek darinya,rambut dan kumis yang sudah memutih itu membuat dimas tercengang akan sosok ayahnya yang berbeda saat terakhir kali ia temui

"Dimas?" Suara lirih itu memanggil namanya, dengan segera ia melangkah kedepan menuju sang ayah dan langsung memeluknya erat

Eryanto menciumi seluruh bagian wajah Dimas karena sangat rindu kepada anak satu-satunya itu."Kamu sudah besar sekarang"

"Maafin ayah nak, ayah gak bisa jagain kamu selama ini"

"Ayah gak boleh ngomong kayk gitu, ayah udah cukup rawat Dimas selama ini, sekarang dimas mau hidup bersama lagi sama ayah, kita udah beda yah,Kita udah gak miskin lagi, kita udah gak jadi pemulung lagi.. "

Tangis haru keduanya memenuhi seluruh isi ruangan, Inara juga bahkan meneteskan airmata haru nya karena pertemuan ayah dan anak itu,berbeda dengan Glen, ada perasaan iri karena Dimas masih bisa memeluk ayahnya yang sudah lama ia rindukan, tidak dengan dirinya yang sudah kehilangan sosok ayahnya.

Namun, Glen melirik ke samping dimana inara sedang menyeka air matanya.Dia masih mempunyai seorang ibu yang sangat menyayanginya bahkan mungkin lebih dari siapapun,Glen tidak sendiri.

"Ayo mah kita pulang" Ucap Glen sambil merangkul pundak inara."Ayo Glen"

FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang