FWB 19

7.7K 341 6
                                    

GLEN berjalan memasuki ruang rawat Kanaya. Sudah 2 hari setelah kejadian Kanaya ribut bersama teman-temannya ia tak lagi datang menjenguk karena sibuk mencari informasi mengenai kematian papanya.

"Hi, Nay. " Glen menghampiri kedua orang yang sedang mengobrol itu. Melihat kedatangan Glen, Raskal beranjak dan menepuk bahunya.

"Gue ke sekolah dulu ya Nay, sekarang ada Glen yang jagain lo. "
 
"Iya Kal, maaf repotin lo terus. "
 
"Yaelah, sepupu gue sok gak enakan gitu"
 
"Glen, gue titip Naya. Ada apa-apa kabarin gue cepet"
 
"Santai" Raskal pun mengambil tasnya lalu keluar. Kini Glen duduk di kursi dimana sebelumnya Raskal duduk.

"Maaf ya baru bisa jenguk lagi"
  
"Gak apa-apa kali" gadis pucat itu menatap Glen bingung. "Lo bolos?"
 
"Iya, gue bolos. "
 
"Nakal banget, mentang-mentang pemilik yayasan"
 
"Biarin. Justru karena itu gue bisa berbuat sesuka hati gue. Yah, meskipun nanti juga bakalan kena hukum" Kanaya menggeleng pelan dan terkekeh
 
Glen melihat meja di sebelah Kanaya yang diatasnya penuh dengan Makanan rumah sakit. "Loh, makanannya belom di makan?"
 
"Gak enak, pait. "
 
"Terus gimana mau sembuh kalo lo bilang pait-pait mulu?"
 
"Sini" Glen membantu Kanaya merubah posisinya menjadi duduk. "Tapi-"
 
"Ssst, Gak ada penolakan. " Jari telunjuknya menempel dibibir pucat Kanaya, menbuat gadis itu seketika terdiam dan mulai menurut.
 
"Ayo buka mulutnya aaa" Kanaya segera melahap sesendok bubur yang Glen sodorkan, meskipun terasa pahit di mulutnya ia tetap menelannya, supaya tak kena omel Glen ataupun sepupunya nanti.
 
Bubur tersebut akhirnya habis dan hanya menyisakan sayur soup yang tidak terlalu Kanaya suka.

"Pinter" Glen mengusap puncak kepala Kanaya lembut lalu menyimpan Nampannya keluar di dekat pintu.

"Lo gak apa-apa di sini sama gue? Emang pacar lo gak marah?"
 
"Santai aja, dia juga akhir-akhir ini mana peduli sama gue"
 
"Tapi..." Kanaya menaikan sebelah alisnya saat ucapan Glen menggantung
 
"Waktu kemaren lusa gue tanding, dia dateng"
 
"Wah, bagus dong uhuk" Kanaya terbatuk, melihat itu Glen segera memberinya minum.

"Lo sih banyak ngomong"
 
"Kok gue? Ini kan salah lo tadi gak ngasih gue minum abis makan, seret dodol"
 
"Lah, iya lupa. " Glen tertawa melihat ekspresi Kanaya yang kesal.
 
"Lanjut, berarti sekarang dia seharusnya udah biasa aja kan ke lu?. Udah mulai chattan lagi, ketemuan lagi"
 
"Enggak, dia aja gak ke sekolah. Malah makin jauh kayaknya" Glen menghela napasnya panjang yang kemudian Kanaya juga hanya menatap Glen sendu.

"Nay.." Glen mencolek bahu gadis yang sedang melamun itu.
 
"Hah?"
 
"Ngelamun terus, kenapa? Cerita sama gue"
 
Kanaya mulai bercerita tentang Nicko dari awal hingga akhir mereka bisa berpisah. Mengingat hal itu membuat Kanaya kembali merasakan sesak di dadanya. Saat ia bercerita air matanya ikut mengalir membuat Glen terus mengelus punggung kanaya lembut untuk menenangkannya.
 
Rahang Glen mengeras karena tak kuasa melihat kanaya yang begitu sayang pada lelaki yang sudah mengkhianatinya, bahkan selama ini Kanaya selalu menunggu mantan pacarnya itu dengan sabar meskipun sesekali ia juga bisa di bilang berkhianat karena berani berciuman dengan Glen.

Tapi sungguh keterlaluan jika Nicko melakukan hal yang sudah diluar batas, apalagi menyembunyikannya selama berbulan-bulan.
 
"Nay, dari apa yang udah dia lakuin ke lo, apa lo bisa maafin dia?"
 
"Karena menurut gue, dia juga punya ke khilafan saat ngelakuin itu"
 
Kanaya menghela napas "gue maafin apapun kesalahan dia. Kecuali, dia main cewek di belakang gue Glen"
 
"Lo pasti bisa cepet lupain dia meskipun ga semudah itu.Tapi gue yakin lo pasti bisa"
 
"Gimana caranya?"
 
"Terus sama gue dan bakal gue bikin lo lupa sama dia" Kanaya mengerjap dan menatap mata abu lelaki tampan itu, perlahan Glen bangkit dari duduknya dan mencondongkan tubuhnya kearah wajah gadis itu.
 
Hingga akhirnya bibir lembut milik Glen menempel di kening milik Kanaya. Ia terkejut membelalakan matanya,tangannya meremas kuat selimut yang menutupi sebagian kakinya
 
"Kalo ada apa-apa, lo bisa hubungin gue"
 
"Tapi..no feelings ok?" Suara bisikan yang parau itu entah kenapa membuat Kanaya jadi berdebar, lalu ia mengangguk dan menunduk tak berani menatap mata itu lagi.

FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang