GLEN terus berusaha mengetuknya. Namun, tak ada jawaban ataupun orang yang membukakan pintu. Ia terus mencoba dan akhirnya pintu pun terbuka, menampilkan sosok Kanaya yang menatapnya kaget.
"GLEN?".Dengan wajah yang babak belur lelaki itu menatap Kanaya sendu, gadis itu meringis melihatnya. Dengan terpaksa Glen mengangkat sudut bibirnya kecil, lalu jatuh begitu saja di pelukan Kanaya.
Ia berbisik dengan suara berat tersenggal."J-jangan teriak-teriak. Nanti Tasya bangun."
Dengan Susah payah Kanaya membawa Glen masuk kedalam dan menidurkannya di sofa. Kebetulan bi Inah datang dan kaget melihat kondisi Glen. Baru saja beliau membuka mulutnya Kanaya sudah mengangkat telunjuknya ke bibir.
"Ssstt..Naya juga gak tau Glen kenapa,Naya mau obatin dulu. Kotak P3K nya dimana bi?" Bi Inah mengangguk paham ."Tunggu disini mba, bibi bawakan"
"Sekalian sama air hangat dan handuk kecil ya bi" bi Inah mengangguk lalu pergi ke dapur. Kanaya membuka ponselnya lalu mengetikkan pesan.Kanaya
Naya pulang agak malemanBang kevin
Jangan malem-malem! Lebih dari jam 10,Gue bakar boneka-boneka lu
Awas aja lu bang berani nyentuh boneka-boneka gue!
Sejengkal lo pegang, putus jari lo.Kanaya menyimpan ponselnya saat melihat bi Inah kembali, dengan barang-batang yang Kanaya minta tadi.
"Biar Kanaya aja bi. Bibi kembali istirahat aja"
"Gak apa-apa mba?"
"Iya, gak apa-apa kok bi. "
"Ya sudah, bibi kebelakang dulu. Kalo ada apa-apa panggil bibi ya mba" Kanaya mengangguk seraya tersenyum, ia kemudian duduk disebelah Glen yang sedang berbaring sambil meringis kesakitan.
"Gue obatin dulu ya" Kanaya memeras handuk kecil yang sudah direndam air hangat. Dengan pelan ia menempelkan handuk itu ke wajah Glen dan membuatnya meringis perih."Shhh" Setelah beres membersihkan lukanya,Kanaya mengambil kapas dan betadine.
"s-sakit"
"Iya, gue pelan-pelan, tahan. "Di tempai lain,
"Gimana Kanaya?"
"Aman kok" Jeselyn mengangguk lalu kembali berjalan.
"Mau pulang?" Tawar Vano saat melihat gadis blonde disebelahnya itu terus melihat jam di pergelangan tangannya. Jeselyn mengangguk sambil tersenyum.
Meskipun sebenarnya ia ingin berlama-lama dengan Vano tapi, Papa nya daritadi terus menelepon menyuruhnya untuk segera pulang
Sesampainya di parkiran motor, Jeselyn tak sengaja melihat ke arah parkiran mobil yang tak jauh dari parkiran motor. Di dalam mobil tersebut ia melihat ada dua orang yang sedang berciuman mesra dengan lampu di dalam mobil yang menyala
"I-itu.." batinnya
"Nih".Melihat jeselyn bengong dan tak merespon panggilannya, Vano akhirnya memasangkan helm padanya dengan gerakan sedikit kasar yang langsung membuat gadis itu tersadar dan langsung memegangi kepalanya yang sudah terpasang helm.
"Eh?"
"Lo ngapain si ngelamun malem-malem?"
"G-gue---"
"Hai, Lyn" Suara berat dan familiar itu menyapa Jeselyn, keduanya langsung menoleh,gadis itu membelalakan matanya kaget,ia langsung menggeser posisinya ke sebelah Vano dan mencengkram kuat ujung jaket lelaki itu
"Oh, ternyata lo sama dia?"
"Sayang banget, padahal kalo lo sendiri kita bisa ngobrol dulu bentar" tanpa memperdulikan keberadaan Vano, Novan terus mengajak Jeselyn bicara.
Vano hanya terdiam memperhatikan keduanya dengan tatapan datar seperti biasanya. Novan mulai mendekat seperti tidak ada takutnya dengan lelaki yang lebih tinggi darinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)
RomanceKanaya dan Glen bertemu kembali, hubungan pertemanan mereka pun berkembang menjadi 'Friend with benefit' yang berjanji tidak akan pernah melibatkan perasaan sama sekali. Tapi apakah benar mereka bisa menjalaninya? "Kalo lu perlu apa-apa hubungin gue...