FWB 12

10K 364 3
                                    

SMA TARUNA
 
Gerbang sekolah sudah di padati siswa-siswi yang akan pulang kerumah masing-masing. berbeda dengan Glen, sejak jam pertama masuk pelajaran Glen tidak di dalam kelas. Melainkan di ruangan ketua yayasan yang sudah lama ia tak datangi. Ruangan itu berdebu dan perlu di bersihkan.

Waktu untuk membersihkan memang tidak sampai seharian. Namun, Glen merasa bosan berada di dalam kelas. Ia juga sedang di fase galau karena hubungan percintaannya merenggang. Sebab Jia yang kini sudah cuek kepadanya.
 
Glen mengcek ponselnya beberapa kali, berharap pacarnya itu menghubunginya karena ini sudah waktunya pulang. Namun, yang ada hanyalah beberapa pesan singkat yang menyuruhnya untuk segera berlatih basket.

Bryan
Lo dimna?

Bryan
Langsung datang aja ke Rebatig
 
Melihat jam sudah menunjukan pukul 15.00 Glen segera bersiap untuk ke tempat latihan

Brak!
 
Pintu ruangan terbuka secara paksa, Glen kaget karena gadis berambut sebahu itu datang dengan penampilan yang sudah acak-acakan, keringat mengucur di pelipisnya, wajahnya merah seperti menahan sesuatu. Gadis itu menghampiri Glen yang terdiam dengan ekspresi kaget.
 
"P-panas Glen"
 
"Jia, kamu kenapa?"
 
Jia segera menghambur ke pelukan Glen, tubuh Glen yang belum siap pun terjatuh duduk kembali di kursi kerjanya. Jia naik ke pangkuan dan duduk di paha kokoh milik Glen. Tangannya terulur mengalung di leher Glen, Jia mencium Glen dengan nafsunya namun Glen tidak kunjung membalas.

Glen menatap mata sayu Jia, Glen tau Jia sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang. Namun, siapa yang sudah berani memberikannya obat itu? Hingga akhirnya mereka pun melakukan hubungan intim di ruang kerja Glen selama beberapa menit.
 
Jia yang masih berada di pangkuan Glen kini lemas dan ambruk di pelukan lelaki itu. Glen memeluk tubuh Jia, mengelap dahi Jia yang sudah banjir keringat, napas keduanya memburu. Lama mereka berpelukan sambil mengatur napas akhirnya Glen mengangkat tubuh gadisnya itu dan mendudukannya di atas meja kerja.
 
Glen bangkit merapikan pakaiannya. Setelah ia selesai, Glen segera mengambil satu persatu pakaian Jia yang tadi di lempar, kemudian Glen memberikannya.

"Cepet pake" Sambil membantu Jia memakai bajunya, Glen melihat wajah Jia yang sudah tak Semerah tadi. Tetapi, mata gadis itu masih terlihat sayu, Glen pun mengumpulkan rambut Jia menjadi satu dan mengikatnya dengan gelang karet milik Jia.
 
Setelah keduanya selesai, Glen menggendong Jia ala bridal ke dalam mobil milik Glen, orang-orang yang masih ada di parkiran melihat mereka dengan tatapan iri tanpa kecurigaan sama sekali. Mereka menyanjung Jia karena beruntung bisa berpacaran dengan lelaki blasteran Italia itu.
 
Di dalam mobil, tidak ada percakapan sama sekali. Jia sibuk dengan ponselnya, gadis membuka kaca jendela mobil karena dirinya masih merasa gerah dan panas, hingga akhirnya Glen memberanikan diri untuk membuka suaranya.
 
"Siapa yang ngasih?" Ucap Glen yang tidak menoleh sedikitpun ke arah Jia karena fokus menyetir, mendengar pertanyaan Glen membuat Jia memasukan ponselnya kedalam satu seragam, gadis itu menunduk dan memainkan jarinya.
 
"Siapa?" Nada bicara Glen berubah dingin,
lelaki itu menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi.

Ponselnya terus bergetar pertanda ada panggilan masuk, namun Glen tak menghiraukannya. Kini ia menatap Jia yang masih sibuk memainkan jari-jarinya.
 
Glen menggenggam tangan jia. "Jia, kasih tahu aku siapa yang kasih?"
 
"Gak ada yang kasih"  dahi Glen berkerut

1 jam sebelum pulang sekolah
 
Kali ini kelas Jia kebagian mata pelajaran olahraga di jam terakhir, Jia yang kelelahan langsung menyambar botol minum milik Doni yang masih tersegel di atas meja Doni.
 
"Eh, Jia jangan di minum" pergerakan tangan Jia tertahan karena Doni yang mencegahnya dari depan pintu kelas.
 
"Kenapa? Belum kebuka kan jadi gak apa-apa, gue haus" Jia segera membuka segel botol minum tersebut dan langsung menegaknya hingga menyisakan setengah botol. Doni yang melihat itu hanya membuka matanya lebar dan menganga tak percaya.
 
"T-tapi itu..."
 
"Mampus gue kalo sampe Glen tau" Gumam Doni memikirkan Nasibnya.
 
Bel pulang berbunyi, Jia mulai kepanasan. dirinya mengambil selembar kertas untuk berkipas namun tak mempan, ia malah semakin kepanasan. Kini kelas sudah sepi dan Jia masih bertahan sendirian karena tubuhnya terasa gerah, Jia membuka satu kancing seragamnya, ada perasaan aneh yang mengganjal di bawah sana.

FRIEND WITH BENEFIT (Jangan ada perasaan lain ok?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang