*2*

2.3K 180 5
                                    


"Jel~"

Eric menggenggam tangan Jely yang sedang mengacak kuat ujung dress putihnya. Berusaha mati-matian menahan air mata yang sudah begitu banyak membendung pada kelopak matanya. Menyaksikan kedua sejoli yang kini resmi menjadi pasangan suami istri, setelah saling melontarkan janji suci.

Pada sisi kiri, Winter juga turut hadir dalam acara tersebut bersama sang kekasih dan sahabat-sahabatnya. Memeluk erat lengan pemuda itu sembari sesekali menatap tajam Jely yang duduk di sisi seberang, sebelah kanan.

Anak dari Ibu yang baru menikah itu tidak habis pikir atas setujunya Jely dalam hubungan Orangtua mereka. Bukankah dia sebelumnya yang bersikeras untuk menolak. Lantas, apa yang membuatnya menyetujui itu begitu saja?

"Stay strong, Jel" bisik Eric. Pemuda dengan Tuxedo putih itu bahkan menyusap lembut punggung tangan gadis itu dengan jempol tangannya.

Eric senang sekaligus merasa bersalah juga. Bersikeras membujuk Jely dengan sabar, namun ada sedikit bentakan tegas juga. Dia ingin gadis itu bisa membuka pikirannya lagi dan menurutkan rasa egonya. Tidak harus selalu berpikir bahkan kasih sayang sang Ayah akan berkurang setelah mereka menikah. Justru dia akan mendapatkan kasih sayang yang berkali-kali lipat. Jimin pun sempat bicara langsung dengan Jely, walaupun sang Anak terlihat mengacuhkannya. Berjanji bahwa Jimin akan selalu perhatian dan sayang dengannya.

Eric juga bilang bahwa Jely tidak akan pernah sendiri. Pemuda itu akan selalu ada untuknya sampai kapanpun. Eric yakin sekali bahwa pendamping Ayah sang Sahabat merupakan orang yang baik dan pantas menjadi Ibunya. Walaupun-

Eric menghela napas. Dari saat acara ingin di mulai sampai sekarang, Winter sama sekali tidak mengubah ekspresi sinis dan ketidaksukaannya terhadap Jely. Mereka bahkan sempat tidak sengaja saling tatap. Menyuruh gadis itu untuk mengalihkan pandangannya.

Dia tidak ingin berpikir yang tidak-tidak dulu. Dan berharap hubungan Jely dan Winter setelah ini bisa membaik dan menjadi saudara yang akur.

Sekarang sudah masuk sesi makan-makan. Jely berjalan menuju meja panjang yang sekarang sudah di tempati kedua orangtua nya, Winter beserta kekasih, dan juga sahabat-sahabatnya.

"Oh! Jely-ya, ayo sini sayang" ujar Aries, yang sudah resmi menjadi Ibu Tiri nya. Menuntun Jely untuk duduk di sampingnya, dengan ber dampingan dengan Jimin. Namun langkahnya langsung menuju ke arah sang Ayah yang sudah berdiri sembari merentangkan kedua tangan. Membawa tubuh anak semata wayangnya kedalam pelukannya. Melontarkan kata terima kasih atas kerendahan hati Jely yang sudah mau menyetujui pernikahan ini. Dia bersyukur, anaknya itu bisa bersikap dewasa walaupun sebenarnya tidak mudah. Jimin sangat mengerti itu.

"Sekarang peluklah Ibumu, sayang. Setelah ini dia juga pasti akan menyayangimu seperti rasa sayangnya Daddy ke kamu. Ayo,"

Jely terlihat ragu, bahkan sampai harus bertatap muka dengan Wanita berstatus Ibu Tiri nya itu. Kalau saja sang Ibu tidak lebih dulu memeluknya. Mengelus surai Jely dengan penuh kasih sayang.

Jely hanya terdiam bungkam. Menikmati elusan demi elusan seorang Ibu yang pertama kali dia rasakan dalam hidupnya. Seperti inikah?

Dia bahkan bingung ingin bereaksi seperti apa. Di sisi lain, dia masih merasa sedikit tidak terima, tapi di sisi lainnya, dia bahagia. Mungkin Eric benar, dengan memiliki keluarga lengkap akan membuatnya lebih mendapatkan kebahagiaan lagi. Semoga saja.

Jely mulai mendudukkan dirinya di samping sang Ibu. Netranya tidak sengaja beradu tatap dengan Winter yang rupanya sedari tadi tidak lepas pandangan dari Jely. Duduk di samping sang kekasih tepat berhadapan dengan Jimin dan Aries. Begitupun dengan para sahabat yang duduk berhadapan dengannya.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang