*11*

1.7K 165 2
                                    

Vote dan Comment jan lupa!


















===

Disinilah dia sekarang. Di sebuah Apartement mewah dengan kombinasi warna hitam, putih, dan abu-abu. Tidak terlalu luas sebenarnya, namun terlihat nyaman dan mengesankan. Cocok sekali untuk pemuda itu yang hanya tinggal seorang diri disini. Ada terdapat lantai dua nya juga yang dimana letak kamar si pemilik.

Cukup lama dia berdiri tidak jauh dari pintu utama. Terdiam karena terhanyut oleh pikirannya sendiri. Sementara Jay saat awal masuk tadi sudah berjalan begitu saja menuju lantai dua. Entah sedang apa. Tapi yang jelas, dia harus keluar dari sini secepatnya. Sebelum pemuda itu datang dan berbuat yang lebih parah lagi kepadanya. Ditambah niat Jay yang sedari awal memang ingin menyetubuhinya bahkan sampai menyewa penjaga segala. Seniat itu.

Jely mendengus. Benar-benar menyesal karena dalam seminggu ini pikirannya selalu di hantui oleh pemuda tampan yang sama seperti di mimpinya. Lebih tepatnya hanya karena rasa penasaran yang berujung petaka untuk dirinya sendiri. Dia sudah berusaha untuk tidak menyamakan karakter Jay di alam mimpi maupun secara nyata. Mencoba untuk tidak takut lagi. Tapi nyatanya? Walaupun caranya berbeda, namun jelas karakternya sama saja. Mesum dan gila akan sex. Persetan dengan sentuhan sekaligus kecupan lembutnya. Persetan akan rasa nikmat yang dia berikan pada tubuhnya. Dia tidak peduli. Dia ingin segera keluar dari tempat penghuni neraka ini sekarang juga.

Tubuhnya pun langsung berbalik. Berjalan dengan tergesa-gesa ingin meraih ganggang pintu. Namun, sayangnya keberuntungan malah tidak berpihak padanya sama sekali. Jay tiba-tiba mencegat sekaligus mendorong tubuhnya tepat di belakang pintu. Mengunci kedua tangan Jely yang memberontak tidak karuan.

"Lepasin tanganku, Jay! Aku ingin pergi!"

"Tidak. Aku tidak mau." Sahut Jay datar. Pakaiannya sudah berganti oleh piyama berwarna navy. Menatapnya begitu intens. Di tambah wajah mereka yang begitu dekat.

"Kau sudah melecehkanku! Sekarang, kau malah menyeretku kesini. Apa yang sebenarnya kau inginkan, huh?!" Bentak Jely, marah bukan main. Geram, marah, panik, takut menjadi satu.

Jay menghela napas, "Bukankah sudah ku bilang bahwa aku ingin sekali mengenalmu lebih dekat? Minggu lalu kau sudah menolak ajakanku. Jadi sekarang, aku tidak butuh penolakan lagi."

"Pria gila. KAU SUDAH MEMILIKI KEKASIH, BRENGSEK! APALAGI YANG KAU INGINKAN DARIKU?!"

Jay memijit pelipisnya, setelah mengunci kedua tangan Jely dalam satu tangan sekaligus. "Aishh! Kasar sekali." Decihnya.

"Aku menginginkanmu. Tidak ada alasan apapun. Dan kalau kau mau, kita bisa berhubungan secara diam-diam tanpa mereka ketahui" ujar Jay lagi.

Sungguh sulit di percaya. Ingin rasanya Jely menampar wajah yang sudah tersenyum tanpa dosa itu dengan sekeras-kerasnya. Apa-apaan dengan ajakan itu. Tentu saja dia tidak mau! Tidak akan pernah mau! Sampai kapanpun.

"Tidak usah gila! Tolong lepaskan aku sekarang juga!"

Seperti keajaiban, Jay lantas melepas cengkramannya. Namun ternyata tidak sampai situ, dia justru menarik tangan Jely menuju lantai dua. Lebih tepatnya menuju kamar pemuda itu sendiri.

Sontak kedua mata Jely terbelalak. Apa pemuda itu benar-benar ingin menyetubuhinya? Tidak! Dia tidak ingin sampai itu terjadi. Tolong siapapun bawa Jely keluar dari tempat ini sekarang juga!

Saat pintu kamar tertutup, tangannya langsung terlepas. Jay berjalan menuju ke lemari pakaiannya yang berada di pojok kanan. Kamar ini begitu luar dan panjang. Lemarinya itu pun juga panjang dan tinggi, berbentuk L. Seperti layaknya dua lemari yang di gabungkan menjadi satu. Kombinasi warna kamarnya pun sama seperti di luar ruangan lantai satu dan dua. Sepertinya pemuda itu memang menyukai warna monokrom.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang