*6*

1.7K 162 2
                                    

Seminggu yang lalu, setelah insiden yang Jely alami. Kalau boleh jujur, dia tidak ingin mengungkitnya lagi. Tidak peduli dengan Winter yang selalu menatapnya sinis saat tidak sengaja sedang berpapasan di rumah, menyuruhnya ini itu, membentaknya, dia tidak peduli. Karena Jely pun hanya merespon dengan tenang atau dia acuhkan sama sekali. Berurusan dengan adik tirinya itu begitu menguras tenaga. Dan akan sia-sia saja.

Namun, Winter akan menjaga dan merubah sikapnya kalau sudah berhadapan dengan Orangtua mereka. Berlaku manis layaknya anak baik-baik, dengan membagikan cerita selama di tinggalkan ke Eropa. Bahkan Winter juga tersenyum kearah Jely saat dia masih menceritakan kesehariannya dengan sang Kakak yang begitu akrab dan dekat. Membuat Jimin dan Aries langsung tersenyum haru karena hal itu. Mereka berpikir bahwa anak-anak mereka bisa begitu cepat saling menerima satu sama lain bahkan saat di tinggal pergi.

Dengan santai dan tenang, Jely juga sesekali mengangguk menyetujui semua drama dan kebohongan yang Winter ciptakan. Menyuap menu makan siangnya di selipi senyum miring samar. Tidak ingin ambil pusing. Dan sungguh, dia benar-benar tidak peduli.

Sekalipun Winter akan membicarakan hal buruk tentang Jely ke Orangtua mereka. Itu tidak akan berpengaruh. Karena Jimin lebih tahu dirinya. Jimin pasti akan menyangkalnya, atau akan berbicara langsung dengan Jely agar tidak ada kesalahpahaman.

Kedua tungkai beralas sneakers putih itu tidak berhenti mengitari toko setiap toko pusat perbelanjaan. Membawa dua paperbag berisi pakaian yang baru di beli. Kini, tubuhnya langsung berbelok memasuki salah satu toko pakaian lain yang begitu menarik perhatiannya. Mengangguk samar guna merespon sapaan ramah karyawan yang menyambutnya.

Tangan Jely langsung mengambil salah satu jaket lalu mengarahnya ke tubuh. Berkaca pada sebuah kaca panjang tepat di hadapannya. Mengembalikan jaket itu kembali dan berjalan kearah sisi lain dengan pandangan masih berfokus kearah pakaian-pakaian tersebut.

Tiba-tiba, langkahnya langsung terhenti. Menatap sepasang sepatu pantofel hitam yang sudah berdiri di hadapannya. Perasaan Jely langsung mendadak tidak enak. Dengan pelan bercampur ragu, pandangannya perlahan naik. Black pants di lengkapi belt brand Louis Vuitton, kaos putih polos, da-

"Hai,"

Jely terdiam. Sapaan ramah sekaligus senyum manis yang memancarkan wajah tampan incaran gadis-gadis di luar sana. Tatanan rambut hitam undercut memperlihatkan kening. Kedua tangan yang di sembunyikan kedalam kantong celana dengan tubuh tegap dan gagah. Mungkin orang-orang akan langsung terpesona. Namun, tidak berlaku bagi Jely.

Pemuda yang tidak pernah menampakkan batang hidungnya setelah beberapa hari belakangan ini, sekarang sudah berdiri di hadapannya. Sebenarnya Jely selalu menghindar di saat mereka tidak sengaja bertemu di Bar. Tidak ingin sampai berkontak mata lagi demi kedamaian hidupnya.

"Lama tidak bertemu, Asian"

Tanpa menghiraukannya, Jely langsung berjalan berlalu pergi. Mempercepat sedikit langkahnya yang tetap di buntuti oleh Jay. Dengan gerakan cepat, tangan Jely langsung di tarik kebelakang sampai menghantam tubuh tegap itu. Mengunci tubuhnya dengan sebelah tangan yang memeluk pinggang begitu erat.

"Ya! Lepaskan aku!" Teriak Jely berusaha mendorong tubuh Jay. Memukul-mukulnya agar mau melepas. Namun, Jay malah semakin mempererat dan menarik rahang Jely. Mencium paksa bibir itu yang membuat Jely terkejut bukan main.

"Mmpphhh-"

Dengan segala usaha dan tenaga yang dia kuras, akhirnya Jely pun berhasil lepas dan menampar keras wajah Jay. Mengatur napasnya yang tidak beraturan. Dia tidak habis pikir akan semua ini. Untuk kesekian kalinya dia kembali di lecehkan oleh orang yang sama. Orang yang kini hanya menunduk seraya memegang pipinya yang sudah memerah dengan sensasi perih berdenyut.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang