Drrrtttt drrttttt drtttttt
Atensi Jely langsung teralihkan dari berkas-berkas laporan menuju handphone nya yang tergeletak tak jauh darinya. Terlihat nama Eric disana, membuatnya langsung mengangkat panggilan telpon tersebut.
"Halo, Eric. Ada apa?"
"Kau dimana sekarang?"
"Masih di kantor. Kenapa?" Sahutnya, sembari netranya yang tetap berfokus pada kertas laporan yang dia pegang sekarang.
"Lembur, ya?"
"Ini udah hampir selesai sih. Tinggal ngecek laporan aja sebentar."
"Bagus. Kita dinner bareng, yuk."
"Boleh. Mau dimana?"
"Restaurant Italy tempat kita biasa. Mau aku jemput?"
"Tidak usah. Aku bawa mobil sendiri kok. Gak usah sok romantis deh."
Terdengar kekehan Eric dari seberang sana.
"Kan aku cuman nawarin. By the way, aku udah di perjalanan nih. Sampai jumpa disana,"
"Eum, sampai jumpa"
Setelah panggilan terputus, Jely meletakkan kembali handphone nya, dan mulai membereskan berkas-berkas tersebut. Sudah satu minggu lebih dia menjabat, dan sudah selama itu juga Jay dan Jely berhubungan jarak jauh. Ngomong-ngomong soal Jay, tiba-tiba dia langsung teringat dengan pemuda tersebut. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 6.45 PM. Kira-kira kekasihnya itu sudah bangun gak, ya?
Pun, Jely mulai menghubunginya, sembari berjalan keluar dari ruangan tersebut. Namun, yang bersangkutan justru tidak bisa di hubungi. Lebih tepatnya, tidak mengangkat. Dia mencoba untuk menghubunginya lagi beberapa kali, tapi tetap saja tidak mengangkat.
"Apa mungkin dia sedang mandi?" Gumamnya, mencoba untuk berpikir positif. Kepalanya terangguk, meyakinkan dirinya sendiri akan kalimatnya barusan. Dan kembali melanjutnya langkahnya yang sempat tertunda, setelah mengirimkan pesan kepada Jay, menyuruhnya untuk menghubungi balik.
Di waktu yang berbeda, pada Boston Logan International Airport. Nampak sesosok pemuda yang sedang berduduk pada sofa tunggu, sembari sesekali menatap jam tangannya dengan gelisah. Dan pada menit berikutnya, tatapannya langsung teralih dan berfokus pada seorang gadis yang sedang berjalan kearahnya. Menyeret sebuah koper besar, sembari melambai-lambaikan tangannya. Tersenyum begitu manis, berperawakan tinggi, serta tubuh yang berbalut kasual. Surai coklat panjangnya dia biarkan terurai, menari-nari seiring bertambahnya kecepatan langkah. Memeluk erat tubuh sang pemuda yang kini juga balik membalas pelukannya.
"Aku sangat merindukanmu, Jay"
"Kau pikir aku tidak," sahut Jay, terkekeh. Melepas pelukan mereka, dan mulai berjalan sembari merangkul pundak gadis tersebut. Sedangkan tangan yang lainnya, sudah mengambil alih koper itu untuk dia bawa.
"Aku sungguh tidak menyangga kau bisa di pindahkan ke sini. Bahkan di Universitas yang sama denganku." Ujar Jay, sembari memasukkan koper ke dalam bagasi mobilnya.
"Aku pun juga tidak menyangka. Sungguh kebetulan sekali."
"Oh, astaga. Ternyata aku meninggalkan handphone ku disini rupanya." Jay langsung mengambil handphone nya yang tergeletak di atas armrest mobil. Membuka handphone tersebut yang langsung memperlihatkan beberapa notifikasi telpon tak terjawab, serta pesan masuk dari Jely.
"Pantas saja telpon ku tidak di jawab." Ujar gadis tersebut, yang sudah mendudukkan diri di samping Jay. Sementara Jay masih berfokus pada handphone nya, sembari memasang sebelah airpods guna ingin menghubungi Jely. Dia tidak ingin kekasihnya jadi khawatir karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Lãng mạn"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini." -Ongoing ©-MIMAAA-