*22*

1.5K 127 14
                                    

Tap tap tap tap

Srekkk







"Jely. Pria itu datang lagi."

"Kenapa kau tidak langsung mengusirnya saja?" sahut Jely enteng. Meneguk segelas Whiskey dengan tubuh yang tersandar pada kursi panjang. Di tepi kolam renang, dan di manjakan langsung oleh pemandangan pepohonan hijau serta laut yang begitu biru.

"Dan membuatnya terus-menerus datang kesini setiap hari? Bukankah kau tahu sendiri bahwa Jay pemuda yang sangat nekat, huh?" Ujar Eric, nampak kesal. Berkacak pinggang sembari menyibak surai merahnya kebelakang. "Temuilah. Selesaikan masalah kalian dengan baik-baik. Sekalipun aku tidak suka dengan hubungan kalian, setidaknya aku ingin melihatmu bahagia. Melihatmu yang akhir-akhir ini terus minum tanpa henti, bahkan kerap melamun dan tidak fokus, tentu malah membuatku khawatir. Jadi, temui lah dia sekarang. Walau pada akhirnya dia mengakui dan membenarkan ucapan dari Winter waktu itu, kau tentu sudah harus siap menerima itu semua. Ikhlaskan. Pun, aku pasti akan membantumu untuk melupakan pemuda itu. Kalau saja itu terjadi."

Jely terdiam sejenak. Dia mendadak merasa was-was. Kalau semisal apa yang Eric katakan itu benar, apa dia bersungguh-sungguh bisa mengikhlaskannya begitu saja? Melupakan pria yang sudah sepenuhnya merebut jiwa maupun raganya? Apa dia sangguh? Apa dia ikhlas?

Dengan air mata yang berusaha di tahan, Jely segera bangkit sembari menarik handuk kimononya yang tergantung pada sandaran kursi. Memasangnya cepat, dan berjalan melewati Eric tanpa menoleh sedikitpun. Menaiki anak-anak tangga dengan tergesa-gesa, sampai pada dia sudah berdiri di depan pintu utama. Hembusan napas terhela sebentar, sebelum dia mulai membuka pintu tersebut. Menatap punggung sesosok pemuda tinggi yang tidak jauh dari hadapannya, perlahan berbalik.

"N-noona,"

Sorot sendu serta rindu yang tak tertahan. Jay mulai berjalan mendekat.

"Katakan. Katakan yang sebenarnya padaku, Jay. Aku ingin mendengarnya langsung darimu." Masih berusaha menahan bendungan air matanya yang semakin sulit untuk di tahan. Apalagi saat bertatapan langsung oleh sosok yang di rindukan. Seakan lemah dan ingin segera memeluk.

Jay menghela napas. Terasa berat dan sesak. Menatap dalam manik indah wanita, yang sampai kapanpun tetap menjadi miliknya. Walau sebesar apapun masalah yang telah mereka hadapi saat ini.

"Itu semua tidak benar."

"Winter, dia tidak benar-benar hamil. Dia berbohong. Dia sengaja melakukan itu untuk sekedar menguji kemarahanmu, Noona. Dia juga sudah merencanakan itu sebelum keberangkatannya ke Cambridge kemarin. Entah atas dasar apa."

"Mengenai hubungan kita, dia juga sudah dari lama mengutus anak buahnya untuk mengawasiku kemanapun, saat aku terbang ke Cambridge waktu itu. Bahkan dia juga tahu mengenai aku yang tak sadarkan diri dan koma selama berhari-hari. Aku jujur sama sekali tidak tahu. Karena hubungan kami memang sudah semakin merenggang. Pun, sekarang hubungan kami sudah resmi berakhir. Dia lebih mencintai Jake. Sementara aku, tentu aku lebih mencintaimu, Noona"

Nampak ragu, Jay mulai menggenggam erat kedua tangan Jely.

"Walau kesalahpahaman serta pembohongan ini karena ulah Winter sendiri, setidaknya aku ingin meminta maaf. Karena tidak cepat mencegat dan mengejarmu waktu itu. Aku tahu Noona sudah begitu marah dan kecewa sekali. Jadi aku pikir, ada baiknya Noona menenangkan diri dulu untuk sementara waktu. Dan menemuimu setelah aku sudah menyelesaikan masalahku dengannya."

Jely terdiam kaku. Menyimak dengan seksama kata demi kata yang Jay lontarkan. Menatapnya dalam. Mencari secuil kebohongan yang tersorot di sana. Namun nihil. Sepertinya pemuda ini memang tidak melakukan pembohongan sama sekali. Dia jujur apa adanya.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang