*20*

2.2K 130 17
                                    

Edisi maljum🌚
Bismilah dulu gih.
















Hari ini Jay sudah bisa di pulangkan, karena kondisi dirinya yang sudah agak membaik. Ini pertama kalinya dia di rawat di rumah sakit dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Bahkan nyaris tidak terselamatkan jikalau saja dia terlambat dibawa kesini. Dan dinyatakan koma sampai satu minggu penuh. Pun, dia kembali pingsan disaat Jely pergi dengan meninggalkan sebuah kalimat yang begitu menyakitkannya. Setelah itu Jely pun memutuskan untuk kembali mengunjunginya setelah tiga hari kemudian. Begitu banyak perdebatan, sampai pada akhirnya Jay pun berhasil mendapatkan wanita itu seutuhnya.

Tangan Jay mulai bergerak menggenggam erat tangan Jely yang berada duduk di sampingnya. Begitu dekat, sampai kedua bahu pun saling bersentuhan. Mengecup lama punggung tangan tersebut, dan saling melempar senyum terbaik dari masing-masing insan.

Kemudian, pemuda ber blazer coklat itu pun perlahan menarik wajah Jely mendekat. Mengecup bibirnya sekilas, lalu melumatnya begitu lembut.

"Jay," Jely melepas ciuman itu. Menggerakkan dagunya ke samping, tepat kearah kaca spion tengah yang memperlihatkan salah satu Bodyguard yang kepergok sudah mengawasi aktifitas mereka sedari tadi.

Sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju Mansion milik Jely yang letaknya di dekat perbatasan Swiss. Yang jaraknya lumayan jauh dari Rumah sakit yang berada di pusat kota. Kira-kira memakan waktu satu jam lebih. Itupun jikalau tidak ada halangan apapun saat di perjalanan.

Jely dan Jay duduk di jok belakang, sementara di depan sana ada terdapat dua orang Bodyguard utusan wanita ber mini dress serta blazer hitam tersebut.

Pun, Jay lantas berdecih. Nampak acuh. Dan kembali melumatnya sedikit kasar. Mau tidak mau, Jely pun membalas ciuman itu. Tanpa harus kembali memperdulikan keberadaan orang lain disana.

"Setelah ini kau akan kembali ke Cambridge kan?" Tanya Jely, setelah ciuman mereka terlepas.

Jay mengangguk lesu, kemudian menghela napas.

"Bisakah aku menginap disini untuk semalam saja? Aku masih ingin bersama Noona" ujar pemuda itu, sembari menyembunyikan wajahnya pada lipatan leher Jely. Nampak manja. Membuat Jely refleks tersenyum dan mendekap erat tubuh prianya begitu erat.

"Aku sudah mengurus surat ketidakhadiranmu sebelumnya. Namun, bukan berarti kau bisa memanfaatkannya begitu lama. Kau harus segera masuk kuliah lagi, Jay. Kapan kau bisa lulus, sementara kau saja terus-terusan absen dan cuti"

"Tapi Noona ikut denganku, ya"

Kepala Jely tergeleng pelan, "Sepertinya belum bisa dulu. Karena kemungkinan, besok Eric akan datang kesini. Dia sudah berjanji akan berlibur di sini bersamaku. Setelah itu aku pasti akan menyusulmu kok"

Decakkan kesal langsung terdengar. Entah kenapa itu justru membuat Jely terkekeh gemas.

"Kami hanya sebatas sahabat. Tidak lebih," jelas Jely lembut. Mengusap-usap surai hitam pemuda itu yang kini mulai mengangkat wajahnya, dengan posisi mereka yang masih berpelukan.

"Aku tidak mungkin tidak mengira bahwa kalian adalah sepasang kekasih, sebelumnya. Hanya melihat seberapa intimnya kalian saat sedang bersama. Tidak hanya aku, mungkin orang-orang di luar sana akan berasumsi yang sama sepertiku."

Terdiam sebentar, kemudian Jely pun tersenyum. Menangkupkan kedua tangannya pada wajah Jay yang masih nampak terlihat bekas luka di pipi dan di hidungnya.

"Keintiman kami hanya sebatas pelukan dan rangkulan. Tidak lebih sama sekali. Dan bukankah pelukan adalah hal yang biasa, walau berbeda jenis kelamin?"

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang