*44*

1.7K 90 5
                                    

Pagi ini, seperti biasa, Jely selalu di sibukkan oleh berkas-berkas laporan yang hampir memenuhi meja kerjanya. Kacamata baca mengait pada hidung bangirnya, serta sorot mata yang terus berfokus, namun terkesan tajam.

Tok tok tok~

"Iya? Silahkan masuk." Sahut wanita itu yang tanpa sedikitpun mengalihkan fokusnya.

Ceklekk!

"Hai. Lama tidak bertemu."

Sapaan lantas terdengar, membuat Jely pun reflek menoleh. Ternganga, terbelalak.

"Eric?!"

Jely segera bangkit, dan berjalan kearah pria bersetelan kantoran itu yang kini sudah merentangkan kedua tangannya. Mendekap erat tubuh sang sahabat yang sudah tiga pekan ini tidak saling bertemu.

"Kenapa kau tidak ada bilang-bilang ingin kesini? Ayo, silahkan duduk."

"Kejutan, Jel. Melakukan perjalanan bisnis selama dua minggu lebih di Vegas, dan tidak bertemu denganmu secara langsung, tentu membuatku rindu. Makanya langsung kesini." Jelas Eric, seraya mereka yang sudah mendudukkan diri di sofa panjang, dengan posisi yang saling menyamping. Berhadapan.

"Btw, kau balikan dengan bajingan itu?" Sorot Eric mendadak berubah mengintimidasi. Namun, dengan tenang pun Jely malah balas mengangguk tersenyum.

"Really? Kau sudah gila, ya? Setelah apa yang sudah dia perbuat, kau masih mau bersamanya? Bagaimana kalau dia sampai mengulanginya lagi?"

"Nope. Dia tidak akan mengulanginya lagi."

Alis Eric lantas menyatu. "Seyakin itu?"

"I trust him. Dan lagian, aku tidak ingin sampai membebani pikiranku hanya karena itu. Aku memberikannya kesempatan ini pun karena aku percaya bahwa dia pasti tidak akan pernah mengulanginya lagi." Ujar Jely penuh keyakinan, yang kemudian di sambut helaan panjang dari pria yang kini sudah mengubah warna surai yang awalnya merah menjadi coklat.

"Aku hanya khawatir, Jel. Aku takut si brengsek itu akan kembali menyakitimu. Sebelumnya, aku sudah berjanji untuk bisa terus melindungimu. Tapi nyatanya, aku malah di sibukkan dengan pekerjaanku sendiri."

Kedua sudur bibir perlahan terangkat. Jely menggenggam punggung tangan Eric dengan erat.

"It's okay. Aku ngerti. Dan lagian, aku cukup pandai kok menjaga diriku sendiri. Jadi, tidak perlu cemas, ya." Ujar Jely, seraya masih memegang tangan pria itu. Pun, Eric juga ikut tersenyum. Dan menarik tubuh Jely kedalam pelukannya.

"Btw," Jely kemudian melepas dekapan itu. Dan langsung memperlihatkan tangan sebelah kirinya, dengan senyum yang merekah lebar.

"Aku sudah resmi bertunangan dengannya."

"Mwo? Secepat itu?! YA! Kenapa kau baru saja memberitahuku?!" Eric nampak kesel.

"Sengaja, biar kau semakin terkejut." Ujar Jely, sembari menyengir tanpa dosa.

"Aishh! Kau ini," Eric pun langsung merangkul dan mengapit leher Jely dengan lengannya, yang membuat wanita itu pun menjerit nyaring.

"YA! ERIC SIALAN! LEPASIN!!!"




===




"Jadi, kau benar-benar sudah menyerah?"

Yang bersangkutan pun mengangguk pelan, sembari mengaduk-aduk segelas milk shake menggunakan sedotan. Bibir pun di kerut cemberut.

"Dan lagian, mau sekeras apapun aku mencoba untuk menghancurkan hubungan mereka, tetap saja ujung-ujungnya malah aku yang tersakiti sendiri." Gadis itu pun lantas mendengus.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang