Jely mulai membalikkan posisi tubuhnya menjadi terlentang, dengan kedua mata yang perlahan terbuka. Menyapa langit-langit kamar asing milik seorang pemuda yang berhasil menyekapnya kesini dari tadi malam.
Setelah pertengkaran itu, dia pun memutuskan untuk tidur. Dia sudah cukup lelah dan mengantuk. Tanpa berpikir bahwa sewaktu-waktu Jay akan memperkosanya secara diam-diam, dan terbangun dalam keadaan nyeri pada pangkal paha dan tanpa busana.
Eh, tunggu!
Tangannya sigap membuka selimut itu. Napasnya terhempus lega. Aman. Dia masih berpakaian lengkap. Daerah pangkal pahanya pun tidak merasa nyeri sama sekali. Berar-
"Aku tidak melakukan apapun, kok"
Sontak, kepalanya langsung menoleh ke samping kanan. Nampak Jay juga sedang berbaring seraya menumpu kepalanya dengan tangan. Menghadapnya. Menampilkan senyum hangat dengan wajah khas bangun tidur.
"Selamat pagi," sapanya kemudian.
"Aku tidak melakukan apapun. Menyentuhmu saat tidur pun tidak" Jay kembali menjelaskan lagi mengenai kalimat yang pertama. Meyakinkan dirinya yang sedari tadi hanya diam tanpa melontarkan sepatah katapun.
"Sini, aku peluk. Di luar sedang hujan. Kau pasti kedinginan" ujar Jay, mengalihkan pembicaraan.
Benar, di luar memang sedang hujan. Deras sekali. Hawa dingin langsung menusuk permukaan kulitnya. Bahkan penghangat ruangan pun masih belum mempan. Kini tubuhnya sudah ditarik perlahan. Di dekap lembut dan erat. Menciptakan sensasi hangat dan nyaman menjadi satu.
Entah kenapa, tidak ada perlawanan apapun dari Jely. Menerima perlakuan lembut itu dengan pasrah. Bahkan kedua maniknya pun kembali terpejam. Merasakan usapan lembut pada punggung dan surainya. Nyaman sekali.
"Kenapa kau melakukan ini?" Tanya Jely tiba-tiba. Matanya kembali terbuka. Walaupun yang dia tatap hanya dada bidang yang terbungkus oleh piyama.
"Sudah berapa kali ku bilang, aku menginginkanmu. Hanya itu." Jawabnya sembari mengeratkan dekapan itu. Memberikan kecupan singkat pada pucuk kepala Jely.
"Tapi kau sudah punya pacar,"
"Ya, aku tahu."
Kepala Jely mulai mendongak. Bertatap mata langsung dengan Jay.
"Lalu?"
Hening sejenak. Tangannya masih mengelus-elus permukaan kepala Jely. Menyelipkan surainya yang sedikit mengganggu wajah cantik itu yang terus-terusan dia tatap. Seakan enggan untuk berpaling walau sedetik pun.
Kini, kekehan ringan mulai mengisi keheningan yang ada. Dengan elusan yang mulai turun pada wajah hingga leher.
"Apa aku terlihat begitu brengsek karena sudah tidur dengan kekasih orang lain?"
"Ya, kau memang brengsek, Jay" sahut Jely pelan dan datar.
"Benarkah?"
Kembali terdiam. Hening. Lantas Jay menghela napas.
"Akankah kau berpikir bahwa kau juga menginginkanku? Kau selalu memojokkanku soal itu. Padahal dirimu sendiri pun juga merasakan hal yang sama. Kita sama-sama saling menginginkan.
Kau selalu memberi alasan bahwa aku sudah memiliki kekasih, padahal kau pun juga sebaliknya. Tapi aku menginginkanmu. Hanya darimu,
Noona"
Jely bergeming. Bungkam. Pandangannya masih menatap pemuda itu yang kini sudah tersenyum simpul. Jujur, sebenarnya dia pun bingung. Apakah dia benar-benar menginginkannya atau hanya sekedar reaksi biasa pada tubuhnya. Dia masih tidak yakin. Di tambah pertemuan mereka yang sering berujung tidak baik. Hanya karena pernah bermimpi buruk tentang pemuda itu. Menimbulkan rasa takut dan penasaran. Sampai berakhir pada sentuhan sekaligus kecupan lembut. Dan tentu saja di terima baik oleh tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Romantizm"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini." -Ongoing ©-MIMAAA-