*31*

993 101 59
                                    

Ini chapter terpanjang yang pernah aku buat🤣👏🏻
Bacanya pelan-pelan aja, ya. Tarik napas, buang. Oke, sip.




Selamat membaca!





"Ternyata benar,"

Tzuyu terdiam bungkam. Menatap layar handphone nya yang dimana disana terlihat foto Jely yang tersenyum manis menghadap kamera sembari memegang satu es krim cone. Berlatar tempat di dalam sebuah mobil. Dimana bertepatan dengan tempat yang dia duduki sekarang. Dia menemukan foto tersebut di salah satu akun sosial media Jay, yang pemuda itu upload pada feed postingannya. Tzuyu sama sekali tidak tahu menahu. Karena dia memang tipe orang yang jarang sekali membuka akun sosmed orang lain. Apalagi sampai men stalker nya. Kurang kerjaan saja, pikirnya.

Ekspresinya datar, walau ada terdapat suatu perasaan yang terpendam. Rasa kesal sekaligus dendam. Dia masih ingin sekali, bagaimana hubungan asmaranya harus kandas hanya karena wanita tersebut. Mengingatnya saat sudah membuat Tzuyu ingin sekali memaki-makinya. Dia sungguh tidak terima sekali.

"Kau pilih aku atau sahabatmu?"

"Maaf, aku tidak bisa memilih. Itu terlalu sulit bagiku."

"TAPI AKU KEKASIHMU, ERIC! SEHARUSNYA KAU BISA LEBIH MEMPRIORITASKANKU DI BANDINGKAN BERSAMA GADIS TIDAK TAU DIRI ITU!!!"

"Tzuyu-ya. Jangan seperti itu."

"Lantas apa?! Kau saja tidak bisa memilih antara aku atau dia. Kau bahkan bisa sedekat itu dengannya. SEBENARNYA AKU INI KAU ANGGAP APA, ERIC?!!!"

"We're just friends! Tidak lebih. Kami sudah bersahabat begitu lama. Kau kekasihku. Kau orang yang ku cintai. Seharusnya kau bisa ngerti akan hal itu."

"Ngerti? Kau ingin aku ngerti?! KAU SAJA TIDAK BISA MENGERTI PERASAANKU! Aku muak melihat kau selalu bersamanya. Aku cemburu! Aku marah, Eric! Kerap kau juga mengajaknya untuk jalan bersama kita. Disaat ku tanya kau sedang dimana, kau selalu menjawab 'sedang dirumah Jely', 'sedang makan bersama Jely', 'sedang menemani Jely', semuanya Jely, Jely dan Jely!!!! Aku sudah muak. Aku lelah!"

"Aku mau kita putus."

"M-mwo?! Tzuyu-ya, apa maksudmu?"

"Apa ucapanku masih kurang jelas? AKU MAU KITA PUTUS!"

"T-tapi,"

"Aku benar-benar lelah, Eric. Aku lelah, hiks. Karena sampai kapanpun kau akan terus bersamanya, walau sekuat apapun aku menyuruhmu untuk menjauhinya."

Mata Tzuyu perlahan terbuka. Mengingat itu membuat emosinya kembali bangkit. Dia sungguh benci sekali dengan wanita itu. Dia benci. Jely sudah menghancurkan segalanya.

Pada menit berikutnya, sudut bibirnya pun perlahan terangkat sebelah. Berbagai rencana langsung terancang di otaknya. Ya, dia harus membalasnya. Wanita itu harus merasakan apa yang sudah dia rasakan sebelumnya.

"Bersiaplah untuk menerima karmamu, Park Jely"

Pun, dia kembali memainkan handphone nya. Mencari kontak seseorang untuk dia hubungi.

"Halo. Kau sedang berada di Cambridge kan sekarang? Bagus. Aku ada tugas untukmu. Eum, tolong lakukan dengan baik, ya. Aku ingin hasil yang sempurna. Baiklah, terima kasih."

Pip

Tzuyu meletakkan handphone nya di atas dashboard mobil, dan menatap ke luar mobil. Menunggu Jay yang sedang memesankan kopi untuk mereka. Dia tidak ikut turun, dan lebih memilih untuk menunggu di mobil saja.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang