*39*

936 75 17
                                    

Jely terdiam. Tubuh tersandar, dengan kedua kaki yang dia tekukkan. Duduk pada posisi yang masih berada di atas kasur milik Jay.

Lantas Jely pun menghela napas. Ucapan demi ucapan pemuda itu masih terngiang-ngiang sekali di dalam pikirannya. Tepat sekitar 30 menit yang lalu. Disaat Jay memutuskan untuk keluar dari kamar ini, dan menyuruhnya untuk segera beristirahat. Sungguh, dia jadi merasa dejavu. Dimana dulu Jay pernah menculiknya dari tempat clubbing menuju ke Apartement nya, dan tepat di kamar ini juga. Waktu itu, Jay marah karena Jely tidak mengijinkannya untuk melakukan sex dengannya. Dan setelah itu pun, Jay langsung keluar dari kamarnya. Meninggalkan Jely dengan posisi yang sama, seperti saat ini.

Tapi, kalau sekarang beda permasalahan lagi. Yang pasti, ini lebih serius. Dan,

lebih menyakiti hati.

Perasaan Jely begitu campur aduk. Antara dia senang, atau justru malah sebaliknya. Dia sungguh tidak bisa berkata-kata. Apalagi di saat Jay melontarkan sebuah kalimat bahwa dia akan berhenti untuk memaksa Jely agar bisa kembali kepadanya. Ya bisa di bilang, pemuda itu sudah menyerah. Move on.

Jely tidak sanggup berlontar apapun, kecuali apa yang bisa dia lakukan sekarang, yaitu diam, diam, dan diam. Bungkam. Walau, jauh dari lubuk hatinya saat itu sedang berteriak kesetanan untuk menyuruhnya agar segera melontarkan sesuatu. Namun, lidahnya justru seakan kaku untuk sekedar di gerakkan.

Jely menatap sisi kirinya. Dimana kasur bagian itu nampak kosong, dan tidak tersentuh sama sekali. Apa Jay sungguh akan tidur di ruang tamu malam ini?

Kalaupun iya, lantas bagaimana? Apa kau berniat ingin tidur dengannya?

Jely pun kemudian mendengus. Mengusap wajahnya, dan menumpu wajah itu pada kedua lututnya. Apa yang sudah kau pikirkan, Jely?

Pikirannya mendadak kacau. Pertanyaan segala pertanyaan langsung memenuhi isi kepalanya. Mulai dari,

'Sedang apa Jay sekarang?'

'Apa dia kembali ke Bar dan menemui gadis itu lagi?'

'Apa Jay sungguh akan tidur di ruang tamu, atau justru malah tidur bersama gadis itu? Di luar Apartement ini.'

'Tapi, apa Jay sungguh tidak ada hubungan apapun dengan gadis blonde itu?'

'Kalaupun iya, apa Jay benar-benar kembali ke Bar? Dan menjadikan gadis itu sebagai kekasih barunya, karena dia telah mengatakan bahkan dia sudah benar-benar move on dari Jely.'

Baik. Biar ku ulangi lagi.

Apa Jay bersungguh-sungguh telah move on darinya? Dan menyerah begitu saja?

Lantas, Jely pun langsung menyibakkan selimutnya, beranjak, dan berjalan menuju pintu kamar.  Keluar dari kamar itu, dengan menuruni anak tangga menuju lantai 1.

Jay yang nampak meneguk segelas Wine nya, dengan lengan yang menumpu pada paha itu pun, langsung berfokus pada Jely, yang sedang berjalan kearahnya, tanpa menggunakan alas kaki sama sekali.

"Noona? Kenapa belum tidur?"

Alih-alih menjawab, Jely justru hanya bungkam, dan mendudukkan dirinya di sofa panjang, tepat di seberang pemuda itu. Tangannya pun langsung ingin mengambil botol berisi Wine milik Jay. Namun, Jay justru lebih dulu mengambilnya.

"Noona. Apa yang kau lakukan?" Tanya Jay heran. Bertanya-tanya.

"Biarkan aku minum, Jay."

"No! Noona baru saja minum obat. Nanti kepalanya sakit lagi."

"Jay, please."

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang