Dalam satu minggu ini, Jake tidak pernah terlihat lagi. Mungkin dia sudah balik ke Seoul bersama kekasihnya, Jay pun tidak peduli. Yang terpenting, sosok itu tidak ada menampakkan dirinya lagi di hadapan mereka. Semoga saja sampai seterusnya.
Pagi ini, Jay sudah bangun lebih awal. Dengan posisi menopang kepalanya menyamping, dia asik mengelus lembut surai wanita kesayangannya yang masih tertidur pulas. Posisi menyamping juga, namun membelakanginya. Kini dia mulai menarik tubuh Jely semakin mendekat dan menempel pada tubuhnya. Terlintas pikiran nakal, dengan tangannya yang perlahan masuk kedalam dress tidur Jely. Namun detik berikutnya, matanya langsung terbelalak saat sudah menyentuh kulit perut wanita itu. Dan sigap menyentuh kening sekaligus pipi Jely.
"ASTAGA, NOONA~ KENAPA BADANMU PANAS SEKALI?!" Serunya langsung. Membuat Jely pun terbangun, dan terlentang. Walau matanya tidak sepenuhnya terbuka.
"Jay," lirih Jely pelan. Sangat pelan. Nyaris tidak terdengar. Jay tentu sudah begitu khawatir sekali. Mengelus surai Jely berkali-kali.
"Sebentar, aku ambilkan air sama handuk kecil dulu," lalu, dia pun lekas beranjak dan berlari keluar kamar. Tidak membutuhkan waktu yang lama, dia sudah kembali sembari membawa apa yang sudah dia katakan barusan. Meletakkan baskom kecil berisi air itu ke meja nakas, kemudian mencelupkan handuknya disana, memerasnya, dan meletakkan handuk basah itu keatas kening Jely perlahan.
"Noona, kita kerumah sakit aja, ya" ujar Jay, sembari meraba-raba rahang dan leher Jely yang terasa panas sekali.
Lantas, Jely menggeleng lemah.
"Tidak usah. Nanti juga udah mendingan kok"
Kening Jay refleks berkerut. Tandanya tidak setuju.
"Aku akan menghubungi dokter pribadiku sekarang." Ujar Jay kemudian. Segera mengambil handphone nya di laci nakas, mencari kontak yang ingin di hubungi, dan lekas menelponnya.
"Lima belas menit lagi dokternya akan kesini." Tutur Jay sembari meletakkan kembali handphone itu di dalam laci nakas. Sementara Jely hanya mengangguk mengiyakan. Matanya kembali terpejam, sembari menikmati elusan penuh kasih sayang dari Jay pada surainya. Bahkan pemuda itu juga sedikit merebahkan tubuhnya, dengan tangan yang masih aktif mengelus surai maupun wajah Jely. Sorot khawatirnya pun masih terlihat jelas. Dengan bibir yang berkerut lucu.
Ting tong ting tong~
"Oh, itu pasti dokternya. Tunggu sebentar ya, Noona"
Jay segera beranjak, dan berlari keluar. Mempersilahkan dokter itu masuk, dan membawanya ke dalam kamar mereka. Membiarkan sang dokter mulai memeriksa keadaan Jely nya sekarang.
"Bagaimana, dok?" Tanya Jay kemudian. Sosok berjas putih itu pun perlahan beranjak dari duduknya di tepi kasur Jely. Dan memperlihatkan senyum simpulnya kearah lawan bicara.
"Demamnya tidak terlalu parah, kok. Dia hanya sedikit kecapean saja. Dan harus perlu banyak-banyak istirahat juga."
"Tapi," Dokter itu kemudian berdehem. "Maaf jikalau saya lancang, saya hanya ingin bertanya, apakah kalian sering melakukannya akhir-akhir ini?"
"N-ne?" Jay melongo. Tentu dia paham apa maksud dari dokter tersebut. Lantas, dia langsung menutup wajahnya malu. Kenapa harus di pertanyakan coba?!
Tanpa perlu jawaban pun, dokter itu seakan sudah mengerti arti dari gelagat Jay sendiri. Pun, dia kembali tersenyum.
"Saya sarankan untuk tidak sering-sering melakukannya dulu, ya. Fisiknya tidak akan kuat kalau terus menerima hujaman yang berlebihan. Tolong pikirkan kondisi kekasihmu, Tuan." Dokter itu sampai mengulum senyumnya karena tidak ingin membuat Jay semakin malu. "Baiklah, kalau begitu saya pamit."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Romance"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini." -Ongoing ©-MIMAAA-