Di pagi hari yang begitu cerah, pada sebuah kamar yang bernuansa putih dan coklat. Dengan sebuah gambar pigura besar yang menggantung tepat di atas kasur. Terlihat seorang gadis yang mulai membuka matanya sembari menguap. Menyibakkan selimut itu, lalu menggulung surai hitam panjangnya dengan berjalan menuju pintu kamar.
Tepat saat dia membuka pintu itu, beberapa pelayan sudah ada berdiri di depan sana. Salah satunya memberikan dia segelas minuman ber topping bubble favoritnya. Sedangkan yang lainnya sudah sigap masuk ke dalam kamar tersebut guna untuk membersihkannya.
Sembari mengisap minuman itu, dia pun mulai menuruni anak tangga yang di lapisi oleh red carpet. Berjalan menuju ruang makan yang sekarang sudah ada terlihat sesosok pria paruh paya namun masih terlihat awet muda, dengan segelas kopi yang menemaninya sekarang.
"Pagi, Daddy"
"Pagi juga, Jely sayang" membalas pelukan Sang Anak yang sekarang sudah duduk di atas pangkuannya. Sudah menjadi kebiasaan sebenarnya. Baik dari kecil maupun sampai sekarang. Jadi bukan suatu hal yang aneh lagi.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kepalamu masih pusing?"
"Sedikit," Jely menatap wajah maupun pakaian Daddy nya. "Daddy terlihat rapi sekali. Mau kemana?"
"Setelah ini Daddy akan ada pertemuan dengan Rekan Bisnis Daddy" jawab Jimin, yang merupakan Ayahnya. Mengelus surai Jely dengan penuh kasih sayang.
"Sepagi ini?" Jimin hanya mengangguk tersenyum.
"Dengar, kalau misalnya kau malam ini minum lagi, usahakan untuk tidak mabuk. Kau memiliki toleransi alkohol yang tinggi sama seperti Daddy. Jadi Daddy harap kau tidak minum sampai mabuk, oke?" Jimin mengelus lembut pipi beserta rahang Jely "Demi kesehatanmu juga, sayang. Jangan berlebihan, ya. Kau dengar?"
Jely tersenyum, menangkupkan wajah Jimin dengan kedua tangannya.
"Iya, Daddy ku sayang. Suamiku tercinta"
"Aishh, sembarangan!"
Jely terkekeh senang. Begitupun dengan Jimin yang juga ikut tersenyum. Menatap setiap inci wajah Sang Anak yang begitu cantik. Dengan kedua mata yang agak besar namun tajam, hidung bangirnya, dan kedua bibir yang agak tebal. Persis seperti mendiang Ibu nya.
Sudah 22 Tahun ini Jely di besarkan tanpa seorang Ibu. Jimin rasa Jely perlu mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu juga. Dia ingin anaknya itu bisa merasakan bagaimana asiknya memiliki keluarga lengkap seperti keluarga pada umumnya. Apalagi di rumah mereka yang begitu besar ini. Yang hanya di penuhi oleh Asisten Rumah Tangga dan juga mereka berdua.
"Daddy," Jely mengecup bibir Jimin cukup lama. "Jangan mencoba untuk selingkuh dariku, ya"
Kalimat itu terlontar lagi. Hampir setiap hari. Jely seperti menegaskan kepada Sang Ayah bahwa dia tidak ingin sampai Jimin menikah lagi. Dia ingin Daddy nya seperti ini saja. Hanya memiliki nya seorang.
Tetapi, Jimin rasa dia tidak bisa lagi berjanji mengenai hal itu. Dia sudah begitu memikirkannya akhir-akhir ini. Memikirkan sebuah keputusan yang mungkin saja akan berdampak baik kedepannya.
###
Jely meneguk segelas Wine dengan sekali tegukan. Membalikkan badannya dan bersandar pada meja Bar. Menatap berbagai orang yang begitu asik berdansa pada papan dansa di tengah sana. Di iringi dengan musik EDM yang begitu mengguncang.
"Jangan sampai mabuk. Kau ingat kan?" Tegur Eric yang duduk di sampingnya.
"Iya, aku tahu"
Pandangannya masih berfokus pada orang-orang di depan sana. Namun, netranya pun tidak sengaja menatap 3 orang gadis yang sedang berjalan dari arah jam 10 menuju kearah mereka. Membuat Jely memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Romance"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini." -Ongoing ©-MIMAAA-