Part ini bakalan panjang bgt. Jadi, bacanya pelan-pelan aja ya😏
===
"Sayang,"
Kepala Jely menoleh seraya menyuap makanannya. "Iya, dad?" menatap sesosok paruh baya nan Tampan di pojok tengah meja makan. Sama-sama menikmati makan malam mereka dengan suasana hangat dan tentram. Hanya berdua.
"Apa kau sekarang sudah memiliki kekasih? Sekali-kali bawa lah kesini dan perkenalkan langsung kepada Daddy"
Jely lantas melotot terkejut, "Apa?! Sejak kapan aku memiliki kekasih? Aku tidak pernah mengatakan itu"
"Kan Daddy cuman bertanya. Dan lagian, masa gadis secantik anak Daddy ini sama sekali tidak punya kekasih sih" meneguk setengah gelas Wine dengan santai.
Menggeleng kemudian mendengus. Jely mendorong piringnya kedepan karena sudah habis.
"Tidak punya. Dan lagian untuk apa memiliki kekasih, kalau aku sudah memiliki seorang Ayah setampan Daddy"
Jimin langsung tertawa puas. Bahkan sedikit tersedak juga. Mengusap bibirnya dengan tisu.
"Sayang~ kenapa kau lucu sekali sih." Dia kemudian beranjak dan mendudukkan diri di kursi tepat di samping Anaknya. Menyentuh kedua bahu Jely seraya menuntunnya untuk menghadap.
"Dengar, kau memang milik Daddy. Dan Daddy tentu milikmu seutuhnya. Tapi tentu itu beda, sayang. Daddy seorang Ayah. Ayah kandungmu. Yang merawat dan membesarkanmu dari kecil. Sedangkan kekasih adalah calon pasangan hidupmu di masa depan. Sesosok pria yang akan setia menemanimu dan menjagamu, apalagi saat Daddy sudah tiada nanti. Jadi, kau tentu perlu itu mulai dari sekarang" Jelas Jimin, menatapnya begitu dalam.
Menghela napas. Jely menggelengkan kepalanya. "Aku belum ada kepikiran kearah situ, Dad"
"Really? Coba Daddy tanya, apakah akhir-akhir ini ada seseorang yang memenuhi pikiranmu? Jantung berdebar saat kau bertemu dengannya? Atau ada perasaan nyaman juga saat di dekatnya?"
Jely terdiam bungkam. Belakangan ini pikirannya memang di penuhi dengan sesosok pemuda yang beberapa kali membuatnya takut saat bertemu. Dia memikirkan seperti apa Jay sebenarnya. Dia penasaran. Tentu saja. Bahkan mereka tidak pernah bertemu lagi saat pertemuan di depan Toko Parfum minggu lalu. Dia sudah berusaha mencoba untuk tidak kepikiran, tapi rasanya susah. Kerap Jay juga muncul di dalam mimpinya, namun dengan sosok yang baik. Berbeda dengan di mimpi sebelumnya.
Pikirannya pun langsung tersadar saat Jimin menepuk pipinya pelan. Merutuk dirinya sendiri kenapa harus kembali memikirkan pemuda itu.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Menggeleng pelan, "Tidak ada."
"Jely. Daddy tidak pernah mengajarkanmu untuk berbohong. Daddy tahu pasti kamu sedang memikirkan sesuatu. Terbukalah, sayang. Bukankah kau selalu jujur kepada Daddy tentang hal apapun, eum?" Bujuk Jimin begitu lembut. Tidak terkesan menuntut juga.
Alih-alih menjawab, Jely malah mendekap tubuhnya. Bersandar pada dada bidang itu sembari memeluk erat.
"Aku memang sedang memikirkan seseorang" ujar Jely kemudian.
"Siapa orang itu?"
"Anak tunggal dari seorang pemilik perusahaan Travel terbesar se Asia Tenggara." Jely menghela napas. Dia memang sempat mencari tahu soal itu.
"Jay, namanya" lanjutnya lagi.
"Jay?" Kening Jimin berkerut bingung. Nampak berpikir. Namun beberapa saat kemudian dia langsung tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Romansa"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini." -Ongoing ©-MIMAAA-