Jay mempererat pelukannya. Sangat erat. Seakan tidak rela untuk melepas walau seinci pun.
Pagi ini, mereka sudah berada di sebuah bandara. Mengantarkan sesosok kekasih yang akan pulang ke negara kelahirannya. Jay sebenarnya tidak ingin. Tidak rela. Belum genap satu bulan berhubungan, sudah harus di pisahkan saja oleh jarak. Pun, Jay sampai menangis semalaman. Jely yang awalnya mencoba untuk menenangkan, malah ikut sedih juga jadinya.
Jadi tadi malam, Jely mendapat telpon dari sang Ayah untuk disuruh balik ke Seoul besok pagi. Karena dalam waktu dekat, dia sudah akan di angkat menjadi CEO di salah satu perusahaan Ayahnya yang ada di Seoul. Dan karena itu juga, dia perlu belajar sedikit sebelum benar-benar sudah menjabat dalam posisi itu.
Jely tentu tidak bisa menolak. Dia sudah menunggu moment ini dari lama. Karena itulah dia sampai harus berkuliah di Harvard Business School. Mendapat begitu banyak pembekalan ilmu mengenai bisnis disana. Pun, dia juga sempat magang di salah satu perusahaan Ayah Eric yang ada di Boston. Selama satu tahun penuh. Jadi dia rasa, dia sudah begitu siap untuk mengelola perusahaan Ayahnya kelak.
"Jay,"
"Jangan dilepas dulu. Aku masih kangen,"
Jely hanya menurut. Memejamkan matanya dengan air mata yang kini perlahan turun. Dia benci kalau sudah seperti ini. Dia benci perpisahan. Walau hanya jarak, bukan hubungan mereka yang berpisah, namun tetap saja. Mereka tidak hanya beda negara, melainkan benua. Jarak tempuhnya pun memakan waktu belasan jam.
"Jay. Sudah waktunya aku untuk berangkat." Ujar Jely kemudian, sembari melepas perlahan pelukan mereka.
"Jadi Noona bersungguh-sungguh ingin meninggalkanku?"
"Jay-"
"Meninggalkanku sendirian disini? Terus, siapa yang akan marah-marah setiap aku telat bangun dan bersiap untuk kuliah? Siapa yang akan menyiapkanku sarapan? Siapa yang akan membangunkanku dengan kecupan manis di setiap paginya? Siapa yang akan kupeluk setiap tidur? Siapa, Noona?!"
Jely terdiam. Menatap sendu kekasihnya yang terengah-engah serta air mata yang kian turun. Pun, tangannya mulai terangkat guna menyeka air mata tersebut. Tersenyum sebisa mungkin.
"Mulai sekarang, kau harus bisa mandiri, ya. Fokus dengan kuliahmu. Agar kau bisa cepat lulus. Dan bisa lekas balik ke Seoul juga. Kita bisa lebih sering bertemu nantinya. Bahkan kita juga bisa tinggal bersama lagi." Jely menghela napas. Menggenggam kedua tangan Jay erat. "Jay. Aku tahu ini berat, tapi kita harus melakukannya. Pun, kita akan terus saling berkomunikasi, walau sesibuk apapun. Aku juga akan meluangkan waktuku untuk berkunjung kesini menemuimu. Kita harus saling percaya, ya."
"Tapi, noona~" rengek Jay, kembali menarik tubuh Jely kedalam pelukannya. Dia sungguh tidak rela. Dia tidak sanggup.
"Lambat laun, kita pasti terbiasa, Jay. Jaga dirimu baik-baik, ya."
===
Jely menyeret kopernya berjalan masuk kedalam rumah yang sudah berminggu-minggu ini tidak pernah dia tempati lagi. Beberapa art sudah berdatangan menyambutnya. Mengambil alih koper yang dia bawa, maupun yang bodyguard nya bawa. Netranya menatap sekeliling rumah yang masih tetap sama. Bersih dan tertata rapi di setiap sudutnya. Walau dia maupun Ayahnya tidak sedang berada dirumah ataupun di negara ini, kebersihan harus tetap terjaga. Pun, mereka yang harus menginap disini. Dengan di berikan beberapa fasilitas kamar masing-masing, yang terletak di belakang rumah.
Jimin juga mengutus orang untuk mengawasi mereka. Walau tetap ada terdapat CCTV di setiap sudut ruangannya.
"Dimana daddy?" Tanya Jely kepada salah satu art yang baru saja memberikannya segelas minuman ber topping bubble. Sudah lama sekali dia tidak pernah meminum ini. Setiap pagi hari, saat membuka kamar, dia pasti langsung di sambut oleh beberapa art yang siap ingin membersihkan kamarnya. Dan salah satunya langsung menyerahkan minuman itu kepadanya. Dan karena sekarang juga sudah pagi, makanya dia langsung di suguhkan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Romance"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini." -Ongoing ©-MIMAAA-