*15*

1.6K 158 5
                                    

Setelah kejadian di Bandara kemarin lusa, dia pikir liburannya akan berlangsung berantakan dan tidak sesuai apa yang dia rencanakan. Namun, nyatanya tidak begitu. Mereka menikmati liburan dengan baik. Bersenang-senang. Persis seperti apa yang dia pikirkan sebelumnya. Termasuk saling berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing. Tanpa adanya pembahasan mengenai Jay sama sekali.

Walau kadang ada sedikit hal yang mengganggu pikirannya. Mengenai fakta bahwa Saerom memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Jay. Dia berusaha untuk tidak peduli. Dia berusaha untuk tidak ambil pusing. Dia sungguh berusaha untuk itu semua. Namun, jangan lupakan sebuah fakta lain bahwa dia masih menyimpan perasaan terhadap Jay. Sebuah perasaan yang sama sekali tidak dia inginkan. Dan tentu sekarang dia masih dalam tahap untuk mengubur perasaan itu dalam-dalam. Menganggap bahwa perasaan itu tidak pernah ada dalam dirinya.

Tapi sekarang, dia malah di hadapkan langsung oleh orang yang memiliki hubungan dekat dengan pemuda itu. Sesosok orang yang merupakan Kakak sepupunya sendiri. Ada terbesit perasaan jengkel, bahkan secara tidak langsung dia membanding-bandingnya dirinya dengan wanita itu. Tanpa dia sadari. Mengingat kembali seberapa dekatnya interaksi mereka saat di Bandara waktu itu, membuat perasaannya campur aduk. Bukannya melupakan, malah semakin membuat perasaannya tidak karuan.

Dia bingung. Dilema. Apa yang sebenarnya dia inginkan? Dia seperti tidak konsisten dengan keputusannya sendiri.

Ayolah, tenangkan pikiranmu, Jely. Jangan sampai goyah! Keputusanmu sudah tepat sekali. Fokus!

Ceklekkk

"Jely, besok pagi kita ke Cambridge, ya. Aku dan Jay sudah ada janji untuk bertemu disana."

Shit!

Dia tarik ucapannya bahwa, mereka menikmati liburan dengan baik. Ini bahkan jauh dari kata baik. Dia tidak benar-benar menikmati liburannya. Sungguh.

Saat ingin menikmati waktu sendirinya di sebuah bak mandi yang di penuhi oleh kelopak mawar merah, di temani lilin aroma terapi, dan juga alunan musik santai yang menggema pelan pada ruang kamar mandi ini. Dengan pemandangan kota California serta bulan sabit yang tampak bersinar terang. Layaknya sebuah penyembuhan untuk menenangkan segala pikiran-pikiran yang mengganggunya. Tetapi, itu semua malah sirna seketika. Mood nya mendadak buruk.

Perlahan, Jely membuka matanya. Menatap malas sang kakak sepupu yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi sembari menggenggam sebuah Handphone.

"Kenapa tidak kau sendiri saja yang pergi kesana. Aku masih ingin disini"

Saerom menghela napas. Kakinya mulai berjalan masuk menghampiri Jely.

"Aku tidak mungkin meninggalkanmu disini sendirian. Ayahmu sudah memberi amanat kepadaku untuk menjagamu. Kemanapun. Selama aku masih berada bersamamu sekarang" ujar wanita berbalut piyama abu-abu itu.

Jely memutar bola matanya malas, "Harus sampai kapan kau menganggapku sebagai seorang adik kecil yang harus di jaga setiap saat? Aku bahkan sudah pernah menetap di negara ini sendirian selama bertahun-tahun. Aku sudah cukup dewasa untuk mengurus diriku sendiri. Jadi kau tidak per-"

"Oh! Jay barusan bilang, bahwa dia sendiri yang akan mampir kesini besok pagi" potong Saerom langsung.

"Apa?!"

Saerom justru mengangguk. Tanpa mengerti arti keterkejutan Jely sekarang.

"Katanya dia tidak enak kalau kita yang pergi kesana. Maka dari itu, dia memutuskan untuk kesini langsung"

"Dan sekalian aku ingin memperkenalkan kau dengannya juga" lanjut Saerom.

Tamatlah riwayatnya. Dewi keberuntungan sungguh tidak berpihak sama sekali dengannya. Kalau begini jadinya, bagaimana dia bisa cepat lupa. Setidaknya biarkan dia menenangkan pikiran dan perasaannya dulu. Sungguh, ini liburan yang paling tidak mengesankan yang pernah dia alami. Dia benar-benar tidak menikmati liburannya dengan baik. Suasana hatinya buruk. Berantakan. Campur aduk. Tidak bisa di deskripsikan lagi. Pokoknya bete minta ampun.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang