Yuk, Vote and Comment nya ya~ Biar aku tambah-tambah rajin lagi updatenya:)
===
Menghela napas panjang. Kedua maniknya masih setia menatap sebuah gubukan yang terlapis indah oleh rerumputan hijau yang tertata rapi. Berjongkok seraya mengusap batu nisan yang terpahat nama mendiang Ibu nya. Dengan tersandar beberapa tangkai bungai yang dia bawa.
Kadang dia berpikir, semisal kalau dia tidak di lahirkan, mungkin sekarang sang mendiang bisa hidup lebih lama bersama Ayah. Dan Ayah pun tidak akan merasa kerepotan untuk mengurusnya seorang diri. Tapi bukan berarti penyebab Ibu meninggal karena dirinya kan? Kerap seperti yang keluarga dari mendiang katakan padanya. Bahkan untuk merawat dan mengurusnya sedari kecil pun tidak sudi. Bahkan mencaci bahwa dia tidak pantas untuk di lahirkan. Hanya keluarga Ayah yang sangat-sangat menyayanginya. Kadang Orangtua Jimin berkunjung untuk menjenguk sang Cucu. Tidak sekali, mereka pun sampai harus menginap juga. Memberikan kasih sayang yang berlimpah dan mengajarkan hal-hal baik kepadanya.
Itulah kadang yang membuatnya suka minum. Meredakan sedikit pikiran yang mengganggu. Membantah semua omongan yang di sudutkan pada dirinya, bahwa dia pantas ada di dunia ini. Andai waktu bisa di ulang, dia pun ingin bisa terlahir tanpa ada yang harus di korbankan. Dia ingin Ibu dan Ayah bisa merawat dan membesarkannya bersama-sama. Bohong kalau dia tidak iri saat melihat anak diluar sana bisa memiliki keluarga yang lengkap. Dinner bersama di sebuah Restaurant Ternama. Berbelanja kebutuhan rumah tangga maupun shopping bersama. Dia tahu dari sang Ayah bahkan mendiang juga sangat menyukai Fashion. Sama seperti dirinya dan juga Jimin.
Walaupun saat terlahir dia tidak pernah sekalipun melihat rupa maupun perawakan dari sang Ibu, tapi setidaknya Jimin memiliki itu semua yang masih tersimpan erat di gadget maupun laptopnya. Bahkan gambar figura besar pun tertempel rapi di kamarnya. Gambar Jimin bersama mendiang Istri.
Cantik. Itulah yang kerap Jely lontarkan saat pertama kali menatap sosok itu. Pantas saja dia dilahirkan dengan rupa yang tidak kalah menawan. Perawakan yang sama persis seperti sang mendiang.
Bersyukur. Dia benar-benar bersyukur dan berterima kasih. Perjuangan Ibu untuknya tidak akan pernah dia lupakan sampai kapanpun. Selalu berdoa bahwa beliau di tempatkan di sebuah tempat yang nyaman dan juga indah.
"Aku akan berbahagia terus bersama Daddy disini, Eomma" lirih Jely. Mengusap sudut matanya yang sedari tadi sudah meleleh keluar.
Perlahan, dia pun mulai beranjak. Menarik kacamata hitamnya yang sedari tadi berada di atas kepala dengan surai yang tergulung keatas. Jely membalikkan badannya ke samping kiri seraya ingin memasang kacamata tersebut. Namun langsung dia urungkan. Terdiam kaku menatap sosok pemuda berkemeja hitam dengan celana dan sepatu yang senada. Berdiri membelakanginya yang tidak jauh dari posisinya sekarang.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, tatapan mereka pun bertemu. Sontak membuat gadis ber dress hitam panjang di lapisi jaket kulit hitam itu pun berlari cepat melewati beberapa batu nisan menuju halaman yang terparkir mobilnya disana. Namun, rupanya pemuda itu melakukan hal yang sama. Bahkan langsung menghentikan Jely saat dia ingin meraih ganggang pintu mobilnya.
"Hei!"
"Kau kenapa? Kenapa setiap melihatku kau terlihat begitu ketakutan sekali? Apa aku pernah berbuat salah terhadapmu di masa lalu?" Tanya pemuda itu, begitu bertanya-tanya. Sementara Jely hanya menatapnya tajam dengan napas terengah-engah.
"Minggir!"
"Tolong jawab pertanyaanku dulu" ujar Jay bersikeras. Sebelah tangan masih setia menumpu pada pintu mobil, membuat Jely reflek memundurkan tubuhnya tepat menempel pada mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Romantizm"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini."🔞 -Ongoing ©-MIMAAA-