*3*

2.1K 189 7
                                    

Di sebuah ruangan bernuansa hitam putih, terlihat Jely yang sedang membaca Novel kesukaannya. Dengan berduduk menyender pada kursi panjang. Menghadap kolam renang berukuran panjang sekaligus lebar. Memancarkan cahaya air yang begitu biru terang pada ruangan yang dominan gelap tersebut.

Ini sudah seminggu setelah pernikahan Ayahnya. Jely akui, perlakuan sang Ibu Tiri kepadanya begitu baik dan perhatian. Memberi vitamin sekaligus merawatnya saat sakit sehabis mabuk berat beberapa hari yang lalu. Dan sedikit memberi wejangan juga. Walaupun sehabis itu Jely akan tetap ke Bar dan mabuk-mabukkan semaunya. Ya, dia memang sangat susah di atur.

Jely tetap menghargai Aries sebagai Ibu nya. Bahkan saat wanita itu ada masuk ke dalam kamarnya untuk memberikan sedikit masukan dan rasa perhatiannya sebagai Ibu, Jely tetap mendengarkan, diiringi dengan anggukan nurut. Tapi yang namanya sang Anak yang dari dulu selalu di berikan kebebasan oleh Ayahnya sendiri ya mungkin akan susah menurut begitu saja. Jiwa bebas dan semaunya sudah sangat mendarah daging. Namun, biarpun seperti itu, Jely tetap tahu kok mana yang baik maupun tidak buat dirinya sendiri. Dan suatu hari nanti juga akan ada saatnya dia akan berubah demi dirinya sendiri.

Tap tap tap tap

BRAKKKK!!

Jely menoleh terkejut. Menatap sinis sang pelaku yang tiba-tiba saja datang dan melempar Novelnya ke sembarang arah.

"Daripada kau tidak ada kerjaan, lebih baik bikinkan aku minum"

'Berulah lagi'

Gadis bermarga Park itu mengarahkan netranya kearah Asisten Rumah Tangga yang sudah berdiri di depan pintu. Mungkin setelah mendengar kegaduhan yang di ciptakan oleh saudara Tirinya.

"Ahjumma, minta tol-"

"Aku menyuruhmu! Bukan mereka!"

Sembari berdengus, Jely mulai beranjak. Menatap gadis di depannya dengan begitu tajam.

"Dengar ya Winter, biarpun kita saudara tiri, kau harus ingat bahkan kau tetap lebih muda 1 tahun dariku. Sopan sedikit,"

Winter berdecih, "Terus kau berharap aku akan memanggilmu dengan embel-embel 'Eonni' begitu? Ck! Sampai kapanpun aku tidak akan mau melakukannya."

Jely mengedikkan bahunya acuh. Berjalan lurus menghadap sang Adik Tiri.

"Terserah. Karena pada nyatanya kau hanya menumpang disini. Rumah ini milik aku dan Daddy ku, yang sudah berpindah tangan menjadi milikku sendiri. Dan kapanpun aku bisa mengusirmu dari sini. Jadi, jaga sikapmu!"

Kedua tangan Winter sudah terkepal kuat. Menahan amarahnya yang semakin memuncak. Sementara Jely kembali memanggil sang Ahjumma sebelum dia berlalu pergi dari ruangan itu.

"Ada yang bisa saja bantu, dek Winter?"

Winter langsung menggeram marah, "Bikinkan aku minum, setelah itu antarkan ke kamar"

"Apa Anda ingin Saya buatkan Bubble Tea?" Tawar Art itu lagi.

"Tidak! Aku tidak sudi minum-minuman seperti itu."

###


Jely terus-menerus meneguk minuman coktail itu tiada henti. Memesannya lagi dan lagi. Bahkan botol minuman yang kosong pun sudah sekitar 5 botolan. Entah apa yang dia pikirkan sekarang, yang pasti dia hanya ingin minum dan minum.

Malam ini dia hanya sendiri tanpa di temani Eric. Pemuda itu sedang sibuk dengan skripsi nya. Biasa anak kuliahan. Sedangkan Jely sih sudah lulus kuliah di Amerika dari beberapa bulan yang lalu.

Mengenai soal kuliah, Jely pernah berkuliah di Harvard. Dan menetap beberapa tahun di sana. Makanya jiwa bebas dan mabuk-mabukannya memang bermula dari situ. Walaupun begitu, tetap saja dia merupakan salah satu siswa berprestasi dan cerdas.

Jely bergeleng-geleng sembari memegang kepalanya. Sudah pening sekali. Bahkan matanya pun terasa sangat berat. Walaupun seperti itu, dia tetap berusaha menyadarkan dirinya dan lanjut minum.

Disini lain, terlihat sesosok pemuda dengan pakaian serba hitam, menyender pada tembok sembari setia menatap gadis itu dari kejauhan. Rasa ingin menemani begitu tinggi. Namun dia masih begitu bersalah karena kejadian di Toilet waktu itu. Tanpa sadar melecehkan karena pengaruh napsunya sendiri.

Ingin meminta maaf langsung, sepertinya kondisi sekarang kurang memungkinkan. Di tambah kondisi Jely yang- Tunggu,

Apa dia pingsan? Ataukah tertidur?

Sigap pemuda itu langsung berjalan setengah berlari ke arah Jely. Mengangkat tubuh itu dan membawanya keluar dari sana.

Meletakkan tubuh gadis itu ke kursi Jaguar miliknya. Dengan dia yang juga sudah berduduk pada kursi kemudi. Menatap sebentar wajah teduh Jely yang tertidur menyender menghadapnya. Entah kenapa kedua ujung bibirnya tertarik keatas, sebelum dia menjalankan mobil itu.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka pun sudah sampai di pekarangan rumah Jely. Cukup mudah mengingat jalan menuju rumah ini, karena sebelumnya Jay pernah menjemput kekasihnya disini. Makanya dia tahu, tanpa harus bertanya lagi.

Jay kembali mengangkat tubuh itu masuk ke dalam. Di sambut oleh beberapa Pelayan yang memang masih belum tidur. Menatap khawatir sang majikan dan mengarahkan pemuda bermarga Park itu menuju kamar Jely.

Rumah ini memang begitu sepi. Kedua Orangtua nya kemarin pergi berlibur ke Rusia. Sekalian Honeymoon. Mungkin sekitar satu seminggu. Sedangkan sang Adik Tiri sedang menginap di rumah sahabatnya. Mungkin karena kejadian tadi siang yang membuatnya masih agak kesal dengan Jely.

Dengan pelan, Jay merebahkan tubuh Jely dengan pelan. Melepas kedua heels nya, dan menarik selimut itu sampai pundak. Mendudukkan diri di tepi kasur sembari menatap dalam wajah gadis itu.

Cantik sekali.

Senyumnya pun langsung pudar saat Jely yang mulai sedikit terbangun sambil memegang kepalanya. Menatap kearah Jay dengan mata sedikit terbuka.

"Daddy~"

Jay melongo terkejut. Apa dia masih belum sadar? Bahkan gadis itu sudah memperlihatkan senyum manisnya juga.

Tiba-tiba, Jely langsung menarik leher pemuda tampan itu dan melumat bibirnya lembut. Jay begitu shock sekali, bahkan kedua netranya masih terbuka, menatap kelopak mata yang sudah tertutup itu. Menikmati lumatan setiap lumatan yang gadis itu lakukan padanya.

Namun, karena tidak ingin sampai ketinggalan moment berharga ini, Jay juga langsung membalas ciuman itu dengan agak sedikit kasar. Menyibakkan selimut dan ikut berbaring di sampingnya dengan memeluk tubuh Jely begitu erat. Mengelus-ngelus lembut punggung yang masih berbalut dress hitam itu.

Ingin rasanya Jay langsung melucuti pakaian gadis ini dan menggagahinya sekarang juga. Namun dia masih berpikir waras. Dia tidak ingin melakukan itu apalagi dengan Jely yang masih dalam keadaan mabuk. Mungkin Jely juga ikut menikmati, tapi setelahnya dia akan lupa begitu saja. Seperti halnya sekarang. Pada saat terbangun, gadis itu pasti akan terkejut saat melihat Jay yang tertidur sembari memeluknya seperti ini.

Lihat saja.

####

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang