*23*

1.5K 107 4
                                    

Jely menuang perlahan sebotol Whiskey ke dalam gelas kecil, dan meneguknya dalam sekali tegukan. Saat sedang berada di dalam kolam renang seperti ini memang lebih enak di temani oleh cocktail favoritnya. Dengan kedua lengan yang tertumpu indah pada pinggir kolam.

Sosok lain tiba-tiba muncul di sampingnya, sembari mengusap wajah serta surai yang sudah basah kuyup. Napasnya terengah-engah. Shirtless. Dan hanya mengenakan celana pendek super ketat. Menoleh kearah Jely yang lagi-lagi meneguk minuman beralkohol itu tanpa henti. Sudut bibirnya mulai terangkat. Dan sigap mengecup singkat pipi wanita pujaan hatinya itu.

Jely tersentak. Jay mengecupnya saat dia dalam posisi meneguk. Membuatnya hampir tersedak, dan langsung memukul bahu pemuda itu berkali-kali. Yang bersangkutan justru malah terkekeh. Menarik sekaligus memeluk pinggang Jely mendekat.

"Udah ya minumnya, Noona" ujarnya lembut. Menatap setiap inci wajah berparas cantik tanpa polesan makeup itu begitu intens. Pun, dia mulai mendekatkan wajahnya, dan mengecup bibir Jely sekilas. Kemudian kembali mengecup serta lumatan lembut yang menggairahkan. Jely dengan senang hati pun membalasnya, sembari kedua tangan yang sudah melingkar pada leher pemuda itu.

Pada tempat yang sama, Eric mulai menurunkan koran yang sedari dia baca. Yang menampakkan langsung pada pemandangan sepasang sejoli yang asik bercumbu mesra. Lantas membuatnya berdecak jengkel. Jika tau, dia tidak usah repot-repot menampung kedua insan itu di rumahnya ini. Setelah kemarin mereka sudah resmi berbaikan lagi. Jay sebenarnya sudah mengajak Jely untuk pulang ke Cambridge. Namun, wanita itu malah mengajaknya untuk berkeliling di kota ini. Mengunjungi berbagai tempat wisata, dan berakhir membeli beberapa pakaian. Padahal pakaian yang mereka beli tempo hari -sebelum kedatangan Winter- pun tidak tersentuh sama sekali. Belum terpakai dan masih utuh.

Jely memang suka berbelanja. Lebih tepatnya, dia suka fashion. Dia tidak tahan melihat pakaian-pakaian yang menurutnya lucu, unik, dan elegan. Apalagi yang edisi terbatas. Pasti bawaannya pengen beli terus. Sama seperti Jay. Karena pada nyatanya mereka memang sama-sama suka fashion. Sekalipun pakaian itu tidak terpakai lagi, atau sudah merasa bosan, mereka kerap menyumbangkannya ke beberapa yayasan penampungan anak. Atau bisa juga menjualnya keseluruh pasar loak. Dan hasil uangnya pun bisa mereka donasikan ke orang-orang yang membutuhkan. Sungguh mulia sekali.

Sembari melipat koran tersebut, wajahnya sigap tertoleh saat mendengar getaran handphone yang terletak pada meja kecil di samping kirinya.

"Jel, Daddy mu nelpon tuh" seru Eric. Membuat ciuman mereka pun terlepas.

"Daddy?" Eric mengangguk. Sigap Jay membantu Jely untuk naik dari kolam tersebut. Dengan wanita itu yang langsung mengambil Handphone nya dan menggeser tombol menerima.

"Hello, dad?"

"Aku sedang di LA. Di tempat Eric."

"Oh, benarkan? Kebetulan sekali"

"Bisa. Tentu saja bisa. Aku sudah begitu merindukan Daddy"

"Baiklah, bye~"

Telpon pun langsung terputus. Meletakkan kembali handphone dan berbalik menatap Jay yang sudah berdiri di belakangnya sedari tadi.

"Daddy sekarang sedang berada di kota ini juga. Dan dia pun juga mengajak kita untuk Dinner bersama malam ini" menatap Jay dan Eric secara bergantian. Begitu antusias.

Lantas, Eric menggeleng, "Sepertinya aku tidak bisa ikut. Karena sudah ada janji dengan rekan bisnisku untuk bertemu malam ini. Jadi, titipkan salamku kepada beliau, ya"

Jely mengangguk tersenyum, "Baiklah."

===


Jay keluar terlebih dahulu dari Jaguar miliknya. Lekas berjalan kearah pintu lainnya dan membukakan pintu untuk wanita yang kini mengenakan long dress hitam, dengan lengan panjang di bagian kanan, serta belahan sepaha di bagian kiri. Surai hitam panjangnya pun tergulung rapi ke bawah. Dan mereka pun mulai berjalan menuju pintu masuk Restaurant, sembari tangan Jely yang sudah memeluk lengan berbalut tuxedo hitam tersebut.

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang