*32*

982 103 22
                                        

Jely berdiri, dan menumpu kedua tangannya pada pembatas rooftop. Menatap pemandangan kota Seoul sembari di temani oleh segelas Whiskey favoritnya. Malam ini dia sedang menghadiri sebuah acara tahunan, dimana hanya para pejabat tertinggi maupun dari keluarga terpandang saja yang bisa berhadir dalam acara tersebut. Suasana nampak begitu ramai. Ada terdapat kolam renangnya juga, dan tidak sedikit orang asik bersenang-senang disana.

Beberapa menit yang lalu, dia sudah ada berbincang-bincang dengan beberapa pejabat disini. Sekedar berbasa-basi, dan sekalian menambah relasi juga. Saling bertukar kartu nama, agar bisa terjalinnya sebuah kerjasama di waktu yang akan mendatang.

"Hai,"

Jely segera menoleh, lalu tersenyum di saat tahu siapa yang sudah berdiri di sampingnya sekarang. Sesosok pria bersurai maroon dengan setelan tuxedo hitam. Ikut tersenyum, dan mengangkat gelas minumannya guna untuk saling bersulang. Meminum cocktail itu secara bersamaan sampai habis.

"Are you happy now?"

Wanita itu pun terkekeh, setelah beberapa detik terdiam.

"Of course! Kenapa harus di pertanyakan lagi?"

"Hanya memastikan." Sahut Eric, yang sudah menumpu kedua tangannya pada pembatas rooftop. Memandang pemandangan bangunan perkotaan maupun jalanan yang baru saja Jely lihat beberapa menit yang lalu. Lantas, Jely pun terdiam dan ikut memandang kearah yang sama. Dia menghela napas.

"I'm happy, Eric. So much. Dan lagian, itu sudah 3 bulan berlalu. Aku sudah benar-benar bisa melupakannya sekarang."

Eric menatapnya sekilas, "Apa kau tahu? Sekarang dia sedang magang di salah satu perusahaan pamannya yang ada di kota ini. Selama 1 tahun penuh."

"Oh iya?" Jely kemudian menoleh, dan tersenyum. "I don't know, and i don't fckin' care about that. Tolong jangan bahas tentang dia lagi, ya"

Eric pun mengangguk menurut. Mengusap surai Jely yang di ikat satu itu dengan begitu lembut. Takut merusak tatanan rambutnya.

"Btw, aku ingin ke bar. Mau ikut?" Ajak Jely kemudian.

"Tentu."

Mereka pun mulai berjalan menuju bar yang tidak begitu jauh dari posisi mereka barusan, sembari bertautan tangan. Bukan suatu hal yang aneh lagi sih. Jadi wajar saja banyak yang salah paham mengenai hubungan mereka. Dan mereka pun sama sekali tidak peduli akan hal itu.

Sembari terkekeh, pandangan Jely tidak sengaja mengarah kedepan, dimana ada sesosok pemuda bersurai hitam bersetelan tuxedo dark grey yang sedang asik berbincang dengan pemuda yang lainnya. Tentu dia tahu siapa pemuda tersebut. Ya, dia Jay. Mantan kekasihnya. Dengan siapanya, Jely pun tidak tahu. Tidak peduli.

Sadar akan hal itu, tangan Eric langsung beralih pada pinggang ramping Jely. Menariknya agar semakin mendekat.

"Jel, ayo." Ujar Eric, yang dibalas anggukan sekaligus senyum dari Jely. Dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.

Bersamaan dengan itu, tanpa mereka ketahui, Jay pun juga ikut menoleh. Menatap kedua pasang sahabat itu dengan tatapan sulit di artikan.

"Berikan kami 2 botol Bourbon. Terima kasih."

Mereka sudah mendudukkan diri pada Bar stool. Mulai menuangkan sebotol Bourbon tersebut pada masing-masing gelas mereka, setelah Bartender sudah memberikan minuman tersebut.

"Jadi, Ayahmu akan menikah minggu ini?" Tanya Eric, mulai angkat bicara. Dan Jely pun mengangguk mengiyakan.

"Sebulan yang lalu, Daddy sudah meminta persetujuan dariku secara langsung. Walau rasanya berat, dan ada terbesit perasaan tak rela, mau tidak mau aku harus menyetujuinya. Yang pasti ya demi kebahagiaan Daddy juga. Daddy berhak bahagia atas pilihannya sendiri. Pasti berat rasanya hidup tanpa adanya orang yang di kasih selama lebih dari 22 tahun. Dan menjadi seorang single parent." Jely menghela napas, tersenyum tipis. "Aku benar-benar salut dengan Daddy. Walau sesibuk apapun pekerjaannya, dia tidak lupa selalu memberikan perhatian lebih kepadaku. Yang membuatku bertingkah sangat-sangat manja. Dulu."

ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang