Sembari menggigit sebuah apel yang sudah hampir setengah, Jely berjalan kearah ruang tamu. Mengambil remot TV, dan berduduk seraya menekan tombol merah pada remot tersebut.
Dia hanya sendirian. Kekasihnya sedang berada di kampus sekarang. Dan mungkin juga akan pulang agak telat. Perlu mampir ke perpustakaan dulu, karena seperti yang kalian tahu, bahwa sebentar lagi dia akan menghadapi ujian bulanan.
Kini waktu sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Jay bilang, dia ingin minta di jemput sekitar jam 5an. Mungkin kalian merasa sedikit janggal dan bingung. Baiklah, biar ku jelaskan.
Jadi sebenarnya, semenjak mereka resmi berhubungan dan tinggal bersama di rumah Jay di kota ini, mereka sudah membuat kesepakatan bahwa Jely saja yang mengambil alih Jaguar hitam milik Jay. Dengan cara mengantar jemputnya ke kampus setiap hari. Kenapa begitu? Soalnya, kalau Jay berangkat sendiri pake mobilnya, takutnya nanti kalau semisal Jely ingin keluar untuk membeli sesuatu kan susah, gak ada mobil lagi. Mau tidak mau harus naik transportasi umum. Tapi Jay tidak mengijinkan Jely untuk itu. Takut bahaya. Takut kenapa-kenapa juga. Jadi, dia rela saja di antar jemput, apalagi sama pacar sendiri.
Kalian pasti bakalan bilang,
'kenapa gak beli mobil lagi? Kan, sama-sama kaya.'
Biar ku kasih tahu. Jay dan Jely itu sama-sama punya koleksi mobil yang begitu banyak di rumah orang tua mereka yang di Seoul. Berbagai merek dan jenis. Kalaupun ingin beli lagi, tentu bisa. Bahkan sangat bisa. Tapi, tidak lah. Jely sendiri yang tidak mau. Ribet harus ngurus pajak dan segala macamnya. Ya walaupun dia bisa saja menyuruh orang-orangnya untuk mengurus itu semua. Tapi, tidak lah. Daripada beli mobil lagi, lebih baik uangnya di belikan Whiskey. Sama pabrik-pabriknya, mungkin.
Atau, 'salah satu mobil yang di sana, di kirim kesini.'
Sebenarnya mereka tidak punya kesibukan yang terlalu padat banget gitu. Ya palingan cuman Jay, yang punya kesibukan di kampus. Itu pun kalau tidak karena mau ujian, Jay pasti pulangnya sekitar jam 12 sampai jam 1an aja. Sisanya ya di gunakan buat waktu bersama. Jadi intinya mereka lebih banyak waktu untuk berdua. Dan kemana-mana pun berdua. Jadi otomatis yang selalu di pake pun ya satu mobil aja. Kalau semisal dia mengirim salah satu mobilnya yang di Seoul kesini, ya ujung-ujungnya bakalan jarang di pake juga. Bikin sesak halaman rumah aja jadinya. Ya begitulah. Jely orangnya memang tidak ingin ribet. ISTJ dia.
Mereka hidup di negara orang tuh ingin terlihat sederhana aja. Walau nominal black card yang tidak terhingga. Dan kartu tersebut pun tidak cukup hanya satu. Wajar sih. Kan mereka sama-sama anak tunggal. Sama-sama calon pewaris tahta juga. Pun, kemungkinan setelah Jay lulus nanti, dia akan di utus menjadi CEO di salah satu perusahaan milik Ayahnya.
Tubuh Jely sedikit tersentak saat tiba-tiba mendengar suara handphone yang sedang berbunyi. Pun, dia segera beranjak, dan berlari kearah pantry. Dia meninggalkan handphone nya disana saat sedang mencuci alat makan sejak beberapa menit yang lalu.
"Ya halo, dad?"
"Halo, sayang. Daddy sedang ada di Cambridge nih. Ayo kita ketemu,"
Mata Jely terbelalak senang, "Benarkah? Kalau begitu, Daddy kesini saja. Ke rumahku dan Jay. Nanti aku kirim alamatnya."
"Tapi sayang, Daddy sudah ada rencana ingin memperkenalkanmu dengan seseorang. Jadi tentu akan tidak enak kalau kita bertemu di tempatmu."
Kening Jely lantas menyernyit bingung. Seseorang? Apa jangan-jangan,
"Kekasih Daddy, ya?"
"Iya, sayang. Bukankah sebelumnya Daddy sudah berjanji untuk memperkenalkanmu langsung dengannya? Kita bertemu di luar saja, ya. Ini Daddy kirim lokasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Romance"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini." -Ongoing ©-MIMAAA-