ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN

*8*

Jely memarkirkan Rolls Royce nya di pekarangan salah satu Universitas bergengsi di Korea Selatan. Membawa sebuah buket bunga putih berukuran sedang, dengan berjalan kearah salah satu gedung yang dimana segerombongan orang-orang berbaju Toga yang sigap berjalan keluar dengan perasaan senang luar biasa. Di sambut oleh para Orang tua maupun kerabat-kerabat yang langsung memeluk dan memberi ucapan dengan rasa haru. Merasa bangga sekaligus berterima kasih atas perjuangan yang mungkin tidak mudah untuk di lewati sampai tahap ini.

Tersenyum simpul. Gadis ber dress putih satin panjang itu melangkahkan kaki jenjangnya lebih cepat menuju ke sosok orang yang sudah di temani oleh dua pasangan paruh baya. Bergantian saling memeluk, cium dan memberi selamat. Sampai pada orang yang di tuju menyadari kehadiran Jely, tersenyum senang sembari melambaikan tangan.

"Jely-ya, akhirnya kau datang juga"

"Maaf agak telat. Btw, selamat atas kelulusanmu" Jely mulai menyerahkan buket bunga itu. Sebelum membungkuk hormat kepada Orang tua Eric.

Eric menerimanya dengan senang hati. Berucap terima kasih dan memeluk gadis itu begitu erat.

"Oh, Jely sayang. Kau benar-benar semakin cantik setelah lama kita tidak berjumpa" ujar Ibu Eric memujinya. Merangkul dan mengusap lembut layaknya anak sendiri.

"Terima kasih, Nyonya Sohn. Anda juga terlihat semakin awet muda dan cantik. Tidak kalah saing dengan para gadis seumuranku"

Ibu Eric tertawa malu, "Ah! Kau selalu saja seperti itu, nak"

"Pas sekali ada Jely disini, jadi kita bisa langsung pergi makan siang bersama untuk merayakan kelulusan Eric setelah ini" tutur Ayah Eric langsung.

"Oh, makan siang bersama?" Jely tentu nampak terkejut. Karena jujur, dia sudah begitu lama tidak makan bersama mereka. Terakhir kali seingatnya ya beberapa tahun yang lalu, sebelum Jely memutuskan pergi ke negara Amerika untuk melanjutkan sekolahnya disana. Dan seperti Orang tua kaya raya pada umumnya, pasangan paruh baya ini pun juga terbilang begitu sibuk. Mengurus bisnis-bisnis yang berada di luar maupun dalam negeri. Mereka bahkan memiliki beberapa rumah dan Apartement juga di Amerika. Salah satunya di Cambridge, kota Jely menetap dulu (Harvard University). Ada yang di tempati oleh keluarga mereka sendiri, dan ada juga hanya sebagai Investasi. Bersyukur sekali Orang tua Eric mau mengosongkan waktu mereka demi sang Anak. Jely ikut senang jadinya.

Tidak ikut berkuliah bersama, namun malah menunda setahun tidak kuliah untuk bisa tinggal dengan Jely di sana. Eric lah orangnya. Entah alasannya apa, yang jelas Eric ingin terus bersama dan melindungi gadis itu. Dari lahir sampai umur 10 tahun, Eric tentu tahu seperti apa kehidupan disana. Sulit dijelaskan. Yang pasti lebih liar dibandingkan disini. Makanya sifat liar, suka minum dan mabuk-mabukan Jely pun bermula dari situ. Dan Eric juga dari dulu tidak ada rencana untuk berkuliah di tempat kelahirannya itu. Lebih memilih berkuliah di Korea Selatan saja. Sudah keinginannya dari lama.

Untuk kedekatan mereka? Tenang~ mereka hanya sebatas sahabat. Persahabatan yang begitu sehat. Tanpa status keuntungan apapun. Tidak lebih dari itu. Bersentuhan pun sebatas pelukan pada umumnya. Terikut budaya disana. Saat menetap pun, mereka tinggal di Apartement yang berbeda. Namun bersebelahan. Dari awal mereka sudah berprinsip untuk tidak akan saling egois dan menuntut perasaan masing-masing. Lebih kepada membuka pikiran dan fokus hal kedepannya. Karena persahabatan mungkin bisa berubah menjadi cinta, namun apakah rasa cinta itu bisa mengembalikan persahabatan yang sebelumnya sudah di bangun lama? Itulah yang selama ini mereka pikirkan.

Setelah menyetujui tawaran makan siang bersama, mereka kembali berbincang-bincang sebentar. Netranya iseng menatap sekitar. Pemandangan mengharukan dan menyejukkan hati. Teringat dirinya pernah di posisi ini juga di tahun yang lalu. Di sambut oleh sang Ayah dan juga sahabat yang sekarang sudah menyusulnya.