Selama hidupnya, Jely sangat jarang sekali mengenakan pakaian atasan dan bawahan yang di pisah. Setiap harinya dia selalu mengenakan dress. Baik pendek maupun panjang. Berbagai jenis. Kapanpun dan dimanapun. Seperti ciri khasnya tersendiri.
Namun sekarang, -mungkin ini untuk kali pertamanya- dia mengenakan croptop berlengan panjang, serta kerah sampai rahang, namun dengan model bagian punggung yang di biarkan terekspos jelas. Agar kesan terbukanya masih ada, walau bagian leher dan bahu terpaksa harus tertutupi. Kiri-kira seperti ini,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di lengkapi dengan celana jeans. Surainya pun tergulung keatas.
Dia tidak terbiasa, sungguh. Terasa aneh dan agak ribet. Menurutnya. Kalau tidak karena ingin menutupi bercak-bercak merah itu, dia tentu tidak ingin memakai pakaian seperti ini. Bukan style nya sama sekali.
Walaupun kerap Eric mengatakan bagus dan cocok di tubuhnya, namun tetap saja dia kurang suka. Walau pakaian ini Jimin sendiri yang membelikannya.
"Setelah ini kau ingin kemana?" Tanya Eric seraya menyuap suapan terakhirnya. Sekarang mereka sedang berada di sebuah Restaurant. Melakukan makan siang bersama.
"Mungkin akan langsung pulang saja." Jawab Jely seadanya.
Eric mengangguk, "Aku harus kembali ke Kantor. Banyak pekerjaan yang harus ku kerjakan"
Semenjak setelah lulus kuliah kemarin, sekarang Eric di utus Ayahnya untuk memegang salah satu Perusahaan disini. Dan dia pun sebelumnya juga sudah banyak belajar mengenai itu. Jadi tidak terlalu menyulitkannya lagi.
"Baiklah. Ayo, kita pergi sekarang" Jely mulai beranjak dari tempat duduknya. Mengenakan kembali kacamata hitam yang sedari tadi terkait di atas kepalanya. Berjalan menuju pintu keluar, dengan Eric disampingnya.
Pada waktu yang bersama, terlihat Jay mulai memasuki Restaurant itu. Bersama sesosok gadis bersurai coklat ombre biru, yang setia memeluk lengannya.
Pandangan Jay reflek mengarah kearah Jely yang hanya menatap lurus ke depan, dengan dagu yang sedikit terangkat. Tanpa menatapnya sama sekali. Bahkan disaat mereka sudah berpapasan.
Lantas, langkah Jay terhenti. Menoleh kebelakang. Tatapan sulit diartikan, apalagi saat melihat Eric merangkul bahu gadis itu. Terlihat mesra. Dia tidak suka melihatnya. Sungguh.
"Ada apa, Chagi?"
Jay tersadar. Kemudian menggeleng-geleng sembari tersenyum paksa.
"Tidak. Bukan apa-apa. Ayo,"
Diparkiran.
Jely masuk kedalam mobilnya. Bersandar sejenak, kemudian netranya kembali mengarah kearah Restaurant. Dia tentu sadar akan kedatangan Jay bersama kekasihnya tadi. Dia pun juga tentu melihat pelukan erat Winter pada lengannya. Percakapan kecil, dengan senyum Jay yang terpancar cerah. Dia melihat semuanya. Namun, tidak ada yang menyadari karena tertutupi oleh kacamata hitam yang sekarang sudah dia lepas.