"Noona, tolong hen-"
"Jay!" Tangan Saerom terulur, mencegat pemuda bermarga Park yang ingin menahan botol Whiskey milik Jely. Entah sudah berapa botol yang telah dia habiskan.
"Biarkan saja," sambung Saerom.
Mungkin ini kali pertamanya Jay melihat secara langsung seberapa parahnya gadis di hadapannya ini kalau sudah berurusan dengan minuman beralkohol. Meneguk dengan santai, terus-menerus. Seakan kecanduan. Jely memang memiliki toleransi alkohol yang tinggi. Seperti Ayahnya. Berbanding terbalik dengan Jay. Walaupun suka minum, tetapi selalu berakhir mabuk berat. Dan melihat Jely sekarang tentu membuatnya was-was. Khawatir kalau saja Jely tiba-tiba tergeletak tak berdaya di karenakan mabuk yang menguasai.
Beda dengan Saerom. Dia sudah terbilang sering minum bersama sang Adik sepupu. Jadi tentu tahu. Tanpa ingin mencegatnya sekalipun. Lantas dia membiarkan. Menikmati gadis ber dress hitam lengan panjang itu meneguk Whiskey favoritnya, langsung dari botol. Kepala tertoleh kesamping, menatap hamparan perkotaan serta bangunan-bangunan tinggi pada kota tempat mereka berpijak sekarang. Refleks menampakkan bercak merah samar pada leher sebelah kanannya, walau sudah tertutup oleh Fondation.
"Jadi, apa kau akan kembali ke Cambridge hari ini juga?" Tanya Saerom, kembali membuka suara.
Kepala mengangguk, kedua maniknya melirik Jely sebentar, "Ya. Mungkin pukul tujuh malam nanti aku sudah harus berangkat"
Saerom mengangguk-ngangguk. Detik berikutnya dia terdiam. Banyak sekali pertanyaan yang ingin dia lontarkan langsung. Terutama mengenai hubungan antara Jay dan Jely. Niatnya ingin memperkenalkan mereka berdua lenyap begitu saja. Di tambah tingkah Jay terhadap Jely yang terbilang agresif. Mengajak Jely berbicara, walau di balas oleh respon seadanya. Bahkan, terang-terangan menautkan tangan Jely saat memasuki Bar outdoor ini. Sungguh, dia penasaran sekarang. Apalagi Jay sama sekali tidak memberi penjelasan apapun.
Baiklah, dia harus mempertanyakan itu sekarang juga.
"Jay, sebenarnya kau dan-"
Drtttt drtttt drtttt
Refleks, Jely menatap Handphone nya yang tergeletak di atas meja. Mengangkatnya langsung saat tahu siapa sang penelpon tersebut.
"Eric-ah! Kau sudah disini? Di lantai empat. Baiklah, aku tunggu"
Pip
Setelah meletakkan kembali benda persegi panjang itu, tanpa sengaja kedua netranya berkontak langsung dengan pemuda di hadapannya. Sorot tajam nan menusuk. Rahang mengeras dan Kedua tangan yang terkepal kuat. Jely terdiam. Tenggorokannya seakan sulit untuk meneguk. Sigap, dia langsung berpaling kearah Saerom, saat wanita itu menanyakan mengenai kedatangan Eric. Di balas anggukan serta senyum kaku, walau dia tetap menyadari bahwa pandangan Jay tidak lepas darinya. Begitu mengintimidasi.
"Oh! Itu Eric!" Seru Jely tiba-tiba. Beranjak sembari melambaikan tangannya. Yang bersangkutan pun berjalan kearah mereka, tidak lupa memperlihatkan senyum bahagianya. Rindu sekali rasanya karena sudah lama tidak bertemu. Apalagi dengan kakak sepupu Jely, Lee Saerom.
Kedua tungkainya sigap berjalan kearah Eric. Ingin segera memeluk untuk sekedar melepas rindu dengan sang Sahabat. Namun, tangannya justru di cegat dan di tarik kencang. Membuatnya bertabrakan langsung dengan dada bidang sosok sang pelaku.
Kedua mata Jely membola sempurna. Dia benar-benar shock. Mencoba memberontak, namun Jay semakin mempererat dekapannya. Beradu tatap dengan Eric yang sudah nampak geram.
"Lepaskan dia."
Tidak ada respon.
"Lepaskan dia, brengsek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIAN BABY GIRL | JAY ENHYPEN
Roman d'amour"Jika saja kau tidak membatalkan rencana pernikahan kita, aku pasti tidak akan repot-repot harus berbuat hal brengsek seperti ini." -Ongoing ©-MIMAAA-