I'll Handle Them Myself

18K 1.9K 94
                                    

"Dia selamat"

Mereka yang berada di sana bernafas lega dan mengucap syukur sebanyak-banyaknya. Terutama Ken yang nampak hampir menangis, ia bahagia Jessie bisa diselamatkan.

Jackson tersenyum lembut menatap Ken, ia sudah menganggap Ken seperti anaknya sendiri. Ia jugalah yang selama ini merawat Ken saat ia jatuh sakit. Jack memerhatikan pertumbuhan Ken sejak kecil hingga saat ini. Satu hal yang pasti, Ken sudah dewasa.

Jack merangkul Ken hangat, "Udah udah, yang penting sekarang Jessie udah gapapa" ucap Jack.

Ken tersenyum, "Makasih banyak om"

Jack pun membalas senyuman Ken, "Sama-sama" ucap Jack. Ia juga sudah menganggap Jessie seperti anaknya sendiri. Mengingat Jack hanya memiliki satu putera hasil dari pernikahannya. Bahkan puteranya kini tidak tinggal bersamanya melainkan bersama Carlos, adik Micheal di Spanyol.

Ceklek ddrrrrrrkkkk

Pintu ruang operasi kembali terbuka, para perawat dan dokter mendorong brankar yang ditempati Jessie menuju ruang rawat VVIP yang dibuat khusus untuk anggota keluarga Vorxon. Oh lihat, bahkan Jessie sudah memiliki akses atas nama keluarga Vorxon di sini.

"Jessie!"

Seseorang berteriak dari arah belakang mereka, membuat mereka spontan berbalik untuk melihat siapa yang berteriak-teriak di dalam rumah sakit.

Nampak Gibran berlari tergesa-gesa menyusul brankar yang ditempati adiknya. Saat di perjalanan, ia mengendarai mobil dengan terburu-buru hingga melanggar rambu lalu lintas dan tak sengaja menyerempet pejalan kaki. Membuat perjalanan Gibran terhambat menuju kemari.

"Gimana keadaannya?" tanya Gibran yang kini sudah berjalan bersama mereka.

"Detak jantungnya sempat berhenti, tapi kami sanggup menyelamatkan Jessie" jawab Jack.

Nampak Gibran menghela nafasnya lega, ekspresinya seolah ingin menangis seperti Ken tadi. Dan Jack pun akhirnya merangkul Gibran juga, "Udah udah, yang penting sekarang Jessie selamat" ucapnya.

Gibran mengangguk, "Terima kasih dokter" ucap Gibran tulus. Ia tidak akan memaafkan siapapun yang melakukan ini kepada Jessie. Tapi jika sampai terjadi apa-apa pada adiknya, Gibran juga tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Baik, simpan itu untuk nanti. Sekarang Gibran nampak melirik sinis pemuda yang berjalan tepat di samping brankar Jessie, Ken.

Tangannya menggenggam tangan putih lentik itu dengan lembut. Ken tersenyum lega menatap wajah cantik Jessie yang tertutup nebulizer dan beberapa perban.

'You're so strong, My Luna" batin Ken di sela senyumannya.

---//---

Hari sudah senja, langit biru yang awalnya terang kini berganti dengan warna merah bagai api yang membara.

Ya, sangat membara seperti kedua orang pemuda yang tengah saling usir secara halus ini, Ken dan Gibran.

"Lo pasti capek bawa Jessie dari sekolah sampe sini, jadi lo pulang aja ya. Biar abang ipar yang jagain Jessie" ucap Gibran dengan senyuman suramnya.

"Gak kok bang, gue gak capek kok. Abang aja yang pulang, bawain barang-barang Jessie. Biar adek ipar yang jagain Jessie di sini" ucap Ken dengan senyum yang tak kalah suramnya.

"Haduh adik ipar bisa aja deh, udah lo pulang aja, istirahat, besok balik lagi ya" Gibran tidak mau kalah.

"Gue gapapa kok bang, masih kuat sehat walafiat. Abang kan udah tua jadi abang aja yang pulang terus istirahat" balas Ken.

Villainess' RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang