Okay Then

24.4K 2.5K 89
                                    

"Hah?" Jessie membeo. Kerja sama? Kerja sama apa? Untuk apa? Kenapa harus dengan Jessie? Bahkan Jessie belum mengetahui identitas Ken sepenuhnya.

Ken mengambil sesuatu dari nakas kamarnya, sebingkai foto yang terlihat seperti foto keluarga, kemudian ia berikan pada Jessie.

Mata Jessie membulat sekilas, ia terkejut melihat seseorang yang begitu familiar baginya. Namun raut terkejut itu segera ia ubah dengan wajah datarnya, ia tidak ingin menimbulkan kecurigaan.

"Itu foto keluarga gue" ucap Ken sambil menatap nanar ke arah foto yang berada di tangan Jessie.

Jessie masih terdiam, di dalam foto itu ia lihat sepasang lelaki dan perempuan yang jelas-jelas adalah suami isteri, dan laki-laki itu adalah pemilik VHS, Kendrick Micheal Vorxon. Tentu saja perempuan di foto itu adalah sisca, orang yang begitu berarti dalam hidup Jeslyn.

Selain itu, Jessie juga melihat Ken yang sepertinya masih SMP. Dan terakhir, matanya tertuju pada seorang balita imut yang berusia sekitar satu tahun duduk dipangkuan sang ibunda, itu pasti Ansel.

Oke Jessie harus bicara apa sekarang?

"Kenapa lo nunjukkin ini ke gue?" tanya Jessie dengan wajah seriusnya.

"Gue udah tau identitas asli lo" jawab Ken tak kalah serius.

Jessie seketika membeku, ah sial dia tidak bisa menutupi apapun lagi sekarang.

"Dua tahun lalu" lanjut Ken, membuat Jessie mulai memusatkan perhatiannya. "Mama gue bilang dia ada urusan di luar, kami udah larang dia pergi sendiri tapi mama nolak. Sorenya, kantor polisi nelpon papa dan bilang kalo mama kecelakaan. Dia meninggal" ucap Ken. Meski ia menceritakan dengan wajah serius, kesedihan itu tercetak jelas di matanya.

"Luka mama emang serius dan mirip luka kecelakaan lalu lintas, tapi ada satu hal yang janggal" ucap Ken kini menunduk sambil mengepalkan tangannya kuat sampai buku-buku jarinya memutih.

"Pihak autopsi nemuin tiga peluru di jantung mama gue. Yang berarti mama gue dibunuh" suara Ken terdengar bergetar, Jessie bisa merasakan amarah dan kesedihan yang begitu kental.

Jessie masih diam, ia tau Ken belum menyelesaikan ceritanya.

"Papa gue marah besar, dia ngerahin semua yang dia bisa buat nemuin pelaku. Tapi ga ada hasilnya sampai sekarang" suara Ken sudah terdengar normal sekarang.

"Tapi gue gak nyerah, gue tetep nyari petunjuk dibantu sama sepupu gue, dia hacker. Dan berbulan-bulan kemudian, kami nemuin fakta kalo ternyata mama gue ketua geng VL" jelas Ken. (VL= Venomous Lily)

"Dan di antara bawahan mama gue, yang paling deket sama dia adalah lo. Gue juga kaget waktu tau fakta kalo lo seumuran sama gue, dan lo sekolah di sekolah papa gue" kepala Ken terangkat, mata biru yang begitu tajam itu menatap Jessie dengan dinginnya. Yang ditatap pun hanya diam, masih menatap Ken dengan wajah seriusnya.

"Dan di hari mama gue meninggal, lo keluar dari geng gara-gara merasa bersalah karna lo gagal ngelindungin mama gue" ucap Ken.

"Maaf" suara Jessie terdengar bergetar, ia menunduk dengan tetesan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Ken membelalak kaget saat gadis di depannya ini menangis, "Gue gak nyalahin lo" ucap Ken cepat sambil menggenggam tangan Jessie.

Jessie pun mengelap air matanya, kenapa dia lemah sekali sekarang? Ia tidak boleh menangis, itu tidak akan menyelesaikan masalah.

"Jadi, kita mau kerjasama apa?" tanya Jessie.

Ken tersenyum seram, "Gue udah tau siapa yang ngebunuh mama gue, dan dia sekolah di VHS"

Villainess' RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang