Hari-hari pun kian berlalu, tak terasa sudah 2 minggu Ken dan Jessie tidak saling bicara. Dan Adelle nampak merasa begitu bahagia karenanya.
Suasana kantin nampak ramai seperti biasa, para murid duduk di meja seraya menikmati santap siang mereka bersama para sahabat. Suara senda gurau dan gelak tawa tak jarang keluar dari mulut mereka.
Namun tidak dengan gadis cantik satu ini, ia nampak hanya diam dan menikmati makanannya dalam keheningan. Kedua sahabatnya hanya memerhatikan tanpa ingin membuka suara, takut salah bicara.
Tak beda jauh, seorang pemuda tampan dengan rambut hitam gelapnya juga memiliki ekspresi yang tak jauh berbeda. Keempat sahabatnya, the kolor ijo, yang kini sudah lengkap pun hanya memandang Ken iba. David dan Joshua yang baru tiba tadi malam tidak mengetahui apa-apa. Hingga Ian menjelaskan semuanya pada mereka.
Tatapan the kolor ijo menajam melihat gadis pirang yang bersandar manja di bahu Ken. Oh sungguh, ada batasan bagi seseorang untuk tidak tahu malu. Dan gadis pirang ini nampak tidak mengerti batasan sama sekali.
Ya, Ken juga hanya bisa diam. Ia tidak bisa bertindak seenaknya pada Adelle sekarang, mengingat ancaman kakeknya yang akan membunuh Jessie jika Ken sampai bersikap buruk pada Adelle.
Jujur, Ken bisa saja membunuh Adelle atau mendorongnya agar ia menjauh dan tidak menempel pada Ken setiap saat. Tapi cepat atau lambat kakeknya pasti akan tau, dan bisa dipastikan Charles akan menghabisi Jessie sebelum Ken mengetahuinya. Dan semuanya sudah terlambat jika Jessie benar-benar mati. Apa gunanya membunuh Charles jika Jessie tidak dapat hidup kembali?
Yang mereka bisa saat ini hanyalah bersabar, menunggu saat semua rahasia terungkap. Ken dan the kolor ijo tengah menyelidiki siapa yang memberikan obat itu pada Adelle. Karena mereka tidak mungkin bertanya langsung pada Adelle sendiri. Ingat, Adelle berada di bawah lindungan Charles.
Saat ini mereka sengaja berpura-pura bodoh agar Adelle berpikir bahwa mereka tidak tahu menahu tentang obat itu. Tapi jika penyelidikan mereka tidak membuahkan hasil, mereka terpaksa harus menginterogasi Adelle nantinya.
---//---
Sepulang sekolah,
Ken dan the kolor ijo tengah berjalan menuju parkiran diikuti oleh Adelle. Terdapat 3 mobil supercar berjejer rapi, David bersama Ian, Kou bersama Joshua dan Ken bersama Adelle.
Ken membuka pintu mobilnya, saat hendak masuk ia terhenti ketika melihat Jessie yang berjalan ke arahnya. Tatapan Ken menghangat, apa Jessie memaafkannya? Apa Jessie ingin menyapanya?
Dengan segera ia menutup kembali pintu mobilnya, dan menanti Jessie untuk menghampirinha dengan penuh harapan. Berbeda dengan Jessie yang hanya menatap Ken datar, pandangannya begitu dingin dan menusuk saat bersitatap dengan iris biru terang Ken.
Tap tap
Jessie berdiri tepat di hadapan Ken sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ken membalas tatapan Jessie dengan tatapan rindu, ah dia bisa menangis kalau begini terus.
"Jes, aku-"
"mau apa lo?"
Suara Ken terpotong, mata hijau Jessie melirik saat suara gadis lain masuk ke pendengarannya. Nampak Adelle yang kini tengah menatap Jessie tajam. Ia menutup pintu mobil yang akan dikendarainya dengan Ken, kemudian berjalan dan berdiri di samping Ken.
"denger ya, Ken itu punya gue. Jadi jangan pernah ganggu dia lagi" ucap Adelle arogan.
Jessie menatap Adelle datar kemudian menaikkan sebelah alisnya, "tenang Nona Ashton yang terhormat. Gadis rendahan ini mana berani merebut milik orang lain" sarkas Jessie. Ya, faktanya Adelle-lah yang merebut Ken dari Jessie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess' Revenge
FantasyCOMPLETED - PREQUEL ARISE Jeslyn Aulia Puteri, atau sering dipanggil Jessie, seorang atlit karate yang telah mendapat banyak penghargaan atas prestasinya. Baik di tingkat kecamatan hingga internasional. Namun, sepulang dari pertandingannya yang tera...