38. Khawatir

2.2K 164 9
                                    

Now Playing || Semesta - Iqbaal Ramadhan (Cover by Reza Febrino) 🎼🎶

Sasha memandangi orang-orang yang mulai meninggalkan sekolah dengan rasa jenuh. Sudah ada sekitar sepuluh menit Sasha menunggu Kaisar di dekat gerbang, tetapi orang yang ditunggunya tak kunjung muncul. Sasha tampak mendesah panjang.

Cewek berambut sebahu itu memutuskan untuk duduk di depan pos satpam karena kakinya mulai terasa pegal. Ditopangnya dagu dengan batin yang terus bertanya-tanya. Sedari tadi Sasha bahkan tidak melihat sahabat-sahabat Kaisar yang biasanya selalu menempel dengan Kaisar ke manapun.

Tadi Sasha hanya melihat Galen yang pulang dengan Ghea. Ingin menanyakan keberadaan Kaisar kepada Galen tapi ... entahlah, mungkin karena ada Ghea ia tidak jadi menjalankan niatnya. Jujur saja hubungannya dengan Ghea belum jua membaik.

Setiap di kelas pun rasanya Sasha begitu canggung saat bertatapan dengan Ghea. Ghea juga tampaknya masih merasa begitu bersalah kepada Sasha. Ia hanya mengobrol dengan Ghea saat benar-benar perlu saja. Contohnya saat tak sengaja satu kelompok karena tugas.

Jujur, meski kejadian itu sudah lumayan lama, meski ia dan Aidan sudah tak ada hubungan, tetapi rasa sakit di hati Sasha masih terasa hingga kini. Sakit saat tahu orang yang dekat dengan kita menghancurkan kepercayaan kita begitu saja, mengkhianati, menusuk dari belakang. Sasha sangat berharap kejadian seperti itu tak akan terulang kembali.

“Sha?”

Sasha sontak mendongak saat mendengar suara seseorang yang memanggil. Ia mendapati Gladys berdiri di depannya bersama senyum tipis yang terpatri. Sasha balas tersenyum. Ia hendak bangkit tapi Gladys menahan.

“Ngapain berdiri? Duduk aja,” ujar Gladys yang kemudian duduk di samping Sasha. Keduanya pun tertawa bersama.

“Belum pulang, Dys? Lagi nunggu Jordi, ya?” tanya Sasha dengan tatapan menggoda.

Gladys menggeleng sambil terkekeh. “Enggak, gue pulang sendiri. Ini gue lagi nunggu jemputan. Cuma keknya supir gue sekarang jemputnya pake motor, deh. Soalnya mobil lagi di bengkel.”

“Oh, gitu. Kalo Jordi sama temen-temennya udah pulang belum, ya?”

“Kalo Jordi sih belum. Tadi dia ngabarin gue katanya lagi di kelas sama Leon. Lo pasti lagi nungguin Kaisar ya, Sha?” Kini giliran Gladys yang menggoda Sasha.

“Hehe ... tau aja.”

Senyum Gladys tiba-tiba memudar. Cewek yang duduk di samping Sasha itu tampak menggaruk belakang kepalanya, menatap Sasha tak enak. “Duh, Sha, tadi sih gue liat Kaisar udah pulang.”

“Hah? Beneran?” Sasha terkejut.

“Beneran, tadi gue liat sendiri.”

Sasha kontan bangkit, mengedarkan pandangan pada deretan motor-motor yang terparkir di parkiran sekolah. Andai saja tadi pagi Sasha berangkat bersama dengan Kaisar, pasti ia tahu di mana Kaisar memarkirkan motor dan tak perlu repot mencari.

Menyebalkan sekali. Padahal tadi Kaisar sudah berjanji akan pulang bersamanya. Jika ada urusan mendadak mengapa Kaisar tidak mengabarinya terlebih dahulu? Sesulit itukah? Sekarang Sasha bingung akan pulang bagaimana. Uang jajan Sasha sudah habis ditambah dua sahabatnya sudah pulang duluan tadi. Aidan juga.

“Sha, daripada lo repot nyariin motornya Kaisar, mending lo pulang aja sama temen gue. Kan, gue udah bilang kalo Kaisar udah pulang,” kata Gladys.

“Temen lo? Siapa?” tanya Sasha bingung. Sambil tersenyum Gladys menarik Sasha keluar dari gerbang. Gladys lalu menunjuk seorang cowok yang tengah duduk di atas motor ninja hitam miliknya.

Sasha untuk KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang